01. Permulaan

393 35 0
                                    

Lampu-lampu telah dipadamkan. Burung-burung telah kembali ke sarang. Menyisakan binatang-binatang malam yang justru baru memulai kehidupan.

Cahaya alam menembus kegelapan. Bagai satu-satunya cahaya yang dapat dijadikan harapan dalam kegulitaan. Bulan di sana masih saja gagah bertengger, bak tak memedulikan berbagai kepedihan anak manusia yang bergerak di bawah naungannya. Bukannya tak peduli, tetapi ia memang harus terus bersinar, bukan? Bergantian dengan sang surya mengemban peran penerangan. Memberi keyakinan penduduk bumi bahwa hari esok masih ada, dan masih harus dilewati.

Jauh di salah satu sudut bumi, terdapat sebuah kastil tua yang kemasyhurannya tak perlu diragukan lagi. Kastil yang beberapa bulan terakhir ini sempat ditinggalkan sebagian besar penghuninya untuk tahap pemulihan. Pemulihan setelah perang lebih tepatnya.

Perang telah usai. Perang terkutuk yang mengorbankan banyak nyawa hanya karena obsesi gila penyihir yang tak kalah gilanya itu. Banyak hal yang harus dikorbankan. Nyawa, harta benda, hingga kehormatan. Namun, semua itu kini telah tergantikan dengan rasa suka cita. Kegembiraan setelah perang. Bukankah itu suatu kebahagiaan yang diidamkan banyak orang? Kau tak perlu lagi khawatir kehidupanmu akan diganggu oleh penyihir tak punya hidung itu. Kau bisa bepergian ke mana pun tanpa merasa terancam, menikmati es krim tanpa takut adanya serangan, atau pun merayakan pesta tanpa khawatir akan perusuh yang datang. Semua telah kembali normal. Seperti sebagaimana mestinya dunia bekerja, seimbang.

Akan tetapi, hal ini nyatanya tak bekerja bagi semua orang. Di salah satu kamar asrama di menara ujung kastil, masih ada sepasang mata yang sedari tadi tak dapat terpejam. Pemilik mata itu berkali-kali mencoba menutup kelopak matanya. Berharap ia tak lagi terjaga.

Harry Potter, anak yang seharusnya paling merasa bahagia karena tak ada lagi penyihir gila yang mengincar jiwanya. Ia harusnya mengadakan pesta paling meriah atas perayaan kebebasannya.

Namun, apa mau dikata? Ia justru menderita sekarang. Waktu telah menunjukkan lewat tengah malam. Ia masih saja tak bisa menggapai alam mimpi dari semalam. Pikiran-pikiran masih saja betah bersarang di kepalanya.

Oh, Merlin! Aku hanya ingin tidur. Kenapa susah sekali!

Sebenarnya tak hanya sekali-dua kali ia mengalami kesulitan tidur seperti saat ini. Keberhasilan perang justru membawa berbagai kegelisahan dalam malam-malamnya. Pertanyaan-pertanyaan yang tak pernah bisa ia uraikan. Rasa bersalah yang tak pernah ia bisa singkirkan.

Ah, persetan! Aku akan keluar sebentar.

Ia memutuskan untuk meninggalkan kamar sejenak. Mencari kedamaian, pikirnya. Dengan penuh kehati-hatian ia bergerak turun dari kasur dan segera mencari jubah gaib, jubah kebanggaannya. Jubah yang selalu menemaninya berbuat berbagai keonaran. Kebanggaan sekali, bukan?

Namun nyatanya, kehati-hatian dalam kamus Harry Potter dan sebagian besar manusia berbeda. Jika hati-hati yang kalian pikirkan adalah mencoba menggerakkan tubuh dari kasur secara perlahan dan bertahap agar tak menimbulkan bunyi yang mengganggu, maka kalian salah besar-dalam kamus hidup Harry Potter tentu saja.

Ia dengan segala "kehati-hatiannya" segera melompatkan diri dan beranjak dari kasurnya. Pilihan yang cukup normal-tentu saja masih dalam artian yang ada di kamus hidup Harry Potter.

Mari aku beri tahu kalian apa yang ia asumsikan dalam berhati-hati. Ia berpikir semakin cepat ia bertindak, maka semakin sedikit pula akibat buruk yang akan ia timbulkan. Bukankah sangat khas sekali dengan dirinya? Sudah, tidak usah dibantah. Jangan lupakan "keras kepala" yang menjadi nama tengahnya.

Dan secepat kilat pula ia segera mencari jubah gaib yang masih berada di kopernya. Baru beberapa jam yang lalu ia tiba di Hogwarts, tentu saja ia belum menata barang-barangnya. Memangnya kau berharap apa?

Dan sekarang mari kita lihat akibat dari segala kehati-hatiannya itu. Seseorang yang berada tepat di samping tempat tidurnya, pemuda berambut merah dan tentunya lebih tinggi darinya itu, bergerak dalam tidurnya.

Oh, Harry kerja bagus! Sekarang kau harus berhenti bernapas.

Ia mematung dengan segera. Menghentikan segala gerakannya, bahkan berkedip saja mungkin tak akan ia lakukan. Mungkin berlebihan jika disebut berhenti bernapas. Tapi ya, biarkan saja oke? Sudah aku katakan, bukan? Kamus hidupnya berbeda dari sebagian besar manusia yang ada di bumi.

"Oh, George! Berhenti memainkan lencanaku!" gumam Ron dalam tidurnya. Pemuda bermarga Weasley itu sepertinya sedikit terusik. Dan sudah jelas bukan, ini akibat ulah siapa?

Setelah beberapa menit menunggu Ron kembali tenang, dan memastikan bahwa ia tak akan terjaga penuh, Harry segera menarik jubah gaib dan menyelubungi tubuhnya dengan jubah tersebut. Melarikan diri dari kamar dan meninggalkan rekan-rekan sekamarnya dengan dengkuran-dengkuran halus yang keluar dari mulut mereka.

***

Lorong-lorong panjang yang menghubungkan bangunan-bangunan dalam kastil tua tersebut tampak lengang. Jika biasanya lorong-lorong itu tak akan pernah sepi dan selalu penuh dengan celotehan, tetapi sekarang lorong itu hanya menyisakan desir angin. Oh tunggu, suara apa itu? Tapak kaki?

Di lengangnya malam, terdengar suara tapak kaki yang teredam. Melangkah tanpa henti dan sepertinya sedikit tidak memedulikan sekitar. Sudah jelas bukan, siapa pemilik suara tapak kaki tersebut?

Harry mengelilingi kastil tanpa tujuan. Ia hanya ingin menjernihkan pikirannya. Juga mungkin berharap sedikit kelelahan agar ia bisa segera kembali ke kasur empuknya dan bergelung dalam selimutnya.

Sibuk sendiri dengan pikirannya, ia bahkan tak sadar bahwa di ujung lorong yang sedang ia jelajahi sekarang ini, terlihat setitik cahaya yang sepertinya berasal dari sebuah lentera.

Sialan! Apa yang si Filch itu lakukan?

Ayolah Harry, tentu saja ia sedang berpatroli. Dan jika ia sedang beruntung, mungkin ia akan menikmati sedikit kesenangan dengan memberikan detensi kepada murid nakal yang tertangkap berkeliaran.

Harry segera membawa kakinya berbelok ke lorong yang berada di sampingnya. Tak memedulikan ke mana lorong ini akan berujung. Toh, dari tadi ia juga tak memiliki tujuan.

Menara Astronomi? Hmm, menarik. Kenapa aku tak terpikirkan dari tadi.

Lorong panjang itu ternyata membawanya ke sebuah menara tertinggi yang ada di Hogwarts, Menara Astronomi.

Sudahkah aku berkata bahwa kesulitan tidurnya tidak hanya sekali-dua kali menghampirinya? Ya, dia sudah sering mengalaminya saat liburan sebelum tahun ajaran baru dimulai. Di Grimmauld Place, tempat yang kini ia sebut rumah, ia sering terjaga sampai tengah malam dan berakhir dengan berdiam diri di hadapan jendela dengan memandang gelapnya cakrawala. Jika ia beruntung, mungkin ia bisa melihat satu atau dua bintang yang menghiasi malam. Namun, apa yang kau harapkan dari kota London yang tak pernah tidur itu? Tentu saja lampu-lampu malam teramat terang hingga mengaburkan cahaya bintang.

Akan tetapi, sekarang ia di Hogwarts. Kastil tua dengan bentangan alam di sekitarnya. Mungkin dia akan mendapatkan banyak keberuntungan dan bisa melihat hamparan bintang.

Harry mempercepat langkahnya. Memikirkan kemungkinan bahwa ia bisa melihat hamparan bintang membuat ia bersemangat kembali. Oh Harry, bukankah kau seharusnya kelelahan sekarang? Sepertinya tidur tidak akan masuk dalam daftar kegiatannya malam ini.

Ia dengan kilat telah sampai di depan pintu menara. Membuka pintu dengan tidak sabaran hingga menimbulkan bunyi yang tidak pelan tentunya. Berharap saja Harry, semoga Filch dan kucingnya sudah jauh dari tempat ini. Kalau tidak, bukannya menemukan ketenangan kau justru bunuh diri dengan mengundang Filch menemukanmu.

Tunggu-tunggu, siapa itu? Di tepi menara, berdiri seseorang yang sedang memegang besi pembatas dan sekarang sedang menatapnya. Tentu saja, siapa yang tidak terkejut dengan suara pintu terbuka yang lebih mirip dengan bantingan tadi.

Siapa itu? Bagus sekali! Lolos dari si tua Filch tadi aku justru bertemu seseorang di sini. Merlin! tidak bisakah kau memberikan sedikit ketenangan untukku!

Pemuda itu masih mengarahkan pandangannya menuju Harry. Pemuda tinggi dengan rambut pirang yang berkilau itu. Oh Harry, sepertinya kau menemukan keberuntungan lain.

TBC

Astronomy TowerWhere stories live. Discover now