Suara derit pintu kamar yang dibuka terdengar di kamar milik pemuda manis yang masih sibuk bergelung dengan selimutnya. Sang kakak yang melihat hal itu adalah sesuatu yang imut dari adiknya sedikit tertawa geli. Adiknya memang selalu terlihat seperti seorang anak kecil di matanya.
Dengan langkah pelan lelaki dengan perawakan tinggi itu mendekati sang adik. Setelahnya di goyangkan badan itu perlahan agar bangun.
“Dek, bangun, cepet mandi, abang mau siapin sarapan dulu, nih.”
Suara bariton lelaki itu masuk kedalam indra pendengarannya, Yangyang melenguh kecil sebelum bergerak meregangkan ototnya yang terasa kaku.
Kemudian maniknya menangkap siluet sang kakak yang akan pergi meninggalkan kamarnya.
“Bang,” Panggil Yangyang saat kakaknya baru saja memegang knop pintu hingga orang itu membalikkan badan untuk menghadap Yangyang.
“Malem ini lo ada rencana ke luar ga?” Tanya nya pada sang kakak.
“Biasa lah, paling kumpul sama anak anak geng. Kenapa?”
Yangyang menggeleng, “Nanya doang. Kalau lo pulang malem pintu nya gue kunci ya?”
“Kunci aja, lagian gue bakal nginep di apart Mark kayaknya.”
Yangyang mengangguk paham, lalu setelahnya kakaknya benar benar keluar dari kamarnya, ia langsung bergegas masuk ke kamar mandi di dalam kamar itu lalu membersihkan diri untuk bersiap pergi sekolah. Jangan sampai dia merepotkan kakaknya dengan membuat orang itu menunggu terlalu lama.
Sampai sekolah, dirinya langsung disuguhkan dengan kondisi kelas yang rusuh. Pelakunya? Tidak jauh dari Haechan dan Renjun yang sedang adu mulut. Bisa dia lihat jika Shotaro berusaha fokus dengan buku novelnya yang sedang ia baca. Yangyang sedikit merasa kasihan dengan Shotaro karena harus mengenal kedua orang itu lebih lama darinya. Pasti ini lah suasana yang ia dapat di pagi buta setiap harinya.
“Woy, Ro, betah banget lo dengerin bacotan mereka.” Sapanya pada Shotaro sebelum beranjak duduk di kursinya.
“Udah tiap hari gue disuguhin yang kek beginian, lama lama kenyang si, tapi ini dia jenglot gaakan pernah bisa akur.” Balas Shotaro yang akhirnya mengundang tawa bagi Yangyang.
“Si babi, gue dikatain jenglot.” Ucap Haechan yang tidak sengaja mendengar celetukan Shotaro tadi di tengah argumennya bersama Renjun.
“Lo kan cocok di sebut jenglot, Chan, sama sama item.” Balas Renjun sambil tertawa lebar bersama Yangyang dan Shotaro.
“Ya elu juga cocok kali Ren, sama sama kecil.” Balas Haechan seketika membuat tawa Renjun berhenti.
“Wah si monyet ngajak gelut, sini lo anjing, gue botakin pala lu biar bisa jadi satu kaum sama tuyul!”
“Siapa takut, gue juga mau bejek bejek elu biar makin mirip sama daus mini!”
Yangyang dan Shotaro memilih bungkam, percuma saja mencoba melerai kedua anak pecicilan itu, yang ada kita lah yang akan di buat lelah.
Saat hendak menyibukkan diri nya pada ponsel, tiba tiba meja di hadapannya di ketuk oleh seseorang. Yangyang mengalihkan fokus untuk melihat sang pelaku.
“Lo udah save nomor gue kan?”
Ah, Na Jaemin. Satu satunya orang yang paling malas ia lihat kehadirannya di kelas. Dengan nada malas Yangyang menjawab, “Udah.”
“Lo namain apa? Ga lupa sama omongan gue semalem kan? Lo pakein emot love kan?”
“Engga lah anjir! Najis!” Ucap Yangyang sewot.
“Ya udah, siap siap kakak lo tau.”
“Dangkal banget otak lo Jaem, make rahasia gue yang besar itu cuma buat hal kecil kayak gini. Gue yakin lo gaakan sia sia in kesempatan ini semudah itu kan? Jadi lo gaakan kasih tau kakak gue cuma karena nama kontak.” Ucap Yangyang dengan senyum remeh.
“Ah si anying kok lu pinter si?” Yangyang hanya mengedikkan bahu nya acuh.
“Kalau gitu jangan lupa malem ini, Yang. Gue tunggu jam 9.” Setelahnya Jaemin pergi untuk duduk di bangkunya sendiri lalu menenggelamkan wajahnya kedalam lipatan tangannya di atas meja.
Yangyang tidak mengindahkan ucapan itu. Siapa peduli? Untuk apa juga ia menuruti perintah orang itu hanya karena sebuah rahasia kenakalannya yang ia sembunyikan dari sang kakak? Ia memang tidak ingin kakaknya tahu, tapi menuruti apa kata seorang Na Jaemin juga bukan sebuah pilihan yang bagus.
Dengan tekad yang bulat, Yangyang tidak akan datang ke tempat yang diminta oleh Jaemin. Ia masih bisa melindungi dirinya dari amukan sang kakak jika saja orang itu benar benar membocorkannya. Tapi entah kenapa firasatnya mengatakan jika Jaemin tidak akan melakukan hal itu.
┏✧–––“ J • A • E • M • Y • A • N • G ”–––✧┛
Suara dentuman musik menjadi pemecah heningnya malam di dalam sebuah tempat yang banyak diisi oleh orang yang ingin bersenang-senang atau sekedar melepas stres.
Tak terkecuali Jaemin, dengan perasaan jengkel, dia meneguk segelas alcohol ditangannya, menikmati rasa panas yang menjalari tenggorokan, lalu gelas itu ia simpan dengan keras di atas meja.
‘Liu Yangyang sialan. Bisa bisa nya lo ga tepatin janji lo.’
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 2 pagi, tapi sosok yang Jaemin. Tunggu kedatangannya sejak jam 9 tadi tidak pernah menampakkan diri barang sehelai rambut pun.
Yangyang mengingkari janjinya. Saat ia mencoba menghubungi anak itu pun, ponselnya mati, bisa ia tebak dengan sangat yakin jika Yangyang menonaktifkan ponselnya dengan sengaja.
Jaemin menggeram kesal. Tidak pernah ada orang yang dengan beraninya membodohi seorang Na Jaemin, lalu dengan seenak jidatnya pemuda bernama Liu Yangyang menjadi orang pertama yang melakukan hal itu. Lihat saja, ini akan menjadi awal dari permainannya.
TBC
Duh ngetik ini chap udah kayak lagi ikut balapan, ngebut banget brou. btw apakah ada yang tahu siapa kakak nya Yangyang?🤔 ga pernah si sebut kan ya? apa emang udah tau? pasti tau karena mudah tertebak kan ya? wkwkwwk udah deh mau ngebacot segitu aja kasian haechan ama renjun nanti bacotan mereka kalah saing ama gua hhehehe. 🏃♀️💨
Return : by Sunrishie
YOU ARE READING
RETURN [Jaemyang]
FanfictionA JAEMYANG FIC! Yangyang tidak pernah mengerti kenapa Jaemin melakukan hal itu padanya, jujur Yangyang lelah, tapi siapa sangka jika alasan Jaemin melakukannya benar benar membuat Yangyang pasrah, seperti tidak ada jalan lain yang bisa dia lakukan...
Chapter 4 : A Choices
Start from the beginning
![RETURN [Jaemyang]](https://img.wattpad.com/cover/264378591-64-k333061.jpg)