ACT - II : You Are Precious

Start from the beginning
                                    

"Halo?"

"Anda yang selanjutnya."

Sakura mengerutkan keningnya tak paham, "Hah? Ini siapa?"

"Perhatikan sekitarmu!"

Seketika Sakura langsung melihat sekitarnya. Tidak ada yang mencurigakan, hanya ada sepi yang dia lihat. Tidak ada siapapun di sekitarnya.

"Kena!"

Sakura terlonjak kaget ketika ada seseorang yang berlari dan menggenggam tangannya dalam hitungan detik dengan erat. Secepat itu juga orang itu pergi tanpa Sakura sempat untuk bereaksi.

Pergelangan tangannya perih, rasanya seperti terbakar. Siapa tadi? Begitu pikir Sakura. Mau mengejar rasa tidak mungkin. Dirinya sudah dipanggil oleh salah satu pegawai di sana untuk segera bersiap diri.

Tak ingin pikir panjang, Sakura segera masuk ke dalam kafe. Duduk di atas kursinya tanpa memperlihatkan rasa sakit yang menyerang pergelangan tangan kanannya.

Untung saja, Sakura tetap bisa menekan tuts piano dengan baik. Bahkan dia terus menampilkan penampilan yang membuat orang-orang terkagum.

Sekarang adalah waktunya istirahat, Sakura menatap ke arah televisi yang letaknya tak terlalu jauh darinya. Dia memperhatikan televisi itu, lebih tepatnya ke acara yang sedang ditayangkan.

Itu adakah sebuah berita terbaru, disebutkan bahwasannya ada sebuah kecelakaan yang membuat korban terluka parah. Sakura menatap televisi ngeri karena itu pasti sangat memilukan, apalagi mobil yang digunakan oleh mobil orang itu hampir sepenuhnya hancur di bagian samping.

"Kasiannya..." gumam Sakura pelan.

Sekarang, dia melanjutkan lagi penampilannya hingga pukul sepuluh malam. Setelah selesai denga pekerjaannya, dia segera pulang ke rumah. Hari ini juga Sakura digaji. Gajinya lumayan.

Perjalanan pulang ke rumah berlangsung lancar dan juga selamat. Sesampainya di rumah, Sakura langsung disambut oleh Ayahnya yang terlihat sedang mabuk. Salah satu tangannya memegang sebotol alkohol.

Sakura menghela napasnya kasar, pasti sebentar lagi Ayahnya itu akan meminta duir untuk keperluan tidak pentingnya itu alias seperti berjudi dan membeli minuman keras ini.

"Mana uangmu?" tanya sang Ayah.

"Sebentar Yah, biarkan Sakura masuk dulu ke dalam rumah."

"Tidak!" balas sah Ayah.

Sakura menghela napas untuk yang kesekian kalinya, kemudian dia mengeluarkan uang dari dalam tasnya. Tentu saja Sakura tidak akan memberikan semuanya. Hanya sebagian kecil karena Ayahnya tidak tahu jika gajinya cukup besar.

Setelah diberikan, Sakura masuk ke dalam kamarnya, tak lupa untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Rasa sakit di pergelangan tangannya juga hilang seiring rasa kesalnya tadi yang menggebu-gebu.

Dia memang belum memperhatikan pergelangan tangannya itu. Bahkan setelah selesai mandi pun Sakura malah memilih untuk memakan makanan yang dia beli di kafe tadi dan kini dia makan seorang diri. Dia tidak peduli dengan Ayahnya, toh Sakura sudah memberikannya uang.

Dia memakan makanan dengan lahap. Rasa rindu dengan sosok Ibu memenuhi seisi kamar serta hatinya. Mengapa sang Ibu tega meninggalkan Sakura duluan? Rasanya tidak adil karena Sakura ditinggalkan sendirian dengan Ayahnya.

"Ibu..., Sakura kangen..."

Selesai makan, Sakura segera menghitung uang yang dia dapat tadi, kemudian dia sisipkan ke dalam tabungan dan ada juga yang digunakan untuk keperluan sehari-hari.

Ketika sedang asik menghitung uang, Sakura sedikit terkejut saat melihat pergelangan tangan kanannya. Matanya melebar dengan sempurna. Pikirannya sedang melayang kesana kemari.

"Apa ini?" tanyanya sambil menyentuh hal yang dia maksud tadi.

Angka II tercetak dengan jelas di sana... Seperti sebuah tatto... Padahal Sakura sendiri tidak pernah memasang tatto apapun di seluruh tubuhnya.

Sakura memutar otaknya, apakah ini ulah orang yang tadi di belakang kafe? Apakah orang yang menelfon Sakura tadi adalah orang yang sama dengan yang memegang pergelangan tangannya tadi? Apakah semua ini bersangkutan?

Dan Sakura melebarkan matanya ketika ada suatu benda yang nampak hendak keluar dari dalam tasnya. Mungkin tadi Sakura mengeluarkan barang terlalu banyak sehingga menyebabkan benda itu berada di posisi yang rawan.

"Tape?" Sakura mengambil tape tersebut. Menatapnya dengan seksama yang bertuliskan...

ACT - II : You Are Precious

Sakura tidak mengerti..., yang jelas, dia memutuskan untuk tidur. Menaruh tape tadi di dalam tasnya lagi. Jika mau menyetel pun Sakura tidak punya alatnya.

Yang kini anak itu inginkan hanyalah berharap jika hidupnya bisa berubah menjadi lebih baik esok hari.

Kalau bisa, Sakura ingin hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat dari kehidupannya sekarang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 27, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

twelve film | izoneWhere stories live. Discover now