25:00

146 16 0
                                    

K E H A N G A T A N

🍃

"Kapan kau datang?"

Pertanyaan itulah yang terlintas dalam pikiran Jisoo, terdengar dingin tak seperti biasanya saat mereka bertemu.

Ini bukanlah pertemuan pertama kali, hanya saja waktu yang membuat mereka semakin menjauh.

Orang di sampingnya ini sering datang dan pergi seenaknya dia mau. Memberikan kehangatan yang selalu membekas.

Lucunya, orang itu bukanlah siapa-siapa baginya. Namun dalam hati kecil Jisoo berkata, dia sudah seperti ayahku sendiri.

Karena Mr. Joon adalah sosok ayah yang ideal di mata Jisoo. Pria paruh baya itu selalu memperlakukan Jisoo seperti buah hatinya sendiri.

Tetapi, bukan berarti Jisoo tidak tahu dan tidak mengerti alasan mengapa pria itu mendekati dan memberikan kasih sayangnya secara cuma-cuma.

Semua itu dimulai dengan sebuah alasan.

"Aku pikir aku tidak akan pernah bisa bertemu denganmu lagi."

Joon terkekeh, "Aku kan hanya berkunjung ke Amerika sebentar, tidak pindahan."

"Aku tidak berharap kita bisa bertemu lagi, Mr. Joon...." Ucap Jisoo dengan tatapan kosong.

Mendengar ucapan Jisoo lantas membuat Joon sedikit merasa tidak nyaman. Ia tahu, bahwa gadis ini sedang tidak baik-baik saja.

Sekarang Jisoo sudah dewasa, tidak mungkin bagi Joon untuk terus menganggapnya seperti anak kecil lagi. Tentu saja cara berpikirnya sudah berbeda.

"Jisoo, ada apa denganmu? Sepertinya kau sangat membenciku sekarang?"

Air mata Jisoo mengalir tak tertahankan, terlalu menyakitkan bagi Jisoo untuk mengingat semuanya.

"Dulu aku pernah berkata padamu bahwa aku ingin memiliki sebuah usaha, entahlah usaha apa. Aku sangat ingin memberinya nama Bloom, tetapi ... tiba-tiba saja aku melihat sebuah cafe di seberang dengan nama itu, dan ternyata pemiliknya adalah seseorang yang aku kenal dan aku yakin dia pasti memiliki hubungan spesial denganmu, dia adalah–"

"Putriku, dia adalah Jennie Kim, putri kandungku."

Bibir Jisoo tersenyum masam, "Begitu rupanya... meskipun begitu bukankah kau terlalu lancang menggunakan nama itu pada cafe anakmu?"

"Ya benar, aku bersalah. Aku tidak pantas dimaafkan."

"Kalau begitu jangan lagi muncul di hadapanku!" Ucapan Jisoo mulai meninggi, emosinya sudah hampir meledak.

Joon menempatkan tangannya di atas bahu gadis itu sambil mencoba membujuknya agar tidak marah lagi. "Jangan seperti ini Jisoo..."

"Apa kau tahu, apa yang aku pikirkan saat aku bertemu denganmu, Mr. Joon?" Ucap Jisoo sambil menatap ke arah pria paruh baya itu, "Hatiku serasa diremas-remas, kadatanganmu hanya bisa menyakiti perasaanku. Bayangan tentang kematian ayahku masih belum bisa kulupakan sedikit pun dalam otakku! Apakah kau tidak mengerti?!!"

Tangan Joon serasa membeku, perlahan kian menjauh dari atas bahu Jisoo.

"Aku mengerti. Kau pasti sangat membenciku, jika kecelakaan itu tidak terjadi ... maka sampai saat ini kau masih bisa bertatap muka dengan ayahmu. Aku memang tidak pantas diampuni."

"Jadi ... pembunuh ayahku adalah ayah kandung Jennie Kim?"

Mendengar suara yang tak asing itu membuat Jisoo melebarkan kedua matanya, ternyata kakaknya berada tak jauh dari sisinya. "Jimin oppa?"

ATTENTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang