HE WHO UNDERSTANDS ME

10 0 0
                                    

" kuy kuy kuy, rapetin dikit " instruksi Robby dan mulai memberi aba-aba

" Satu dua ti....ga, dah dah yang ada memory gua penuh nih " kesalnya karna sedari tadi kami memang hanya menggunakan ponsel miliknya, dikarnakan kualitas kamera yang dimiliki ponsel Robby sangat bagus,
Tau lah ya kan, itu loh itu yang logonya apel kegigit, keluaran baru pula, membuat ciwi-ciwi yang ada di meja memanjang ini semakin heboh untuk mengambil gambar.

Kami memang sedang berada di salah satu restoran yang baru baru ini sedang terkenal di kota kami, sebenarnya aku tidak pernah ada sedikitpun niatan untuk ikut berkumpul seperti ini dengan teman-teman kelas ku.

setiap kali orang orang sekelas ku membuat jadwal untuk berkumpul semacam ini aku selalu menolak untuk ikut, tapi kali ini rayuan Nadia ciwi super berisik di kelas ku mampu merobohkan pertahanan ku untuk menolak ajakan tersebut.

Aku bahkan sudah memakai semua alasan yang terlintas di pikiranku untuk menolak, tapi Nadia selalu memberi solusi di setiap alasan yang ku lontarkan.


Previous


" Gada duit " elak ku yang pada dasarnya memang benar adanya

" Kan kita pakai uang khas ta" balasnya, aku memang di panggil tata di kelas, yang entah dari mana asalnya karna sama sekali tidak ada nyambung nyambung nya dengan nama asliku.

" Ga ada kendaraan gue kesana, yang antar Ama jemput juga ga ada, jadi kali ini gue ga ikut ya nad "eles ku sebisa mungkin, dan kembali bernegosiasi dengan otakku supaya mau diajak kerjasama agar melahirkan ide-ide untuk kembali memberi alasan.

" ya ela emang sebelum sebelumnya lu ikut? Nolak Mulu kerjaan lu, Napa sih susa amat, Udah ga usah di pikirin itu mah, Robby kosong kok, dia juga setuju setuju aja lu nebeng Ama dia, asal lu ikutan " balas Nadia yg kembali membuat ku kembali berpikir keras mencari alasan agar Nadia berhenti memaksaku untuk ikut.

" Ouhh kosong ya? " Balas ku ngenes

" Gue ga di bolehin nih nad Ama orang tua gue " tolak ku kembali yang sudah memastikan kalau Nadia si ciwi berisik yang satu ini tidak punya solusi lagi seperti yang telah ia lakukan pada beberapa alasan yang ku lontarkan sebelumnya.

alih alih memaklumi, tapi naas Nadia bahkan berniat meminta izin kepada orang tua ku sendiri guna mengizinkan ku untuk ikut bergabung, akhirnya aku pasrah karna sungguh sudah tidak ada lagi alasan yang timbul di pikiranku.

Sebulan berselang

" HEEE LU DIMANA CONGEKKK?! " Teriak ku marah ke seseorang di sebrang sana karna Lya yang lagi-lagi ngaret terhadap waktu yang sudah jauh-jauh hari kami tentukan, ngaret yang ia lakukan memang tidak pantas di maklumi, karna setiap ia melewati batas waktu yang kami tentukan selalu tidak pernah tanggung.

" Iya, iya nih lagi otw, entar lagi lima menit lagi, sabar ya tata ku sayang "

" Awas aja ya lewat, gua gorok lu " ancam ku

Dan benar saja tak sampai lima menit, Lya sudah hadir dengan rambut acak-acakan akibat angin yang menerpa saat berkendaraan tadi.

aku bahkan tidak berani membayangkan secepat apa dia tadi mengendarai sepeda motornya itu, dia dan natalie tidak ada bandingannya jika dalam hal berkendara.

itu sebabnya jika kami hendak berpergian, aku lebih memilih menyetujui menaiki busway dari pada harus nebeng bersama mereka yang urak-urakan jika berkendaraan.

Setiap Sabtu kami berlima para gadis jomblo happy, aku, Natalie, lya, Marta dan Elza, memang selalu berkumpul, entah itu dinner ke tempat makan, atau seperti yang sedang kami lakukan ini,  membakar jagung atau ikan.

" Yaudah gue Ama Lya siapin arang, nah Elza siapin minuman, nah tata lu siapin bumbu, masak mie Ama siapin popcorn nya, nah si Marta bantu si tata di dapur " instruksi Natalie membagi tugas Yang menurutku sangat tidak adil bagi ku.

" Lah perasaan tugas gue kok banyak amat " protesku

" ya ampun tata ku sayang, lihat! Lihat siapa lagi di sini yang handal urusan dapur kalau ga lu seorang " tutur Lya dengan raut wajah yang dibuat konyol.

" Dua'in " sahut Natalie

" Tiga " sahut elza ikut ikutan

Mereka memandang tajam Marta yang sibuk mongotak-atik ponselnya setelah sekian lama hening baru Marta berpaling dari ponsel yang ia mainkan.

" Empat " sahut Marta kemudian memecahkan keheningan

Aku menghela nafas pasrah terhadap empat curut yang menjadikan ku bak ibu yang selalu memasak untuk mereka.

Kami pun memulai aksi kami dalam menjalankan tugas yang sudah di bagikan.

Beberapa menit kemudian aku memutar bola mataku malas melihat Marta yang hanya berperan bak patung pajangan seperti yang banyak terdapat di mall mall, dan ngenesnya di saat aku menyiapkan makanan dia malah bertiktok ria, yang membuat ku berpikir ulang untuk menyebutnya sahabat.

" Kecilin ga volumenya, kalau ga tu hp  ikut gua rebus nih! " Ancam ku

" Iya iya, di kecilin, apa salahnya sih ngetiktok, biar lu enjoy masaknya."

Ku pejamkan mataku menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nya kembali, memilih diam adalah pilihan yang tepat jika tidak mau obrolan ini berlangsung sampai besok.

Hanya seorang penulis amatir yang berusaha menyalurkan, rasa yang pernah ada 😌
Jangan lupa di komen Kaka, karna sebuah komen mampu membuat imajinasi ku semakin liar🤧😂🤣
Happy reading 😊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HE WHO UNDERSTANDS ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang