Ini Part: Kedua

55 13 10
                                    

<>~<>

"Baik, karena hari sudah mulai gelap. Maka cukup sampai di sini saja perkumpulan untuk hari ini." Fani, sebagai yang mengambil alih komando di perkumpulan ekskul Paskibra hari ini memberi perintah. "Maka, silahkan baca doa dalam hati menurut kepercayaannya masing-masing."

Semua yang ada di ruangan menundukkan kepalanya seraya membaca doa.

"Berdoa selesai. Kalian boleh pulang sekarang. Dan hati-hati di jalan."

Para junior paskibra langsung keluar ruangan tanpa melepas kode etik kesopanan, termasuk Aisha yang nampak sekali wajah capeknya.

"Ah, pegel banget daritadi duduk aja," keluh Aisha sambil merenggangkan ototnya.

"Sama, aduh." Nia, teman sekelas Aisha juga ikut merenggangkan ototnya. "Btw, Sha. Lu pulang sama siapa?"

"Aduh, enggak kepikiran itu." Aisha memukul kepalanya. Wajah yang tadinya terlihat lelah itu kini berubah mendung. Aisha tidak jago mengekspresikan wajahnya saat bahagia, tapi saat ia merasa sedih, cemas, kesal, itu langsung terlihat jelas di wajahnya, seperti menahan tangis.

"Kamu kenapa?" Dari samping seseorang bertanya. Aisha langsung menghadap ke arah tanya itu berasal. Nia juga melakukan hal yang sama. Didapati ternyata Fani, senior mereka yang bertanya, ditemani seorang cowok dengan kaos futsalnya.

"Hah, enggak papa, Kak. Saya sama Nia pulang duluan, ya, Kak. Permisi." Aisha langsung menarik tangan Nia, tapi pertanyaan Fani berhasil menghentikannya.

"Beneran? Muka kamu enggak keliatan baik-baik aja. Ada masalah?"

Aisha langsung merasa tak enak mendengar kekhawatiran Fani. Rasanya ingin ia beritahu saja bahwa dirinya kebingungan dengan siapa ia pulang, tapi Aisha merasa malu.

"Beneran, Kak. Ya, udah saya pulang dulu, ya."

Aisha dan Nia langsung melangkah menjauh. Meninggalkan Fani dengan rasa bingungnya dan tatapan menelisik dari cowok di sampingnya ke arah Aisha.

Mereka sudah sampai di parkiran, di mana motor Nia terparkir.

"Ah, sumpah bingung banget. Pulang sama siapa coba?" Aisha bertanya sedih.

"Abang lu? Minta jemput aja."

"Gua adanya adik, masih SD."

"Hangdeh. Gua kalau rumahnya searah mau dah nganterin."

"Enggak papa, lu langsung pulang —"

"Aisha!"

"Aja. Hah?"

Aisha dan Nia langsung menolehkan kepala mereka saat mendengar teriakan. Di belakang sana ada Yoga yang berlari menghampiri mereka.

"Eh, mau pulang?" tanyanya setelah berdiri di hadapan mereka.

"Iya. Baru selesai latihan futsal, ya, Yog?"

"Iya, nih." Yoga lantas beralih ke Aisha setelah menjawab tanya Nia. "Pulang sama siapa, Sha?"

"Enggak, tau," keluh Aisha.

"Gua tadinya mau ngajak pulang bareng. Lupa beda arah." Nia menerangkan.

"Bareng  gua aja, Sha?" ajak Yoga pada Aisha.

"Bukannya lu searah sama gua, Yog, rumahnya?" Setau Nia, sih, begitu. Soalnya, waktu mereka baru menjadi murid di sini, dia melihat Yoga dari kaca spion motornya persis berada di belakangnya saat pulang sekolah.

"Kebetulan, sih, gua ada perlu ke sana. Sekalian aja."

"Beneran, ya, lu? Gua pulang, nih, kalau gitu."

This is LinoWhere stories live. Discover now