⠀⠀𝟯𝟯.⠀⠀Kejutan

Start from the beginning
                                    

Bima membulatkan matanya, "pindah? Pindah ke mana? Ke kosan baru?"

"Gue nggak tau jelasnya sih, tapi kata Yuna dia udah mulai packing barang-barangnya."

"Mama nggak ngomong apa-apa, sih. Mungkin Mama belum tau," ucap Bima.

"Tapi kalau beneran jadi gimana, ya?"

"Ya nggak gimana-gimana. Itu kan udah keputusan dia, kita bisa apa?"

"Gini aja deh, Bim. Mending kita cari tau kepastiannya, dan kalau bener kita bikin acara perpisahan gitu, gimana?"

Bima mengangguk, "boleh juga, tuh."

"Nah daripada lo disini gangguin gue, mending ngapain gitu kek! Beliin seblak juga boleh, biar ada manfaatnya dikit!"

"Gue kan pacar lo, bukan babu lo, anjir."

"Ya gapapa, kali-kali gitu. Atau nggak lo belajar kayak gue, tapi di tempat lain aja, jangan disini. Bentar lagi ujian 'kok lo santai banget."

"Ujian tengah semester doang ini, bukan kelulusan. Gue merem juga selesai."

"Idih belagu amat anaknya Pak Tian! Kalau gue nilainya lebih bagus, traktir gue makanan seminggu, loh!"

"Oke! Tapi kalau gue yang nilainya lebih tinggi, lo harus manggil gue sayang!"

"Ogah!"

"Iyain aja, kek! Lagian ujung-ujungnya bakal lo yang menang juga." Riyu tertawa mendengar perkataan Bima barusan.

Pacarnya yang satu ini ada-ada aja, deh.

• • •

"Yuna, kamu mau jalan-jalan ke taman rumah sakit atau mau di kamar aja?" tanya seorang perempuan berseragam putih khas seorang perawat.

Yuna yang sedang diam sambil memandangi luar rumah sakit menatap perempuan itu dengan terkejut.

"Astaghfirullah! Yuna kirain siapa, ternyata Kak Dinda."

Perempuan yang dipanggil Dinda itu tersenyum, "kamu kayaknya bosen udah tiga hari nggak keluar dari kamar. Makanya kakak ajakin kamu buat keluar. Gimana? Mau keluar?" Yuna tersenyum senang sambil mengangguk.

Dinda membantu Yuna untuk duduk di kursi rodanya, setelah itu mereka berdua keluar dari ruang rawat Yuna dan pergi ke taman rumah sakit.

"Kak Din, makasih udah temenin Yuna selama disini. Karena ada Kak Dinda, Yuna jadi nggak ngerasa kesepian."

"Iya, sama-sama Yuna. Ini kan udah tugas kakak sebagai perawat buat ngerawat kamu selama di sini." Dinda mengelus surai Yuna pelan. "Oiya Yun, kamu disini sendiri nggak apa-apa, kan? Kakak mau balik dulu ke kamar rawat kamu, lupa ada yang ketinggalan."

Yuna mengangguk, "gapapa kok, Kak. Tapi jangan lama-lama, ya!"

"Sip!"

Sembari menunggu Dinda, Yuna memejamkan matanya sambil menghirup udara sejuk dari tanaman yang ada di sekitarnya. Yuna rindu sekali melihat aktivitas orang-orang di luar rumah sakit yang bisa ia lihat dari sana. Padahal, belum lama ia pergi keluar dari ruang rawatnya.

[✓] Kosan Bu Sulgi, txtzy.Where stories live. Discover now