u

2.1K 263 29
                                        





Jangan berharap pada manusia. Karena itu seni paling sederhana untuk menderita.

Dahulu Jaemin yang selalu mengatakan kalimat itu pada orang-orang bodoh yang terlalu manaruh harap pada manusia. Tapi kini dialah yang merasakannya juga. Seperti ditampar oleh kenyataan lalu diterbangkan oleh hayalan.

Sejak awal memang hubungannya dengan Renjun itu tidak seharusnya ada. Hubungan mereka itu terlarang. Orangtuanya saja tidak menyetujuinya lalu bagaimana dengan Tuhan?

Renjun terlihat bahagia dengan istrinya yang duduk tepat disampingnya. Tangan Renjun mengusap pelan penuh sayang ke arah perut sang istri yang ternyata sedang mengandung 4 bulan.

Lalu apa kabar dengan Jaemin?

Orang bodoh itu sekarang sedang berjalan ke arah mobilnya, berharap untuk pulang padahal rumahnya itu Renjun.

Siapa yang mengira karmanya akan datang secepat ini?

Tuhan memang maha adil. Itu benar adanya.
Jaemin yang dulu menyia-yiakan orang sebaik dan selembut Renjun. Sekarang disakiti oleh semesta.

" mas Jaemin, tunggu dulu!"

Gupika, wanita hamil itu nampak sangat cantik meski sedang mengandung. Benar yang dikatakan Renjun. Wanita itu memiliki perilaku yang sama dengannya. Caranya tersenyum dan tutur katanya mirip sekali dengannya.

Jaemin beruntung Renjunnya diberi hadiah oleh Tuhan, wanita yang mirip dengannya. Walaupun bukan dia yang ada disisi Renjun saat ini. Tapi setidaknya ada wanita baik yang menjaganya.

" ini mas, tadi aku masak soup dimakan ya?"

" oh iya, terimakasih gupi."

" sama-sama, mas Jaemin gamau mampir dulu? teman lamanya mas Renjun sepertinya cuma mas Jaemin aja yang datang kemari."

Mendengar suaranya, Jaemin teringat Reina. Gadis itu sudah menikah dengan Jeno setahun lalu. Mereka pindah ke Toronto. Ikut Jeno dan Mark bertugas disana.

" tidak, saya masih ada urusan. lain kali saja ya? "

" okedeh, mas Renjun temanmu mau pulang!"

Gupi berteriak memanggil Renjunnya, ah ralat dia sudah menjadi suaminya wanita cantik ini. Berjalan dengan terburu-buru Renjun keluar sembari tersenyum.

" tidak perlu berteriak, sayang. aku masih punya kuping ini. "

" hilih mas tuh suka budek ya kalo aku panggil, nih liat mas Jaem temanmu ini suka sekali membantah! dia memang begitukah sejak dulu?"

Gupi menatap sinis ke arah suaminya yang ditatap sinis malah terkekeh. Jaemin paham, dia memang harus mengikhlaskan Renjun sekarang. Jaemin tidak akan tega menyakiti hati perempuan didepannya ini.

" iya, suamimu memang seperti itu. "

Jangan tanya rasanya seperti apa, Jaemin tidak tau. Yang terasa hanya perih di hati, tapi perasaan Jaemin mengatakan bahwa ia baik-baik saja.


















Maaf Renjun, caraku mencintaimu salah.











MAS JAEMIN - jaemrenWhere stories live. Discover now