🕊 Bagian 2

2K 172 18
                                    

Berbuat baiklah pada siapa saja, terlebih dengan mereka yang berada di dekat kita.

Dr. Ferihana Ummu Umamah

---

Perempuan berdarah Sunda tersebut tampak melangkah terburu-buru ke dalam rumahnya. Kini, tepat jam satu siang Ia baru tiba di rumah, itupun Ia tersadar karena pembantu rumah mereka menghubunginya sebab Kaivan sedari pulang tadi terus menangis hingga tak mau makan siang.

"Kaivan?" panggil Anantha sesaat dirinya telah berada di dalam rumah.

"Kai--"

"Den Kaivan ada di kamarnya nyonya, dia nggak mau makan, malahan saya dimarah-marahin karna nyonya belum pulang juga," sela pembantu rumah tangganya.

Tanpa menunggu lama, Anantha segera berlari ke lantai dua tepatnya kamar Kaivan berada.

"Sayang?" Kaivan yang terlihat cemberut di atas ranjang pun seketika menolehkan pandangannya ke ambang pintu seraya mendelik kesal ke arah sang mama.

Anantha merasa bersalah, Ia pun melangkah mendekat ke ranjang, berusaha untuk membujuk Kaivan agar tak marah lagi padanya.

"Sayang, maafin Mama ya, tadi Mama beneran lupa jemput kamu," tutur Anantha sesaat dirinya telah duduk di samping putranya.

Kaivan tak menjawab, Kaivan masih menekuk wajahnya dengan kedua tangan Ia lipat di depan dada seraya membuang muka. "Kaivan, jangan marah dong, Mama beneran lupa."

Akhirnya Kaivan menoleh melayangkan tatapan marahnya pada Anantha. "Mama sendiri kan yang bilang, kalau udah janji sama orang, harus ditepatin. Tapi ini, Mama ngelanggar janji Mama sendiri! Katanya janji mau jemput Kaivan, tapi malah Bibi Atun yang jemput!" sungut Kaivan.

Anantha menghela napasnya berat. "Iya, sayang. Mama tau Mama salah, makanya Mama minta maaf."

"Nggak mau!" tolak Kaivan.

"Ya udah gini aja, Kaivan boleh kok nggak maafin Mama, tapi Kaivan harus tetap makan, gimana?" tawar Anantha.

Kaivan diam sejenak kemudian menggeleng. Anantha kembali berpikir keras agar putranya itu mau makan. "Kaivan suka nggak sakit?" Kaivan menggeleng.

"Suka nggak kalau Mama sama Papa khawatir?" Kaivan kembali menggeleng.

"Kaivan mau nggak kurus kerempeng kaya lidi?" Lagi-lagi Kaivan menggeleng.

"Kalau gitu, Mama minta kamu mau makan ya? Kalau nggak mau Mama suapin, biar Bi Atun aja, gimana?" Kaivan diam, seakan menimang-nimang ucapan sang mama.

"Kalau Kaivan mau makan, nanti Mama nggak akan nakal-nakal lagi nggak jemput Kaivan, nanti Mama janji deh, besok Mama yang akan jemput sama antar Kaivan sekolah. Mau ya?" tutur Anantha.

Akhirnya, setelah Kaivan terdiam beberapa saat, kini Ia mengangguk setuju walau wajahnya masih setia Ia tekuk.

"Nah gitu dong, ini baru anak Mama yang ganteng," tutur Anantha dengan senyum cerahnya.

"Ya udah, mau disuapin sama Mama atau sama Bi Atun?" tawar Anantha.

"Bi Atun!" Anantha membuang napasnya pelan, dan pada akhirnya Ia pun hanya bisa menurut.

Nikah Dadakan 2 [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang