[ Bagian 1 ]

221 25 25
                                    


2 bulan sebelumnya...

Suara kepakan sayap merpati terdengar di luar jendela kamar dan membuat seorang gadis yang bergelar Putri Kerajaan, menolehkan kepalanya. Dilihatnya merpati putih yang di kaki kirinya telah terikat sebuah surat kecil. Dia tahu pasti siapa pengirimnya.

"Degi, terima kasih ya, eum... tunggu sebentar, aku akan membacanya dan segera mengirim balasan. Kau tunggu sini."

Putri bernama Adhara Ludwig dengan sumringah membuka perlahan surat itu sambil duduk di ranjang bernuansa klasik itu.

Adhara kasihku...

Apa kabar?
Sudah lebih dari dua minggu kita tak betemu dan berbalas surat. Hari ini aku memutuskan untuk mengirimu surat terlebih dahulu, sebab ada satu hal yang ingin aku sampaikan.

Mungkin, ini bisa jadi kabar yang buruk buat dirimu, namun aku yakin dalam lubuk hatimu, kau akan bahagia. Bulan depan, Kerajaan Neiura akan mencoba menaklukkan Kerajaan Veloria.

Aku tahu, kau pasti sedih mendengar ini, namun aku tidak akan menghancurkan seluruh Kerajaan Veloria, Adhara. Di sini, aku dan seluruh Panglima sudah berdiskusi jika kita hanya akan meminta kalian menjadi sekutu kami.

Dan kau tahu, hal yang menggembirakan apa?
Ada hadiah yang harus di berikan oleh kerajaan yang kalah. Dan itu terserah dari kerajaan yang menang, mau menginginkan apa.

Jika aku memenangkan perang ini, aku akan meminta dirimu menjadi Ratuku.

Adhara tersentak sejenak saat membaca kalimat tersebut. Semburat merah langsung timbul di kedua pipi cantiknya. Namun segera saja langsung ia tepis dan kembali melanjutkan membaca surat.

Aku tahu kau pasti tengah tersenyum, 'kan?

"Dasar tukang gombal."

Jadi, kau bisa 'kan doakan aku untuk memenangkan perang ini?
Aku janji selama perang aku tidak akan sampai melukai anggota keluargamu.
Tolong, cepat balas pesanku Adhara, aku sudah sangat merindukanmu sekarang.
Bahkan rasanya aku bisa mati karena kerinduan.

Tertanda, Pangeran Jeffrien.

"Kenapa dengan membayangkan wajahnya saja sudah membuatku malu begini. Gila! Jeff, kau pakai sihir apa bisa membuatku semakin jatuh cinta kepadamu."

Adhara dengan gesit menuliskan balasan untuk Jeffrien. Bibir Adhara tak henti-hentinya menyimpulkan senyum. Degi-merpati putih milik Jeffrien-masih menunggu di jendela dengan anggun. Karena tak ingin Degi menunggu terlalu lama, Adhara segera menulis dengan sedikit lebih cepat.

"Putri," panggil seseorang tiba-tiba dibalik pintu kamar Adhara.

"Ah, iya. Ada apa?"

"Anda diminta untuk menghadiri makan malam, Putri."

"Oh iya, sebentar. Kau boleh pergi, aku akan menyusul nanti."

Adhara yakin, dayang tadi sudah pergi. Segera mungkin ia mengikatkan surat balasnnya ke kaki Degi. "Jangan sampai ada yang lihat ya. Kau harus segera pulang. Cepat cepat!"

The Seven Princes of HellWhere stories live. Discover now