Saat itulah Draco membuat keputusan bahwa Hermione tidak boleh tidur sendirian lagi. Jika dia mengizinkannya, Draco akan tinggal bersamanya, bahkan jika itu berarti tidur di lantai. Draco akan mencegahnya lebih awal di lain waktu. Ia akan menenangkannya. Ia akan melindungi Hermione dari dirinya sendiri.

Pintu berderit terbuka dan Draco melihat Ayahnya mengintip ke dalam.

"Apakah dia baik-baik saja?" Lucius bertanya, suaranya muram karena bangun tidur, matanya tertuju pada pemandangan putranya yang menahan seorang wanita yang menangis.

"Lengannya terluka lagi, tapi kupikir dia akan baik-baik saja," kata Draco, tidak melepaskan cengkeramannya pada Hermione. "Aku akan tinggal di sini malam ini," tambahnya tegas.

"Aku harap juga begitu," kata Lucius dengan suara lelah. "Selamat malam."


____________________________________________________

Saat Draco bangun, Hermione masih dalam pelukannya, tapi matanya terbuka dan dia menatap wajahnya. Hermione mengawasinya tidur. Dia bertanya-tanya sudah berapa lama dia berdiri.

"Pipimu memar," katanya sedih.

"It's fine," gumamnya. "Tidak sakit."

"I'm sorry anyway," katanya, tampak bersalah.

Draco mencium keningnya dengan lembut. Ia suka bahwa ia bisa melakukan hal itu sekarang tanpa berpikir dua kali.

"Terima kasih telah menjagaku," bisiknya. Jantungnya berdebar aneh.

Hermione menyembuhkan lengannya saat membuat sarapan.

"Bagaimana perasaanmu, Hermione?" kata Lucius, mencoba terdengar ringan tapi gagal. Sebaliknya, dia terdengar khawatir. Mereka semua duduk mengelilingi meja saat Hermione menjahit beberapa luka yang lebih besar di sepanjang lengan dalamnya. Itu adalah hal yang tidak menyenangkan untuk ditonton.

"Thanks to your son, aku baik-baik saja," katanya dengan tenang. "Goresan ini tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang telah aku lakukan sebelumnya." Dia tersenyum hangat pada Draco, membuatnya bergerak tidak nyaman.

"Aku melakukan apa yang harus aku lakukan, Granger," katanya. Draco tahu ia bukan pahlawan. Dia biasa mengidentifikasi dirinya sebagai salah satu orang-orang yang melakukan hal buruk pada Hermione. Ia tidak ingin ucapan terima kasih dari siapa pun.

"Tidak, kau melakukan apa yang kau pilih," katanya dengan nada yang tulus. "Itu hal yang berbeda."

Hermione berdiri dan mengambil sebotol krim dari lemari terdekat. Meremas beberapa ke jarinya, dia berjalan ke arahnya dan mengoleskan campuran dingin itu di pipi Draco.

Draco tidak bisa menahan diri. Ia membiarkan matanya menutup dan menikmati sensasia itu. Tangannya yang bebas bersandar dengan lembut di bahunya. Jari-jarinya bergerak melintasi memar dengan sangat lembut, ia hampir tidak merasakannya. Tapi sentimen yang datang dengan sentuhan itu, perhatian yang Hermione berikan padanya, membuat dadanya sakit dengan cara yang menyenangkan. Semua perhatiannya tertuju padanya, dan Draco menyerapnya dengan rasa syukur. Ia sudah terbiasa dengan ini ketika Hermione menyembuhkannya dari kutukan, Draco terkejut saat menyadari bahwa ia merindukan kontak fisik mereka.

"Itu akan membantu," katanya sambil memasang kembali penutup krim.

"Terima kasih, Granger," kata Draco, pipinya memerah.

Hermione meremas bahunya sambil tersenyum.


____________________________________________________

Malam itu, Draco mondar-mandir di depan pintu Hermione, mencoba memutuskan bagaimana membicarakan topik itu dengannya. Ia tidak ingin memberikan kesan yang salah— ia ingin tidur di kamar Hermione untuk melindunginya dari night terrors, bukan karena alasan lain. Mostly.

Static | DRAMIONE [END]Where stories live. Discover now