The Wedding and The Terror

Start from the beginning
                                    

**

"Kami telah menyiapkan rumah untuk kalian. Kau tenang saja sayang. Rumah itu pasti cocok untukmu." Kata Mom saat aku menghampirinya.

Aunt Lisa juga tersenyum lembut padaku. "Tak apa, Sayang. Kau tahu David anak yang baik kan! Kalian memulainya dengan bagus. Walaupun saat ini mungki kalian hanya sebatas teman, tapi aku yakin suatu saat nanti, kalian tak akan terpisahkan." Ucap Mom Lisa sembari membelai lenganku dengan tangannya yang bebas.

Aku tersenyum tak mengerti. Tapi sejurus kemudian aku memutuskan untuk mengangguk. Lebih baik terlihat menuruti perkataan mereka daripada membuat Mom baruku ini gelisah dan khawatir akan kelanjutan pernikahan kami.

Baru saja aku hendak pergi meninggalkan mereka, seorang wanita berteriak. Teriakan itu benar-benar menyeramkan. Seakan menggema di ruang terbuka. Mom menatapku panik. Kemudian menarik tanganku mencari sumber suara.

Di depan kami, Darah berceceran di lantai dansa. Seorang pria gemuk tergeletak setengah telungkup tanpa nyawa di atas meja hidangan. Beberapa tamu memuntahkan kembali makanan yang telah masuk ke dalam mulut mereka karena merasa jijik. Salah seorang bodyguard Dad maju untuk membalikkan badan korban.  Orang yang membunuhnya benar-benar sadis. Dia menembak sang korban tepat di depan mukanya.

Bukan di dahi, atau di perut. Dan itu benar-benar mengerikan. Seakan pria itu tak memiliki wajah. Aku bisa membayangkan bagaimana reaksi ketakutan korban saat sang pembunuh menodongkan pistol di depan mukanya. Kemudian menembus kepalanya tanpa ampun.

**

-David Carter-

“Entahlah, kupikir mungkin sebenarnya, kau belum mati. Bagian dari diriku yakin sepenuhnya kau masih hidup, Zara. Atau mungkin akulah yang terlalu berharap.”

Aku memandang batu nisan di depanku dengan saksama. Beberapa ilalang telah tumbuh liar dan hampir menutupi kuburannya. Tempat ia disemayamkan. Orang yang kukasihi. Yang tak sempat kulihat untuk yang terakhir kalinya.

“Lagipula aku tak pernah melihat jasadmu. Kau tahu, hari ini aku menikah. Kau mungkin akan mentertawaiku karena aku mengambil keputusan yang begitu dini. Tapi ini semua bukan kehendakku. Saat aku melihat gadis itu, aku seperti melihatmu kembali, sayang. Sesaat aku malah berharap dia adalah kau.”

Sembari mencabut beberapa ilalang, aku meletakkan sebuket mawar putih di samping nisannya.

Pikiranku melayang kembali saat pertama kali bertemu dengan Zara. Gadis yang tertidur di dalam peti dan tak akan pernah terbangun lagi. Tanpa sadar aku tersenyum. Berawal dari insiden kecil, sampai akhirnya kita berteman dan melewati hari-hari kita bersama. Melalui segala masalah dan mencari solusinya bersama.

Dia cinta pertamaku. Hadir di saat aku tak percaya dengan yang namanya cinta. Semenjak Mom dan Dad bercerai. Dan Dad meninggalkan begitu banyak hutang sehingga membuat aku, Mom, dan adikku Peter harus hidup dengan bayang-bayang penagih hutang.

Awalnya aku menyalahkan keadaan hidup kami pada Dad. Sampai akhirnya aku tahu bahwa kesalahan sebenarnya adalah berasal dari Mom. Dad menemukan Mom bersama lelaki lain di sebuah hotel. Memang sebelumnya aku tak percaya. Mana mungkin Mom bertingkah seperti perempuan murahan seperti itu. Aku marah dan merasa dibohongi. Saat itu aku ingin sekali meninggalkan Mom. Tapi saat itu Peter baru berusia beberapa bulan. Aku tidak mungkin tega membiarkan Mom mengurus Peter seorang diri.

entièrement contrôléWhere stories live. Discover now