Harapan yang Terkubur

Začít od začátku
                                    

"Ghina masih tinggal di deket sungai, kan?" tanya Mamah, entah kepada siapa.

"Masih," jawab Papah Lee. "biasanya jam segini lagi ngasuh cucunya."

"Loh, udah punya cucu?"

Papah Lee menganggukkan kepalanya, mengunyah salmon dengan tenang. "Cuma kita yang belum dapet," jawab Papah Lee.

"Bang, kode ..." saut Hanbin. "Gas laaaah."

"Cowok dulu ya, Bang ..." saut Mamah. "Biar kaya Jisung."

"Atau kaya anaknya Donghyuk, kembar."

"Donghyuk belum nikah, Pah ..." jawab Hanbin. "Itu anaknya Bang Bobby."

"Loh, Kakak kamu Donghyuk atau Bobby?"

"Kakak aku Heechul, Pah ..." jawab Hanbin dan langsung mendapatkan lemparan timun dari Seunghoon.

💃

"Hayi mana, Bang?" tanya Hanbin. Lelaki itu baru selesai membersihkan diri. Dan saat berjalan menuju luar, ia hanya melihat sepasang pengantin baru yang sedang bermesraan di ruang keluarga.

"Paling ke kebun teh," jawab Bang Seunghoon.

"Mamah sama Papah?"

"Keliling, nostalgia."

Hanbin hanya mengangguk saja, dan setelah itu memilih pamit keluar. Lebih baik ia mencari Hayi, dari apa cosplay obat nyamuk diantara pengantin baru.

Udara dingin langsung menyambut Hanbin, tempat tinggal Papah Hayi memang berada di area pegunungan. Walaupun tak sedingin rumah Nenek, tetapi tidak bisa dibilang panas seperti Graha Permai yang seperti neraka.

Perkebunan Teh adalah pemandangan yang selalu dilihat oleh mata. Hijau, dan menyegarkan.

Senyuman Hanbin langsung terbit, ia melihat Hayi yang duduk di sebuah kursi. Tatapan mata perempuan itu terlihat sedang memperhatikan hamparan kebun teh yang mengelilinginya.

Langkah Hanbin semakin cepat, ia bersemangat untuk menghampiri Hayi. Jaket yang dipakainya kini sudah terlepas. Dan saat sudah berada di dekat Hayi, jaket rajut coklat itu sudah menyelimuti tubuh Hayi yang hanya mengenakan dress selutut dengan lengan pendek.

Suasana diantara keduanya terasa sangat hening. Hayi masih tetap diam dan menatap kosong, sedangkan Hanbin duduk di sebelah Hayi, bersandar pada kursi kayu.

Hanbin langsung duduk menegak, ia kira kekasihnya ini hanya melamun dan menikmati pemandangan kebun. Tetapi saat melihat pundak Hayi yang bergetar, Hanbin dengan sigap merubah posisi duduknya.

Tak ada niatan untuk bertanya. Hanbin lebih memilih untuk memeluk Hayi, mengelus-elus punggungnya dan membiarkan Hayi menangis. Biarkan Hayi melupakan segala sesuatu yang ditahannya.

Semenjak Hanbin datang, ia sesekali mencuri-curi pandang kepada Hayi. Dan Hanbin sering melihat Hayi sedang memperhatikan interaksi kedua orang tuanya. Puncaknya bahkan saat resepsi pernikahan Bang Seunghoon kemarin, Hanbin melihat tatapan sendu bercampur senang Hayi saat melihat ke pelaminan. Bukan, Hayi bukan memperhatikan abangnya. Hayi lebih fokus pada kedua orang tua yang duduk bersebelahan menemani putra sulung mereka.

"Aku takut ..." gumam Hayi yang bisa dengan jelas Hanbin dengar.

Hanbin yang tak tahu kemana arah pembicaraan Hayi, memilih untuk mengeratkan pelukannya saja. Membiarkan Hayi berbicara.

"Kenapa Mamah sama Papah terusan-terusan berakting bahagia? Kenapa mereka seakan memberikan harapan?"

Masih tidak paham kemana pembicaraan Hayi, "Mereka gak akting, mereka emang benar-benar bahagia ..." jawab Hanbin.

"Dan itu menakutkan," balas Hayi, membuat Hanbin semakin bingung. "Aku takut semakin berharap."

Hanbin mengangguk, sedikit demi sedikit ia menemukan jawaban.

"Kamu takut kalo kau semakin berharap kalo Papah sama Mamah kembali bersama?" tanya Hanbin. Dan anggukkan kepala Hayi menjadi sebuah jawaban.

Kali ini Hanbin mengetahui rasanya. Sebesar apapun usaha seorang anak untuk menepis keinginan orang tuanya kembali bersama, rasa itu akan tetap ada. Harapan bahwa keluarganya akan kembali utuh selalu muncul, bahkan setelah berusaha untuk menguburnya.

"Nikmati dulu aja," balas Hanbin. "Sekalipun Papah sama Mamah kamu gak bisa bersama. Tapi setidaknya sekarang mereka baik-baik aja."

Hayi hanya terdiam, ia berusaha untuk mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal.

"Kita gak bisa maksa, itu hidup mereka," lanjut Hanbin. "Itu kata Mas Jinan, waktu Dahyun berusaha buat nyatuin ayah sama bunda lagi."

"Tau gak sih, karena liat Ayah sama Bunda. Harapan lama yang aku kubur, sedikit demi sedikit datang dan bermunculan."

Hanbin mengangguk paham. "Kamu iri?"

"Sangat," jawab Hayi. "Padahal dulu, permasalahan Ayah sama Bunda lebih parah daripada Mamah sama Papah."

"Kadang aku mau banget ngurusin Mamah sama Papah bersamaan, tapi mereka bahkan gak bisa tinggal di rumah yang sama."

"Kamu bisa berbagi tugas sama Bang Hoon," balas Hanbin. "Setidaknya kalian gak buat Papah sama Mamah hidup sendiri."

"Aku gak mau ngerepotin Mba Seulgi."

"Kalo kamu nanti nikah, apa kamu gak takut merepotkan suami kamu juga?"

Hayi mendongakkan kepalanya, "Kamu merasa direpotkan?"

"Kamu bakalan nikah sama aku?" bukannya menjawab, Hanbin justru balik bertanya. Dan decakan sebal dari Hayi membuat tawa Hanbin pecah.

"Bang Hoon bakalan pindah ke luar kota," kata Hayi. "Aku yakin Papah gak akan ikut. Sedangkan Mamah masih harus check up setiap bulan."

"Kenapa Papah gak ikut tinggal sama kamu aja?"

"Ck! Kan udah aku bilang, mereka gak bisa tinggal di rumah yang sama," jawab Hayi kesal.

"Tetangga kamu kan rumahnya di kontrakin," balas Hanbin. "Sewa aja buat Papah."

"Terus Papah sendirian?"

Hanbin diam sejenak, "Kayanya komplek perumahan kamu bukan jenis manusia yang peduli sama tetangga deh," gumam Hanbin. "Jadi, mau Papah sama Mamah tinggal serumah juga gak akan peduli. Toh ada kamu ini."

"Kalo mereka satu rumah, aku makin takut ..." balas Hayi. "Aku takut harapan yang dulu aku kubur kembali kegali."

Hanbin menghela nafasnya, "Aku mau nanya satu hal."

"Apa?"

"Alasan kamu gak mau nikah ..." kata Hanbin, ia berusaha melawan keraguannya. "Apa karena takut ngerepotin aku karena kamu mau ngurusin Mamah sama Papah?"

Hayi dengan santai menggelengkan kepala, "Aku yakin kamu gak akan ngerasa repot," jawab Hayi dan disahuti anggukkan Hanbin. "Aku cuma takut kalo nanti berada diposisi Mamah sama Papah."

Tbc

Selama ngetik ini, otak aku terus-terusan nyinyir. "Tau apa lo tentang anak yang jadi korban perceraian? Hidup sama orang tua aja cuma 12 tahu."

Iya emang, otak aku lebih pedes daripada mulut Teh Hayi.

[3] KIMcheees 3x✓Kde žijí příběhy. Začni objevovat