Pertama

1.5K 189 31
                                    

"JANGAN tarik baju gue, anjeng."

Jay yang berada di barisan paling belakang meringis mendengar perdebatan antara teman-teman di hadapannya. Nicholas memimpin dengan semangat di garda terdepan. Sebuah tali kamera menggantung di lehernya. Saat ditanya oleh Heeseung mengenai alasan kenapa ia harus membawa kamera, Nicholas dengan mantap menjawab 'gue mau selfie sama hantunya' yang dibalas dengan seluruh gelengan kepala dari keempat temannya.

Diantara mereka berlima, hanya Nicholas yang memiliki keberanian paling tinggi dibanding temannya yang lain. Heeseung menyusul di belakang, lalu Sunghoon, dan yang terakhir Jake serta Jay.

"Sstt." Telunjuk Nicholas diletakkannya di depan bibir. "Jangan berisik!" tukasnya, galak. Sontak membuat keempat temannya menutup bibir rapat-rapat.

Pintu utama kamar mandi itu sudah akan dibuka oleh Nicholas saat suara Jake yang cukup nyaring menginterupsi kegiatan mereka.

"Jangan dibuka dulu!" Jake menahan lengan teman-temannya. Kakinya sedikit gemetar, mendadak ketakutan. Padahal Jake sudah membulatkan niatnya untuk berani saat Sunghoon memberi tau soal rencana mereka pada hari ini. "Baca ayat kursi dulu!"

"Lah, Jake? Lo kan kristen?"

"Yaiya. Gue udah baca doa. Sekarang giliran kalian supaya doanya double dan proteksinya aman."

Tawa Nicholas hampir muncrat keluar kalau saja dia tidak ingat ia sedang berada di bagian sekolah yang paling angker. Rumor-rumornya, bahkan portal menuju dunia lain tersebut ada disini, di antara pepohonan beringin yang letaknya tepat berada di samping kamar mandi.

"Gue gak hapal," keluh Heeseung. Seketika menyesali keputusannya untuk membolos setiap pelajaran agama. "Yang lain aja lah."

"Terus siapa yang mimpin dong, nyet." Jake menggerutu. Ia mengayun-ayunkan tangan Sunghoon, yang selanjutnya tangan Jake dipukul oleh Sunghoon yang merasa terganggu.

"Jay aja. Anaknya takut hantu pasti hapal ayat kursi dari kecil."

Jay mendengus walau di dalam hati tetap mengiyakan. Satu-satunya senjata yang ia punya dalam menghadapi berbagai hal horor hanyalah ayat kursi dan serentetan surah lainnya yang ia hapal di luar kepala. Jay bukan orang yang beriman sebenarnya. Tapi karena ia memiliki ketakutan berlebihan pada hantu, orangtua Jay menyuruhnya untuk menghapal berbagai ayat dan surah sebagai senjata satu-satunya.

Semuanya berdoa, kecuali Nicholas yang selain tidak seiman, ia bisa dibilang benar-benar berani. Kalaupun nanti ia menemukan salah satu hantu yang digadang-gadang seram oleh teman-teman seangkatannya, Nicholas mungkin akan mengajak hantu itu untuk bermain panco agar bisa membuktikan siapa yang lebih seram dan garang-dirinya, atau hantu itu.

"Udah?" tanya Nicholas, memperhatikan temannya yang mengusap wajah tanda selesai berdoa. "Gue buka nih?"

Heeseung mengangguk semangat. "Buka aja," katanya, mendorong Nicholas untuk maju yang membuat lelaki itu hampir sedikit terjungkal.

Tidak ada apa-apa. Hanya bunyi decitan pintu kamar mandi itu yang memenuhi gendang telinga lima sekawan yang ada disana. Bunyinya cukup keras, khas bunyi pintu tua yang sudah lama tidak terpakai.

Bulu kuduk Jay merinding. Kakinya kembali mengkeret sedang lengan baju Jake menjadi korban pelepasan ketakutan Jay yang menjadi.

"Aduh anjing, baju gue nanti melar!"

Sunghoon kali ini bertugas menginjak kaki Jake, yang berfungsi sebagai peringatan kalau temannya satu itu baru saja berteriak. Jake mengerucutkan bibir sebelum akhirnya ikut menatap ke depan dan menutup mulutnya rapat-rapat.

HilfeWhere stories live. Discover now