Hal Terbaik yang Hampir Ia Lakukan

156 27 3
                                    

Sudah bukan hal yang baru bagi Shuhua sekarang, sebuah ketukan di pintunya sesaat lewat tengah malam. Langkah kecil terburu-buru yang ditemani dengan isakan kecil yang tertahan. Dan kehangatan yang mendekapnya dari belakang, meremas erat kaos hijau favoritnya. Dia tidak perlu lagi menoleh untuk mengetahui siapa yang menyelinap ke kamarnya akhir-akhir ini, Seo Soojinnya. Shuhua tidak peduli dengan tidurnya yang terganggu, tidak untuk seseorang yang memiliki seluruh hatinya. Mungkin terdengar cukup aneh, namun dia justru berterima kasih telah menjadi salah satu orang yang Soojin cari saat dia merasa sedih. Tapi tidak berarti hal tersebut tidak menyakiti hatinya mengetahui orang yang paling iya ingin jaga terluka.

Shuhua tidak tahu apa yang sebenernya terjadi pada Soojin, baik alasan maupun kapan semuanya terjadi, Soojin tidak pernah memberitahunya tentang ini—pun memberitahunya apapun, namun Shuhua memiliki tebakan tentang siapa yang sangat mungkin menyebabkan hal ini. Sudah tiga tahun mereka berdua bersama sebagai trainee, tahun pertama ia lewati dengan berjuang memesan makanan sehari-hari, tahun kedua untuk melawan perasaan yang tidak seharusnya, dan ketiga untuk menghadapi konsekuensi dari perasaan itu. Perasaan spesial itu mungkin datang terlambat, tapi Shuhua selalu mengagumi dan menyayangi Soojin. Bagaimana tidak, Soojin selalu memperlakukannya dengan sangat baik, berada bersamanya dari awal, menjaganya dengan tulus, teman pertamanya di Korea, teman yang membuatnya merasa dirinya berharga.

"Soojin Unnie memiliki sesuatu," Shuhua terdiam sejenak, berusaha mencari kata yang ia maksud, "Siapapun yang datang kepadanya, dia selalu membuat orang itu merasa nyaman," ia terdiam untuk yang kedua kalinya, kali ini berusaha mencari keberanian untuk kemudian lanjut berkata, "Dia membuatku merasa nyaman dan menceritakan keresahanku." Shuhua menyelesaikan dengan malu-malu sambil secara tidak sengaja berusaha meraih helaian rambut Soojin, menyelipkannya ke belakang telinganya, meskipun hal itu harus terhenti mengingat mereka sedang berada di depan kamera saat itu.

Hal ini cukup membuat Shuhua frustrasi bagaimana dia dapat mempercayakan seluruh dirinya pada Soojin namun sebaliknya, dia tidak pernah tahu apa yang ada di pikiran Soojin. Hanya pada waktu-waktu tertentu, selalu sedikit lewat tengah malam, Soojin akan menceritakan satu atau dua hal yang ia rasakan, selalu samar, selalu meninggalkan Shuhua dengan lebih banyak pertanyaan. Shuhua tidak pernah menekan Soojin lebih jauh, memaksanya untuk bercerita lebih dari yang ia nyaman bagikan karena meskipun itu menyakiti Shuhua, dia hanya ingin membuat Soojin nyaman, membuatnya merasa aman.

Saat itu adalah salah satu malam dimana Soojin membiarkan dirinya bercerita. Mereka terbalut nyaman di selimut Shuhua yang hangat, memegang tangan satu sama lain, setelah menikmati sup rumput laut kesukaan Shuhua. Soojin meletakkan kepalanya bersarang di celah antara leher dan selangka Shuhua, tampak menikmati detak jantung Shuhua yang membuatnya nyaman.

Terkadang hal ini membuat Shuhua takut bagaimana, di posisi mereka saat ini, Soojin dapat mendengar degup jantungnya yang sangat cepat, tapi saat ini yang paling ia takutkan adalah bagaimana keadaan ini membuat Soojin tampak ingin mencintai dirinya seutuhnya. Bagaimana Soojin mendengarkan ocehan tentang masa kecilnya, anjing kecil lucu pertamanya, makanan favoritnya, dan semua hal-hal aneh yang orang tuanya lakukan selama ia beranjak dewasa. Bagaimana Soojin menatapnya sebelum memberikan kecupan kecil di ujung hidungnya. Shuhua hanya perlu berpura-pura bahwa Soojin tidak kemudian bercerita tentang bagaimana seseorang, yang bukan Shuhua, memenuhi sebagian besar pikiran Soojin setiap saat, seperti Soojin memenuhi pikirannya.

"Apa yang kamu cintai dari dirinya Jin-ah?" Shuhua bertanya, lirih, nyaris seperti berbisik, bertanya-tanya apakah "cinta" merupakan kata yang tepat, dengan hati yang nyaris tidak bisa menahan rasa sakit yang datang bersamaan ia mengakhiri tanyanya.

Soojin terdiam sesaat, sedikit terlalu lama, sebelum memulai berkata, yang terdengar seperti keraguan di telinga Shuhua, "Aku tahu ini tidak benar, tapi dia memperlakukanku dengan sangat buruk, sampai-sampai aku tidak pernah kehabisan hal untuk kutulis." Dan Shuhua tahu betapa Soojin jatuh cinta pada kata-kata. Menorehkan kisahnya, mengabadikannya menjadi puisi-puisi yang tersimpan rapi di jurnal kesayangannya. Tapi itu membuatnya bertanya-tanya apakah Soojin mencari seorang kekasih atau sebuah ide cerita.

HampirDonde viven las historias. Descúbrelo ahora