1

1.2K 55 1
                                    

Selamat membaca.

Dengerin lagunya juga ya di media.



.
.
.
.

Ada beberapa hal di dunia yang dimulai dengan baik, dan berakhir dengan buruk. Ada juga yang diawali dengan sesuatu yang mengerikan, namun memiliki ending yang begitu mengharukan.

Atau bisa jadi, sejak awal kisah itu ada, hingga kisah itu selesai selalu diwarnai dengan pelangi-pelangi indah, maupun sebaliknya.

Ada juga kisah yang mulanya biasa saja, dan berakhir sedikit mengecewakan. Dan masih ada beberapa kisah yang lain dengan ending yang lain pula.

Ada banyak awal untuk sebuah kisah.

Tetapi sayangnya, kita tidak bisa memilih mau awalan seperti apa yang akan diberikan Tuhan untuk kita. Begitupun dengan Reygan Liem Dhani.

Dia tentu tidak memilih awalan dan ending yang mana yang akan dia lalui. Bukan hanya memilih, dia juga tidak dapat melihat kedalam hidupnya sekilas, tentang bagaimana akhir kisahnya itu akan selesai. Ataupun bermula dengan sangat tiba-tiba.

Itulah yang membuatnya terus melangkah saja sekarang, sebab ia seolah adalah orang yang berusaha melihat di tengah kegelapan.

“Ada ?”

Pertanyaan itu dilontarkan Rey dari mulutnya begitu saja. Hampir saja Shem menjatuhkan bungkusan kado yang cukup besar dari tangannya.

Aneh saja, Rey si mulut emas yang tidak perduli dengan apapun, kini bertanya akan hal yang sebelumnya dia bilang ke Shem, tidak usah perdulikan.

Ya, saat security mengantarkann tumpukan kado dan buket bunga yang cukup banyak dari lobby hotel, Shem sudah berharap akan menemukan kado yang ditunggu-tunggunya.

Kado dari salah seorang penggemar Rey tentu saja. Dan Shem tidak menyangka, Rey juga sepertinya mulai tertarik dengan kado yang dimaksud.

“Emm.. Aku cuma tanya, soalnya kamu seneng banget sama setiap kiriman dari dia.”

Shem menatapnya datar lalu merotasikan matanya searah jarum jam.

“Serah deh ya.” Shem tau jika Rey hanya sedikit mengemukakan pembelaannya.

Memang benar seperti yang dikatakan oleh Rey, Shem memang tertarik dengan setiap kiriman dari salah satu fans Rey yang selalu menyertakan sebuah nama kecilnya disudut maps kirimannya.

Satya.

Unik saja, Shem yang selaku maneger dan teman sejak kecil dari Rey, pertama kali menemukan keunikan dari kiriman Satya kepada lelaki pendiam yang dingin itu.

Saat fans lain mengirim karangan dan buket bunga, coklat, surat, boneka dan aksesoris maupun baju, Satya terus saja mengirimkan foto-foto lawas zaman SMP dan SMA yang memang dikenali Rey sebagai dirinya.

Meskipun begitu, itu bukan foto yang bisa didapatkan dengan mudah sebab tidak beredar luas di internet maupun media social manapun.

Satya seolah-olah adalah yang memang benar-benar mengambil foto itu dari Rey meskipun mengambilnya dalam artian mencuri-curi beberapa moment saat Rey tidak menyadari akan hal itu.

Sebab rata-rata foto yang dikirim oleh Satya adalah foto natural Rey yang tidak sadar akan keberadaan kamera sama sekali.

Jepretan dari seorang stalker. Sedikit membuat merinding, tapi entah kenapa Shem tertarik sekali dengan foto-foto itu.

Hanya saja bedanya, Shem benar-benar seperti melihat Rey yang sebenarnya melalui foto-foto itu. Melihat Rey yang dulu sangat ceria, mudah tertawa, bertingkah koyol dan melakukan hal-hal yang menyenangkan layaknya remaja seusia itu.

Tidak Rey yang sekarang. Yang hanya bicara ketika memang ada hal penting yang ingin dia katakan, atau hanya keperluan menjawab ketika ditanya.

Ini bukan karna usia Rey yang sekarang menginjak 26 tahun, tapi karna masalah ornag tuanya, dia menjadi sedingin ini. Sebab Shem sangat paham akan sifat Rey yang dikenalnya ketika mereka sama-sama masuk di bangku sekolah yang sama itu.

Shem kenal Rey yang konyol dan mudah tertawa, hingga ia menjadi anak broken-home dari perceraian tidak sehat Ayah-Ibunya.

Kekecewaan kepada Sang Ibu yang memilih untuk meninggalkan Ayahnya demi bersama lelaki lain, membuat Rey seperti kehilangan urat kebahagiaannya tiba-tiba.

Rey keluar dari rumah sakit setelah dirawat selama seminggu pasca sidang akhir putusan perceraian orang tuanya, dan menjadi sosok yang  berbeda.

Ya ini, sosok yang sekarang dilihat Shem sedang membenarkan polesan bedak di pipinya dengan tatapam datar dan seolah kosong.

Rey yang berbeda, sangat.

“Mungkin dia udah gak akan kirim foto hinaku lagi.” Ucap Rey mematut-matutkan riasan wajahnya di depan cermin.

Shem  tidak memperdulikan apa yang dikatakan Rey. Dia masih bersemangat mencari kiriman dari Satya. Ya, walaupun memang Satya sudah hampir selama tiga bulan ini tidak ada mengirim apapun. Tapi setidaknya, hari ini adalah pengecualian jika memang dia sudah kehabisan foto yang akan dia kirimkan.

Sebab ini adalah hari ulang tahun Rey. Minimal, Satya akan mengirim ucapan selamat ulang-tahun pada Rey, mengingat jika sebelumnya, Satya mengirim 1 foto setiap minggunya selama lebih dari enam tahun terakhir semenjak Rey menjejaki dunia Model yang kini melambungkan namanya.

Namun nihil, sudah dipisahkan semua kado dan kiriman dari fans Rey  oleh Shem ke sisi lain ruangan, tapi ia tak menemukan kado dengan nama Satya. Shem terlihat benar-benar kecewa.

“Kok dia gak ngirim apapun sih ? Ini kan ulang tahunmu. Harusnya dia kirim apa gitu kek. Ya, walaupun cuman selembar kertas sama ucapan happy-birthday. Itu udah cukup.”

“Dia lagi sibuk mungkin.” Kini Rey sibuk dengan eye-liner di mata kirinya.

“Atau jangan-jangan, dia meninggal lagi ?!” Ucap Shem menduga-duga.

“Bisa aja kan ya ?! Dia udah 3 bulanan gak ngirim apapun. Bisa aja dia kecelakaan atau semacamnya, trus meninggal, jadi gak ngirim lagi sampek sekarang. Atau dia tiba-tiba diculik sama seseorang, trus jadi trending topic berita orang ilang, jadi kita gak tau. Atau, dia kecelakaan, buta trus lumpuh dan dia gak bisa kirim fotomu lagi. Atau bisa juga dia …..”

Sebuah buket bunga kecil yang ada replica boneka dengan wajah Rey berhasil dimasukkan Arda ke dalam mulut Shem. Setidaknya berusaha menghentikan keributan dari isi kepala Shem yang dia keluarkan melalui sederet praduganya.

"Pikiranmu gak ada yang bagusan dikit ? Meninggal lah, kecelakaan, buta. Apaan cobak ?!” Dengus Rey kesal sambil mengenakan sepatunya.

“Ya kan siapa tau.” Shem mengeluarkan buket bunga mini itu dari mulutnya lalu melemparkannya kearah Rey. Untung saja tidak kena.

Shem bisa membayangkan bagaimana Rey akan mengambil pisau di potongan buah diatas meja dan melayangkannya tepat kearahnya jika memang itu sampai terjadi.

Rey benar-benar ganas asal kalian tau saja.

“Ayo keluar, ntar telat.” Kata Rey setelah berhasil berdiri sempurna dengan setelah toksedo yang sweet berwarna biru laut. Ia berjalan keluar dari kamar rias dan menuju ke aula hotel, ke tempat acara ulang tahun-nya digelar meriah.

Kini, ia harus bergulat lagi dengan kepalsuan dalam hidupnya, yaitu melempar senyuman kepada semua orang, dan memasang wajah sebahagia mungkin di depan lensa-lensa dan flash yang terarah menyorot dirinya.

Menjadi Rey, seorang top model laki-laki dengan paras cantik dan manisnya.

.
.
.

[FF] PHOTOGRAPH •Markhyuck ^ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang