Dari ambang pintu, Sana melihat kekasihnya iba. Haruskah ia jujur pada Yuta bahwa besok teman dekatnya akan segera meninggalkan kota ini?

Tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat. suasana hatinya pasti sedang tidak baik. jadi, Sana akan memberitahunya besok pagi saja.

Kemudian wanita dengan Surai kecoklatan itu membalikkan badannya meninggalkan Yuta yang masih duduk di kursi balkon dengan kopi yang tidak lagi panas.

"Ini malam tahun baru, mau menemaniku minum kopi bersama?..."

adalah teks pesan yang tidak jadi Yuta kirimkan pada seseorang. hatinya menyuruhnya untuk “kirimkan” tetapi kepalanya berkata “jangan”

Kemudian Yuta menaruh ponselnya di atas meja di depannya. Sejenak memejamkan netra nya yang tak kunjung mengantuk.

Menghirup angin malam dengan keadaan merindukan seseorang. Tangannya memeluk tubuhnya sendiri dengan begitu erat.

Yuta berlarut-larut dalam pikirannya sekarang. Memikirkan banyak hal yang sebelumnya tidak pernah ia pikirkan. tiba-tiba fenomena bintang jatuh terlintas di kepalanya.

Saat itu, hatinya begitu hangat. tidak se-resah sekarang. Apalagi ditemani teman-temannya dan juga Winwin.

Saat Winwin terlintas di kepalanya. ia mulai membuka netra nya yang tadi terpejam. seakan baru menyadari sesuatu.

Kenapa harus menempatkan Winwin pada frasa yang berbeda. Harusnya ia tidak perlu menambah frasa nama Winwin saat frasa sebelumnya adalah teman-temannya.

Bukankah, ia—Winwin— juga temannya?

Sejenak Yuta berfikir lebih dalam dari biasanya. bukankah, terlalu dekat jika di panggil teman? bukankah terlalu jauh jika di panggil teman?

Sebentar, Kenapa Yuta baru kepikiran malam ini? kenapa ia baru menyadari? menyadari bahwa terlalu intim ia dan Winwin jika sekedar teman.

Lantas? Siapakah Winwin di dalam hidup mu, Yuta?

Yuta mengacak-acak surai blonde nya dengan kedua tangan. Frustasi. Tidak mengerti. Membingungkan. tapi, terbayang-bayang.

Ia menghela nafas sebentar kemudian menghembuskan-nya perlahan. Tangannya meraih ponsel yang tergeletak di atas meja. menelpon temannya yang sedari tadi ada dalam pikirannya.

Namun sayangnya, panggilan tidak terjawab.

Tapi Yuta tidak menyerah begitu saja, ia kembali menelponnya. dan masih sama, yaitu tidak dijawab. Lagi, lagi, Dan lagi.
Hingga sudah sepuluh kali panggilan, dengan hasil yang sama.

Sudah pukul sebelas malam. mungkin, si empu sudah tidur?

Akhirnya Yuta beranjak dari kursi. melangkah menuju kamar tidur.


────────────────────


Yuta terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah. malam tadi, ia bermimpi buruk. Melirik ke arah jam dinding yang menunjukan pukul tujuh pagi.

Sana sudah tidak ada disampingnya. kemungkinan ia sedang memasak sarapan di dapur.

ia beranjak dari kasur untuk menghampiri kekasihnya yang sedang memeras lemon di dapur.

Langkah Yuta yang tergesa membuat Sana mengalihkan atensi-nya. Dan melangkahkan kakinya menuju Yuta yang sedang duduk di kursi meja makan dengan raut wajah yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

Sana ikut duduk disampingnya. "Yuta, kau baik-baik saja?" Ucap sana penasaran.

Yuta memijat pelipisnya yang terasa pening. "Semenjak kau datang kesini, kenapa jam tidurku jadi berantakan..."

HEATHER | YUWINWhere stories live. Discover now