Akibat kecelakaan yang menimpanya pada masa lalu, membuat Lisa harus kehilangan semua ingatannya. Semua memori yang ada dikepalanya terhapus total. Tidak ada yang tersisa, walau hanya sedikit.
Namun, pada suatu hari Lisa dihadapkan dengan rentetan k...
Lalice terus berlari tanpa arah, pergi kemana pun kakinya membawa. Seakan-akan dia buta. Dia juga tidak memperdulikan sekeliling, tidak mendengar seruan kesal satu-dua pejalan kaki yang tidak sengaja disenggolnya.
"Ya! Song Lalice!" Yunhyeong berteriak panik sekaligus cemas tatkala melihat adik perempuannya berlari ke arah sebuah persimpangan jalan. Lampu penyebrangan masih berwarna merah, kendaraan yang ada disana melaju cukup cepat.
Dan Lalice tidak menyadari hal tersebut. Persis ketika gadis berponi itu menginjakkan kakinya ke jalanan, sebuah mobil datang melaju cukup cepat.
Sang pengemudi mobil terkesiap dan langsung menginjak pedal rem. Namun, terlambat. Tanpa bisa dihindari lagi, mobil tersebut menabrak tubuh Lalice hingga terpental jauh ke bahu jalanan.
Tubuh gadis berponi itu berguling diatas aspal jalanan. Lantas berhenti dengan sendirinya.
Terdengar teriakan histeris yang berasal dari para pejalan kaki. Kejadian itu berlangsung dalam sekejap mata, saking cepatnya mereka tidak bisa melakukan apa-apa selain terdiam.
Langkah kaki Yunhyeong dan Hye Kyo seketika terhenti. Untuk sesaat mereka lupa bagaimana caranya untuk bernapas. Rasanya begitu mencekik saat melihat tubuh Lalice yang tergeletak tidak sadarkan diri di atas jalan dengan darah yang mulai menggenang.
"SONG LALICE!"
***
Suara Jisoo dan Jennie yang sedang bernyanyi membuat suasana didalam mobil menjadi ramai. Mereka bernyanyi mengikuti sebuah lagu yang diputar pada audio mobil. Bahkan sesekali Jisoo memukul stir mobil mengikuti irama lagu tersebut.
Rosé yang tadinya ikut bernyanyi bersama kedua kakaknya, tiba-tiba tercekat. Membuatnya diam begitu saja. Soloist itu meremas jemarinya. Perasannya berubah menjadi tidak enak. Seharusnya dia merasa senang karena sekarang mereka dalam perjalanan menuju apartemen Lalice.
Rosé menatap Jennie sejenak, lalu memutuskan untuk menggeleng. Dia tidak ingin kakaknya itu ikut memikirkan hal yang sama dengannya. Cukup dia saja.
"Aniya, eonnie." Rosé menggelengkan kepalanya. Tersenyum meyakinkan kepada Jennie.
"Arasseo, tapi ingat. Jika ada sesuatu hal yang mengganggumu kau bisa bercerika kepadaku atau Jisoo-eonnie. Jangan dipendam sendirian, hmm." Hanya anggukan kepala yang diberikan oleh Rosé. Setelah itu mengalihkan perhatiannya keluar jendela mobil Mini Cooper milik Jisoo.
Tangan kanannya mencengkram erat gelang pink miliknya. 'Semoga hanya perasaanku saja...'
Setelah menempuh perjalanan selama sepuluh menit lamanya, mereka sampai di gedung apartemen kediaman Lalice bersama Minnie. Sebenarnya Rosé ingin pergi sendirian, tetapi Jennie dan Jisoo mendadak datang ke apartemennya. Karena semuanya telah berkumpul, jadi Rosé memutuskan untuk mengajak kedua kakaknya itu juga.
Jennie menghentikan langkah kakinya yang otomatis membuat Jisoo dan Rosé ikut berhenti. "Saat itu aku hanya mengantarkannya sampai di luar, aku tidak tahu dia tinggal di lantai berapa."
"Dia tinggal di lantai tiga, unit nomor 11." Sahut Rosé kembali melangkahkan kakinya lebih dulu menaiki anak tangga. Meninggalkan Jisoo dan Jennie yang saling tatap.
Rosé mempercepat langkah kakinya. Dia tidak bisa tenang sebelum memastikan jika adik kembarnya itu baik-baik saja. Dibelakangnya Jisoo dan Jennie mengikuti.
Sesampainya di depan pintu apartemen milik Lalice, tangan Rosé terangkat untuk memencet bel. Namun, pintu tersebut telah terbuka lebih dulu sebelum jari telunjuk soloist itu menyentuh permukaan tombol bel.
"Minnie-ssi?" Rosé terkejut, mundur beberapa langkah saat melihat Minnie yang membuka pintu sedikit kasar.
"Rosé-ssi?! Apa yang--" Ucapan Minnie terputus saat melihat kehadiran Jisoo dan Jennie yang datang bersama Rosé.
Jika kondisinya lebih baik, mungkin Minnie akan pingsan pada detik ini juga karena ketiga public figure yang sangat terkenal datang ke apartemennya secara bersamaan. Namun, saat ini kondisinya tidak memungkinkan Minnie untuk menyambut mereka bertiga dengan antusias.
"Minnie-ssi, a-apakah... Apakah Lisa ada di dalam?" Tanya Rosé dengan nada penuh kekhawatiran. Disaat yang bersamaan entah kenapa dia takut mendengar jawaban yang akan diberikan oleh Minnie.
Minnie membasahi bibirnya sejenak, tangannya yang gemetar sejak Yunhyeong menghubunginya tadi terangkat untuk memegang kedua lengan Rosé dengan erat.
"Lalice... Maksudku Lisa, dia... Dia mengalami kecelakaan." Ucap Minnie dengan susah payah. Tubuh Jisoo dan Jennie langsung menengang begitu Minnie menyelesaikan ucapannya.
Kedua bahu Rosé seketika turun mendengarnya. Kedua mata gadis blonde itu nampak bergetar. Dia menatap ke dalam mata Minnie guna mencari kebohongan disana. Namun, dia tidak menemukannya. Walau hanya sedikit.
"A-andwe... Maldo andwe..." Rosé menggeleng-gelengkan kepalanya. Air mata mulai membanjiri wajahnnya. Jadi karena itu perasaannya mendadak menjadi tidak tenang?
"Ya! Beraninya kau bercanda disaat seperti ini--"
Jisoo segera menahan Jennie yang hendak menerjang Minnie, kemudian menggelengkan kepalanya, memberikan isyarat kepada gadis berpipi mandu itu agar tetap tenang.
"Tenangkan dirimu, Jennie-ya! Ini bukan saatnya untuk berdebat, kita harus segera ke rumah sakit!" Jisoo menghembuskan napasnya kasar, mencoba untuk tetap tenang. Kemudian dia beralih menatap Minnie.
"Kau tahu dimana rumah sakitnya, kan?" Tanya Jisoo yang langsung diangguki oleh gadis berdarah Thailand tersebut.
"Kalau begitu, kajja!"
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Udh tau sekarang lagi ujian jurusan, malah update wattpad... Dasar aku😑 (*plak!)
Sekilas info...
Nama : Kim Lalisa Hobby : Suka kecelakaan (ditabrak mobil)🙂