Begitu semua pekerjaannya selesai, Yunhyeong langsung pulang ke rumahnya, menemui Hye Kyo untuk membahas hal yang dikatakan oleh Raejun kepadanya tadi sore.
Dia menceritakan semuanya secara rinci, sama persis dengan apa yang disampaikan oleh Raejun. Tanpa mengubah, mengurang, atau menambah cerita tentang kecelakaan sepuluh tahun silam yang merenggut nyawa anak laki-laki, istri, serta hilangnya cucu keempat atasannya itu.
Beberapa saat yang lalu Yunhyeong telah menyelesaikan ceritanya dan menanyakan keputusan dari Hye Kyo. Namun, sampai sekarang tidak ada jawaban dari ibunya itu.
"E-eoh." Hye Kyo tersentak, mengalihkan tatapannya ke arah Yunhyeong setelah sejak tadi sibuk menatap keluar jendela dengan tatapan kosong.
Yunhyeong menatap kedua mata Hye Kyo. Menghela napas tertahan saat mengetahui jika ada guratan kesedihan dan takut kehilangan yang terpancar jelas dari mata ibunya.
Laki-laki itu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, memilih untuk mengalihkan pandangannya ke sekeliling ruang kerja ibunya yang ada di rumah. Hatinya terasa sakit melihat tatapan mata ibunya tersebut.
"Jika eomma tidak setuju, aku bisa mengatakannya kepada--"
"Ani, aku menyetujuinya." Potong Hye Kyo dengan suara yang bergetar. Kedua mata Yunhyeong kembali menatap ibunya.
"E-eomma yakin?"
Hye Kyo menghela napas gusar. Kepalanya tertunduk untuk menyembunyikan air mata yang telah menggenang di pelupuk matanya. "Kita harus mengembalikan Lalice ke keluarganya."
"Geundae, eomma--" Ucapan Yunhyeong seketika berhenti, baru menyadari maksud kalimat Hye Kyo barusan.
"Jamkkan! Tadi eomma bilang mengembalikan Lalice ke keluarganya? Keluarganya? Jadi eomma sudah tahu jika Lalice adalah keluarga Raejun-sajangnim?"
Sebagai jawabannya Hye Kyo mengangguk lemah. Yunhyeong melebarkan matanya tidak percaya. Kedua tangannya terkepal dengan erat.
"Jinjjayo, eomma?! L-lalu kenapa... Kenapa tidak langsung saja eomma kembalikan Lalice saat itu, eoh?! Saat dia berada di rumah sakit atau setelah dia sembuh?! Kenapa eomma--"
"Lalice mengalami amnesia, Yunhyeong-ah!" Kepala Hye Kyo kembali terangkat. Tidak peduli jika saat ini Yunhyeong melihatnya yang menangis.
"Apa gunanya aku mengembalikan Lalice ke keluarganya jika dia tidak mengingat apa-apa tentang dirinya?! Itu hanya akan membuat keluarganya semakin merasa sedih..." Lirih Hye Kyo menyeka matanya yang telah basah.
"Tapi... Argh!" Yunhyeong mengacak-acak rambutnya. Beranjak berdiri, kemudian berjalan menghampiri dinding ruangan.
Pikirannya sedang tidak menentu saat ini. Sebagian dari dirinya menyetujui apa yang dikatakan oleh Hye Kyo. Namun, sebagian yang lainnya tidak setuju karena seperti apapun kondisi Lalice saat itu dia harus dikembalikan ke keluarganya.
Akan tetapi, hatinya berkata lain. Jauh didalam lubuk hatinya dia tidak ingin Lalice pergi dari hidupnya. Yunhyeong sangat menyayangi gadis berponi itu layaknya adik kandung sendiri. Dialah yang paling merasa senang dan antusias ketika mengetahui jika Hye Kyo akan mengadopsi Lalice. Sosok adik perempuan yang selalu dia damba-dambakan akhirnya terwujud.
Buk!
Yunhyeong memukul dinding dengan kuat. Tangisan yang telah dia tahan sejak sore tadi sudah tidak bisa dibendung lagi, semua air matanya tumpah.
Dia tidak rela jika adik perempuan yang telah dia jaga dan sayangi selama ini pergi begitu saja. Pernyataan jika dia ingin membantu Lalice mencari keluarga sesungguhnya hanya omongan saja karena dia yakin bahwa keluarga Lalice sudah tidak ada atau tidak pernah bisa ditemukan.
BINABASA MO ANG
Memory (DISCONTINUED)
FanfictionAkibat kecelakaan yang menimpanya pada masa lalu, membuat Lisa harus kehilangan semua ingatannya. Semua memori yang ada dikepalanya terhapus total. Tidak ada yang tersisa, walau hanya sedikit. Namun, pada suatu hari Lisa dihadapkan dengan rentetan k...
Part 25
Magsimula sa umpisa
