C31. Give Me A Present And I Give You My Voice

Start from the beginning
                                    

"Kaisar ini......" Aurel  menggantungkan kalimatnya hingga membuat ciel dan alisha menunggu penasaran.

    "Pasti sudah tua dan ubanan.  Haduh, banyak keriputnya juga pasti." Lanjutnya hingga kedua teman yg mendengar misuh2 dalam hati.

"Astaga aurel." Desah alisha.

"Hei, apa maksudmu dia sudah tua. Dia  masih muda, umurnya masih 20 tahun. Dia juga tampan dan kuat. Tatapannya setajam elang dengan rambutnya yg hitam  seperti  gagak." Protes ciel.

      Aurel kemudian mengerutkan keningnya.

"Darimana kau tahu? Kau pernah bertemu dengannya?" Tanya aurel.

"Iya, darimana  kau tahu? Setahuku, tak ada penjelasan bagaimana   wujud kaisar Alaskandor karna hal itu dirahasiakan demi keamanan. Bahkan dibuku sejarah saja tak   disebutkan berapa umurnya saat dia berhasil  menaklukan 10 kerajaan itu." Dukung alisha.


  

       Ciel terlihat gugup. Kemudian dia berusaha  menormalkan raut wajahnya.

"Tidak penting darimana aku tahu. Yg jelas  dia bukan seperti yg  ada dalam pikiranmu.  Sudahlah aku  mau keperpustakaan." Elak ciel kemudian.

"Kau tak ingin ikut dengan kami?" Tawar alisha.

        Ciel menaikkan alisnya sebelah.

"Memang apa yg akan kalian lakukan?" Tanyanya.

"Kami akan melakukan proyek  untuk festival Oshlova  nanti. Kau tahu kan, festival ini  sangat penting bagi kalangan sihir karna ini merupakan wujud penghormatan pada alam semesta terutama Gods Of Fate. " jelas alisha.

       Ciel melambaikan tangan kanannya malas.

"Maaf, aku pecinta rebahan. Bukan banyak aktivitas seperti kalian. Membuang tenaga saja." Ujarnya yg kemudian meninggalkan  ruangan begitu saja.

"Huh pemalas."  Lirih aurel.

        Kemudian dia pun melihat ke  Alisha.

"Sudahlah. Ayo kita berangkat sekarang." Ajaknya kemudian yg diangguki alisha.

.
.
.
.
.

       Bukk....

"Hahh... akhirnya sampai juga dirumah. Uuhh emily, tolong buatkan Es Coklat yahh.." seru aurel sekembalinya dari menara ferosha.

"Baik nona. Apa perlu saya ambilkan beberapa camilan?" Tawar emily.

       Aurel berpikir sejenak.

"Yah... kupikir tidak buruk."

      Emily pun mengundurkan diri hingga tinggal aurel yg berada dikamarnya.

"Sio." Panggilnya pelan.

     Sinar merah-keemasan muncul bersama dengan sio.

"Ada apa?"

      Aurel memicingkan matanya menatap tajam sio.

"Kau benar2 tak ingin mengatakan apapun padaku?" Aurel kembali memojokkan sio seperti beberapa hari yg lalu.

      Sio menghela nafas.

ÃŅŤÄĢØŇÌŞ Őŕ PÊÖŅÝ ?Where stories live. Discover now