"Hah.." Haechan menghembuskan nafasnya seperti telah lari maraton.
"Bear kamu sudah bangun, ayo cepat sarapan mommy sudah membuatkan nasi goreng dan telur gulung favoritemu." Irene sang mommy menghampiri Haechan dan memberikan piring berisi roti selai coklat untuk anaknya.
"Pagi Mommy." Haechan mencium pipi Mommynya dan tersenyum hangat.
"Pagi bear, anak mommy pasti sangat lelah. Semalam kamu pulang malam sekali. Apa cafe sedang ramai sayang?" Irene mengelus rambut Haechan. Ia merasa kasihan pada anak pertamanya, semenjak kepergian suaminya segalanya berubah dan kehidupan mereka pun sangat lah berbeda. Semua kemewahan yang sempat mereka miliki hilang begitu saja. Apalagi banyak sekali hutang yang harus dibayarkan atas kerugian yang telah menimpa perusahaan mendiang suaminya. Dan Haechan selalu berusaha untuk melunasi semua hutang tersebut, tapi hutang tersebut tidaklah sedikit, dan nominalnya cukup banyak hingga mereka harus menyicil. Dan entah sampai kapan mereka menyicil hutang tersebut.
Haechan tersenyum. "Aku tidak apa-apa, Mom. Cafe memang sedang ramai karena baru grand opening tapi itu bagus karena cafe milik Jeno akan semakin terkenal. Mommy jangan khawatir aku baik-baik saja aku selalu meminum vitamin yang mommy berikan jadi staminaku semakin bertambah." Haechan memeluknya, pelukan hangat dari seorang ibu terasa begitu menenangkan.
"Mom, aku harus pergi ke cafe, Renjun sudah menungguku di halte bus. Mommy jangan terlalu lelah, malam ini aku tidak akan pulang terlambat. See you Mommyku yang cantik jelita." Haechan mengecup pipi sang mommy. Ia mengambil roti diatas piring yang diberikan oleh mommynya dan memakannya sambil terburu-buru.
"See you Bear. Berhati-hatilah sayang." Irene mengecup puncuk kepala anaknya dengan penuh kasih sayang. Anak pertamanya yang harus berjuang melunasi hutang-hutang mendiang suaminya yang sudah meninggal sejak dua tahun yang lalu akibat serangan jantung.
Halte Bus.
Renjun sudah menunggu Haechan selama dua puluh menit lamanya tapi anak itu masih belum juga menampilkan batang hidungnya. Tiba-tiba saja seseorang menutup matanya dari belakang, sudah dipastikan itu pasti adalah Lee Haechan yang menyebalkan.
"Yaaa! lepaskan Lee Haechan. Aku sudah menunggumu dua puluh menit dan kau malah bertingkah konyol. Menyebalkan." Renjun mendengus kesal, wajahnya menekuk.
Haechan lalu berdiri disampingnya, melihat sahabatnya terlihat kesal membuat paginya terasa menyenangkan. Ia terkikik. "Begitu saja marah kau sangat sensitif injunie, apa kau sedang datang bulan?" Haechan merangkul Renjun.
Renjun memutar bola matanya malas. "Ayo cepat busnya sudah datang." Renjun menarik lengan Haechan menuju bus.
Cafe SunFlower.
Renjun dan Haechan sudah sampai di cafe dan disana sudah ada Chani dan juga Hendery yang sedang merapikan cafe karna sebentar lagi cafe akan buka pada pukul 10.00 KST.
"Oh kalian sudah datang. Kak Jeno ada didalam mencari kalian." Chani menunjuk ruangan staff khusus karyawan. "Kak Jeno menunggu disana."
Mereka berdua saling bertatapan bingung, ada apa Lee Jeno menunggu mereka berdua di pagi-pagi buta seperti ini. Mereka menuju ruangan tersebut dan menghampiri Jeno yang sedang duduk diruangan khusus karyawan.
Haechan duduk di sofa bersama Renjun dan menampilkan wajah Lee Jeno yang tersenyum dengan matanya yang menyipit.
"Ada apa Jeno?" Renjun memulai pembicaraan.
Jeno tersenyum lalu menyilangkan kakinya sambil menatap kedua sahabatnya. Persahabatan yang sudah mereka jalin sejak JHS dan sampai saat ini mereka masih bertemenan dengan baik. Walaupun terkadang ada pertengkaran kecil tapi mereka bertiga mampu melaluinya dan selalu bersama disaat salah satu dari mereka mengalami kesulitan.
"Kalian tegang sekali, aku tidak akan memarahi kalian ckk—aku hanya ingin mengucapkan terimakasih." Jeno tersenyum dengan mata bulan sabitnya. "Berkat kalian impianku terwujud untuk memiliki cafe sendiri dan membangun ini dengan usahaku sendiri, aku sungguh berterimakasih cafeku saat ini sudah banyak dikenali banyak anak-anak muda. Kalian berdua memberiku banyak ide dan menghargai impianku." Haechan dan Renjun hanya mendengarkan ucapan Jeno tanpa minat.
"Kau berlebihan sekali, No." Cetus Renjun. Sedangkan Jeno hanya tersenyum mendengarnya.
"Jadi kau hanya ingin mengatakan itu?" Tanya Haechan malas yang diberi anggukan oleh Jeno.
"Haechan, aku dengar kau sedang mencari pekerjaan tambahan. Apa itu benar?" Tanya Jeno. Sebenarnya bukan hanya itu saja yang ingin ia sampaikan, ia justru ingin menawarkan pekerjaan lain pada sahabatnya. Ia ingin membantu Haechan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan juga gaji yang lebih besar dibanding bekerja di cafenya. Haechan sudah lama menjadi tulang punggung keluarga semenjak kematian ayahnya.
Haechan mendongak, terkejut karena Jeno mengetahuinya. Ia menggigit bibirnya. "Euumm—iya benar. Tapi sepertinya tidak mungkin karna jam kerjaku di cafemu. Darimana kau tau? Apa Renjun memberitahumu?" Haechan menoleh pada Renjun melihat gerak gerik Renjun yang mencurigakan.
"Yaaa Lee Haechan! Aku saja baru bertemu dengannya mana mungkin aku memberitahunya." Renjun mendengus kesal.
Jeno tertawa melihat kedua sahabatnya yang terkadang akur tapi terkadang seperti tom and jerry.
"Aku mendengar percakapan kalian saat itu. Tidak masalah jika kau ingin mencari pekerjaan lain Haechan. Kudengar Jisung akan segera lulus sekolah dan kau pasti akan membutuhkan biaya yang lebih banyak untuk membiayai kuliahnya. Aku akan mengurangi waktu kerjamu. Bagaimana?"
"Dan kau Renjun." Jeno menunjuk Renjun dengan tatapan yang menyebalkan. "Mengapa kau bekerja paruh waktu juga? Bukankah kau hanya aku suruh untuk mempromosikan cafeku saja? Bagaimana jika Daddymu tau kau bekerja disini, bisa saja aku di bunuh olehnya."
"Lagi-lagi kau berlebihan sekali." Ucapnya kesal.
Haechan termenung dengan apa yang Jeno katakan hingga ia tidak fokus ketika Jeno memanggilnya.
"Haechan bagaimana? jika kau ingin mencari pekerjaan tambahan aku akan menanyakan pada mommy, saat itu kudengar diperusahaan kakakku sedang membutuhkan Receptionist. Apa kau ingin mencobanya?"
"Apa kau serius Jeno? Sejujurnya aku memang ingin mencari kerja tambahan. Tapi—" Haechan menyenderkan bahunya di sofa sambil menyelami pikirannya.
"Jangan terlalu banyak berpikir. Aku akan menanyakan pekerjaan itu pada mommy karena kakakku belakangan ini sulit kuhubungi. Baiklah sampai disini saja pembicaraan kita, aku harus pergi dan nanti akan aku kabari lagi. Kalian berdua bekerjalah dengan rajin. Dan kau Renjun jangan anggap cafe ini taman bermainmu." Ucapnya. Jeno melangkah pergi meninggalkan ruangan.
"Haechan, kupikir tawaran Jeno sangat baik. Dia juga pasti mengurangi jam kerjamu, setidaknya kau tidak perlu mencari-cari di perusahaan lain lagi. Kupikir perusahaan LCG tidaklah buruk." Renjun menatap Haechan dan menunggu jawaban apa yang akan Haechan katakan, karena sepertinya anak ini sedang mengkhawatirkan sesuatu.
Haechan menghembuskan nafasnya. "Baiklah akan kucoba Injunie, karena ini akan menjadi pengalaman pertamaku bekerja disebuah perusahaan. Aku hanya merasa sedikit khawatir." Renjun mengangguk setuju dan mengajaknya keluar untuk mulai membuka Cafe karena hari sudah mulai siang.
Mereka berdua keluar dari ruangan dan mulai membantu Chani dan Hendery untuk membantu menyiapkan pesanan dan mengantarkannya.
CITEȘTI
Dancing With The Devil [REVISI]
DragosteLee Haechan adalah pria manis yang memiliki paras cantik. Ia bekerja di sebuah cafe sederhana milik sahabatnya. Kehidupannya dipenuhi dengan lika liku yang mengharuskan ia menjadi tulang punggung keluarganya. Haechan adalah pria yang sangat periang...
PROLOG DWTD
Începe de la început
![Dancing With The Devil [REVISI]](https://img.wattpad.com/cover/262257873-64-k914963.jpg)