"Tuan Muda hanya ingin membangkitkan Shie Hassaikai kembali. Itu tidak salah, bukan?"

"Ta-tapi.. caranya itu salah! Eri tidak salah apa-apa!" (Name) menghentakkan kakinya sedikit kesal.

"Apa kau akan melaporkan ini pada Chisaki-san?" Tatapannya berubah sendu, ia tersenyum miris.

Sejujurnya Chrono masih belum menemukan jawabannya. Mengapa Chisaki masih membiarkan gadis ini di sampingnya. Padahal ia sendiri tidak menginginkan (Name) mengetahui yang sebenarnya.

Lalu, untuk apa?

Kalaupun Chrono melaporkan hal ini, kemungkinan yang dilakukan Chisaki ada tiga. Tidak percaya. Menanyakan secara langsung pada (Name), atau yang lebih parah, Chrono sendiri bisa-bisa dibongkar.

"Entahlah.." hanya itu yang bisa dikatakan Chrono sekarang.

(Name) tidak menjawab lagi, matanya berkaca-kaca sekarang. Kalau ia memutuskan membantu Eri, Chisaki akan terkhianati.

Ia membalas semuanya dengan pengkhianatan?

Dengan kesal (Name) keluar, ia sedikit membanting pintu. Lalu menyeka ujung mata yang berair dengan lengan bajunya.

Baru saja ia hendak berbelok di lorong menuju ruangannya, tubuhnya menabrak seseorang.

Mood-nya sedang buruk saat ini, membuatnya hendak memaki siapa yang beraninya menghalangi jalannya.

"Ah, siala—" matanya seketika melebar. Ia memperbaiki posisi berdirinya.

"Chi..Chisaki-san!"

(Name) buru-buru menundukkan kepalanya, menyembunyikan bekas air matanya.

"A..ada apa.. Chisaki-san?" Suaranya sedikit bergetar.

Sudah berapa kali (Name) memutus kontak mata ketika maniknya bertemu dengan milik Chisaki?

Chisaki tidak suka itu.

Dengan satu gerakan cepat, ia mengangkat dagu (Name), menatapnya langsung ke manik sang gadis. Seolah mencegahnya mengalihkan pandangan.

(Name) reflek hendak mengangkat lengannya untuk menghapus bekas air mata. Namun gerakan tangan Chisaki lebih cepat, ia menangkap lengan gadis itu menggunakan tangannya yang bebas.

"Chisaki-san..?"

Iris emas Chisaki menatap lekat wajah (Name). Maniknya menangkap bekas kemerahan di ujung mata (Name).

Ia memutar bola matanya dengan gusar. "Chrono melakukan apa padamu?" Suaranya memberat.

"Ti.. tidak.. Chrono tidak.. melakukan apapun.." (Name) menggigit bibir bawahnya.

"Lalu?"

"A..aku.. mataku—"

"Jangan kau pikir aku akan percaya dengan alasanmu kali ini, (Name)."

(Name) meringis dalam hati. Ia tidak mungkin menceritakan dengan jujur alasannya menangis bukan?

"Aku.. tidak apa, Chisaki-san.." hanya itu yang bisa ia katakan.

"Chrono, benar tidak melakukan atau mengatakan apapun padamu?"

(Name) mengangguk.

"Maaf sudah berbohong, Chisaki-san."

Chisaki menghela napas, ia menyerah, melepaskan lengan (Name). "Besok, kita pergi."

"Pe-pergi.. kemana?"

"Menghindar dari para orang gila yang akan menyerang tempat ini." Desisnya.

"Jadi seperti itu kau menganggap para pahlawan, Chisaki-san."

˗ˏˋ ❲ restraint; c. kai ❳ ˎˊ˗ | 𝚕𝚏𝚙Where stories live. Discover now