17. Let's Not Fall in Love

198 41 28
                                    

📝 :

BENTAR aku mau cuap cuap bentar karena...

HAII GUYS MAAF YAAAA AKU BARU UP setelah sekian lama:( daaaan... karena SUNGCHAN SAMA WINTER SEBELAHAN LITERALLY SEBELAHAN POKOKNYA ADA MOMEN JADI AKU UPDATE HUHUHU liat fotonya di mulmed aja. WULAN SUNAN GUYSSSSSSSSS

udah, gitu aja. maaf ya aku ngoceh dulu hshs selamat membaca!! <3 maaf sekali lagi yaaa buat para pembacaku yg menunggu huhu ily!!!

***


Gadis itu memakai kupluk hoodie sembari berjalan menyusuri belakang gedung barat. Jalannya dibuat sesantai mungkin agar tak terlihat mencurigakan, walau memang tidak ada CCTV ataupun manusia di sini. Ia hanya perlu berjalan ke arah gerbang kecil di belakang koperasi, lalu menunggu Sunan mengambil motor di parkiran titipan di salah satu rumah warga sekitar. Bukan motor milik Sunan, sebab motor pemuda itu di parkir di parkiran sekolah, jadi ia meminjam motor Juan yang memang sengaja diparkirkan di halaman rumah warga dekat sekolah yang disewakan untuk lahan parkir para pelajar.

"Wulan!"

Gadis itu refleks menghentikan langkah. Walau pada detik kedua, Wulan kembali berjalan, bahkan sedikit mempercepat langkah kakinya.

"Lo kenapa enggak masuk kelas?"

Percuma. Pemuda yang barusan memanggilnya itu memiliki kaki yang panjang.

"Sigit—"

"Kenapa hape lo enggak bisa dihubungin?"

Wulan terdiam. Mendongak menatap wakil kelasnya yang sudah berdiri di depannya memblokir jalan.

"Gue khawatir."

Gadis itu tersenyum kecil. "Kenapa bisa khawatir sama gue? Oh, karena kelas—"

"Karena gue suka sama lo."

Wulan melebarkan mata. Tiba-tiba tubuhnya terasa membeku.

"Gue suka sama lo, makanya gue khawatir kalo lo enggak ada kabar gini tiba-tiba enggak masuk. Gue khawatir kalo lo sakit kayak kemarin. Gue khawatir pas lo dianter Sunan dari reuni SMP makanya gue nyusul lo ke rumah. Semua itu karena gue suka sama lo, Lan."

Gadis itu benar-benar hilang kata sekarang.

Bisa bayangkan betapa bingung dan tekejutnya Wulan? Sigit yang merupakan partner sekaligus teman sekelas tiba-tiba confess kepadanya seperti ini.

KAGET.

"I have a crush on you, sorry." Sigit menerjap pelan menatap Wulan yang tengah menatapnya dengan tatapan tak percaya.

***

"Mas Sigit enggak capek apa belajar terus? Aku yang ngeliatin doang aja capek."

Pemuda itu tak menghiraukan celetukkan adiknya barusan. Masih fokus menghitung soal matematika yang ada di depannya.

Anya menghela napas. Tiga jam lalu setelah makan malam, gadis tinggi itu masuk ke dalam kamar Sigit untuk meminjam laptop sebab miliknya sedang di service. Anya memutuskan untuk menonton di kamar Sigit saja menggunakan headphone sebab malas kembali ke kamarnya yang ada di atas. Daripada bolak-balik, lebih baik menetap di kamar sang kakak, pikirnya.

Saat masuk ke dalam kamar, Sigit tengah belajar di meja belajar, oleh sebab itu Anya tak mencoba mengganggu dan langsung saja menempati ranjang Sigit. Namun lama-lama Anya khawatir juga melihat Sigit belajar tanpa istirahat, merenggangkan tubuh, bahkan minum. Sigit terus menunduk ke arah buku di atas meja belajarnya.

Tiga Pagi Where stories live. Discover now