Penasaran

155 14 2
                                    

"Rahasia apa?" Tanyaku lagi karena kak Felise tak juga menjawab.

"Sebenarnya--"

"Kalian berdua ngapain sih disitu? Masuk dulu. Ngobrol berduanya entar malam aja" huh! Suara kak Felix mengganggu sekali.

"Ck! Kakak tau apa yang kalian pikirkan. Udah deh, masuk dulu aja." Katanya lagi. Kami menurut dan masuk kedalam serta duduk dalam posisi tadi lagi.

"Yah... nomor 3 merah. Alamak! Aku gak punya warna merah maupun angka 3. Ck! Nyebelin banget sih kak Felix" gerutu Clara. Mereka semua bermain UNO, selain aku dan kak Felise karena tadi kita permisi untuk keluar.

Aku terkekeh. "Wah.. ada yang marah nihh.." goda Ardi. Muka Clara memerah layaknya kepiting rebus. Hahaha! Lucu sekali mukanya!

"Ck! Ardi nyebellliiiinnnnnnnn!!!" Clara menggelitik Ardi. Ardi tertawa karena kegelianya.

"Ya Clara ngambil aja 1 kartu baru. Gampang kan?" Kata kak Felix. "Ih! Kartu Clara gak bisa habis habis nanti"gerutu Clara lagi.

Kak Felix menyodorkan selembar kartu baru untuk Clara dan memaksanya untuk mengambil kartu tersebut. Clara kewalahan dan akhirnya ia menerima kartu tersebut.

"Syukurlah aku ada 5 kartu berangka 3 dalam semua warna. Hehehe.." kata Ardi girang, "yes! Sekarang kartuku cuma tersisa 2 lagi!".

"Warna biru berangka 7. Hmm.. ah! Aku ada! 1, 2, 3,... aku ada 3 kartu ber-angka 7! UNO! Kartuku tersisa 1!!!" Teriak Gio bangga.

"Hahaha! Kalian bangga banget sih? Nih kartu kakak tersisa 1. Dan, tinggal ditaruh. Trus, MENANG!!!" Teriak kak Gil tak kalah kencang setelah menaruh sisa kartunya.

"Warna hijau. Ah! Ini! Aku taruh kartu ini, dan.. TADAA..!!" Kak Felix menaruh kartu tersebut dan Clara melongo. "Tadi kakak menyuruhku ambil, sekarang mem-block! Ih!!!! Nyebellliiiiiiiiiiinnnnnnnnnnnnn!!" Kata Clara.

Kami semua tertawa bersama. "Sekarang giliranku. UNO! Kartuku tersisa 1!!!" Kata Ardi.

"Hahaha! Bangga banget sih lo!" Cibir Gio dan menaruh kartunya, "gue menang. Gu-e me-nang! Hahaha!! Jangan senang dulu lo!"

Ardi menatapnya garang. Perang dunia kedua akan segera dimulai deh --"

Setelah beberapa saat main, hasil sudah keluar. Clara yang menjadi terakhir.

"Kalian semua mendingan pulang dulu deh. Udah gelap loh," kata kak Felise. "Iya betul. Kalian pulanglah!" Usir kak Felix.

"Hush! Hush! Hush! Hush!" Usir Bella ke Clara. "Heh! Aku bukan kucing!" Kata Clara. Kami terkekeh.

***

Aku berada disebuah kebun bunga Mawar yang sangat luas. Dengan matahari senja. Seseorang juga sedang berdiri disampingku.

"Apakah kamu suka?" Tanyanya saat aku meliriknya. Tubuhnya tinggi. Aku hanya mencapai bahunya saja.

"Y-ya.." kataku gugup. Aku tidak mengerti mengapa aku gugup. Tiba tiba dia memelukku dari belakang dan meletakkan dagunya diatas puncak kepalaku.

"Della.." panggilnya. Aku ingin sekali menjawab tapi mengapa susah sekali untuk menjawab.

"Della.." panggilnya lagi, "do you really love me?" Tanyanya. Eh? Apa?

Aku menutup mataku. Tiba tiba ada air yang menyiram tubuhku. Aku ingin membuka mataku untuk melihat ada apa tapi rasanya susah sekali.

"DELLA VARIANI!!! BANGUN!!! SUSAH BANGET SIH DIBANGUNIN?! MIMPI APAAN SIH?! GIO YA?!" Teriakan kak Felise membuatku tersentak dan bangun. Tadi cuma mimpi? Iya.

Aku merasa.. dingin. Aku membuka mataku dan melihat ke sekeliling. Baju tidurku serta tempat tidurku basah semua. Ada apa ini?

"MAKANYA CEPAT BANGUN KALAU GAK MAU DISIRAM!!!" Teriaknya lagi lalu pergi.

Jadi aku disiram? Ya ampunn.. btw, cowok tadi siapa?

Gak mungkin Gio,

Karena tubuhnya sama tinggi denganku.

Lalu siapa? Bingung deh --"

"WOI DELLA VARIANI!!! SARAPANMU KAKAK MAKAN YA!!!" Ancam kak Felise. Ah.. kak Felise seperti ku dan aku seperti Bella. Posisi kami berubah deh..

Aku segera turun dan sarapan. Bella tersenyum seperti -kau-pantas-mendapatkannya-.

Setelah siap sarapan dan bersiap siap, kami pergi ke sekolah. Kali ini kak Felise mengikutiku. Dia pelajarannya dimulai 2 jam lagi jadi dia ingin aku menemaninya. Baguslah karena aku masih mempunyai waktu 1 jam 30 menit sebelum lonceng. Yep! Aku ke sekolah jam 6. Kecuali saat itu 2 menit sebelum lonceng baru datang. Hehehe...

Setelah menaruh tasku, aku menemani Felise dan berkeliling. Biasanya Clara telah tiba. Tapi hari ini aku tidak menampaknya dimanapun. Aneh.

Saat kami melewati taman belakang, terdengar suara keributan disana, serta saling meneriaki.

Karena penasaran, aku dan Felise berjalan ke arah taman sekolah.

"BERHENTI MENGEJAR DIA!!! DIA AKAN JADI MILIKKU!!!" Teriak seseorang dari sana. Saat kulihat, itu..

Gio

Dan yang sedang menjadi lawannya adalah..

Ardi

Ada apa ini?

"Kalian kenapa? Ada apa ini?" Mereka berhenti berantam. Mereka merangkul satu sama lain.

"Ehm.. hehehe.. kami tidak berantam kok.." bela Gio. "Iya iya, kita tidak berantam." Sambung Ardi.

"Trus kalian ngapain?" Tanya Felise datar. "Ehm.. kami.. kami hanya ngobrol" kata Ardi terbata bata.

"Lalu, apa maksudmu dengan 'Berhenti mengejar dia, dia akan jadi milikku', hm?" Tanyaku. "Eh? Kamu dengar itu?" Tanya Ardi. Hahahaha! Ketahuan kalian!

"Siapa yang kalian maksud?" Tanyaku. "Ehm.. itu.. itu.. murid yang satu itu.. ya.. yang satu itu.." kata Ardi gugup.

"Murid mana? Cantik atau ganteng orangnya? Kasih tau donnggg.." pinta kak Felise heboh. Aku tau kalau ini jebakan untuk Gio dan Ardi.

"Hmm.. orangnya cantik kok. Dia murid kelas kita. Dia itu adiknya kakak--Ups!" Ardi menutup mulutnya karena kaget.

"Siapa? Bella?" Tanya kak Felise. Ini juga salah satu jebakannya. "Ih! Kita kan gak sekelas dengan Bella. Kita kan sekelas sama Della--" Ardi kembali diam setelah menyadari apa yang dia katakan. Gio melotot ke arahnya.

***
Author's POV

Della memincingkan matanya curiga pada Gio dan Ardi. Sial, umpat Gio dan Ardi dalam hati. Della benar benar penasaran tentang apa yang mereka katakan.

"Jadi kalian benar benar bicarain Della?" Tanya Felise dengan tatapan menginterogasi seorang tersangka. Gio menggaruk garuk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali sambil senyum senyum.

"Ngapain kalian ngomongin gue?" Tanya Della. "Yah... eh... itu.. aduh.." Ardi tidak tau harus bagaimana menjelaskannya.

"Bye! Aku pamit dulu!" Pamit Gio dan kabur sebelum Della dan Felise membalas perkataannya.

Main kabur ni orang, Ardi menggerutu dalam hati. "Eh.. aku ada PR belum siap dikerjain. Bye!" Ardi juga ikut ikutan kabur. Ardi dan Gio semakin terlihat seperti musuh berhari hari kemudian bahkan berbulan bulan dan bertahun tahun.

***
Sorry pendek. Gak ada ide lagi. Mulai next chapter, Della bukan kelas 5 SD lagi ya. Mulai next chapter akan dibuat Della-nya udah kelas SMA 1. Jadi Felise-nya masih SMA 3. Oke, hanya itu rencananya. Sisanya masih blank. Sekian dulu ya, bye! ♥♡♥♡♥♡♥

Hard to Love [COMPLETED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang