Saat (Name) membuka kedua matanya, ia mengernyit heran, saat melihat tempatnya berada saat ini. Sebuah ruangan putih, tanpa pintu, jendela, bahkan lubang kecil pun tak nampak, memberikan kesan seakan ia berada di kehampaan.
"Selamat datang, (Name)." suara lembut seorang pria yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan (Name), menyambutnya dengan senyum hangat.
(Name) menatap Pria i
"Siapa kau?"
Pria itu tersenyum, lagi. "Ini aku..."
Tangan pria itu terulur lalu, dengan lembut mengusap kedua pipi (Name). (Name) hanya terdiam melihat Pria itu yang wajahnya sama sekali tak bisa di kenalinya.
Sekali lagi (Name) bertanya. "Siapa kau?"
Pria itu hanya terdiam mendengar pertanyaan kedua dari (Name), kedua tangannya terjatuh dari pipi (Name) dan senyumannya menghilang tanpa bekas.
"Aku tidak tahu siapa kau. Tapi kenapa?..." (Name) mengulurkan tangannya memegang pipi Pria itu. "... Aku ingin sekali mengatakan ini padamu... 'tidak apa-apa'."
Sebuah cairan hangat mengenai ujung jari (Name) yang ada di pipi pria itu.
"Maaf." satu kata kembali terucap dari mulut Pria itu.
(Name) terbelalak saat merasakan sebuah tangan dingin menembus dadanya. Perlahan semuanya mengabur di mata (Name), membuat dirinya seakan tenggelam dalam kegelapan yang amat dalam.
(Name) membuka kedua matanya dan yang pertama dilihatnya adalah wajah segar Gojou di atasnya.
"Selamat pagi, kau berkeringat luar biasa ya. Ada apa? Mimpi buruk?" tanya Gojou sambil tersenyum.
Terkejut melihat wajah Gojou itu, (Name) bangkit secara tiba-tiba hingga tak sengaja membenturkan kepalanya dengan Gojou, tapi yang kesakitan hanya (Name), sedangkan Gojou hanya memasang wajah bingung.
(Name) duduk di atas sofa yang juga berfungsi sebagai tempat tidurnya itu dengan wajah yang nampak sudah segar karena benturan itu.
"Kenapa Sensei ada di sini pagi-pagi sekali?" tanya (Name), tangannya sibuk mengusap dahinya yang mungkin sebentar lagi akan muncul benjolan besar.
"Oh, iya." Gojou menepuk tangannya, teringat sesuatu m "Kau akan mendapatkan tugas baru bersama dengan Megumi. Kalian akan berangkat jam 9 pagi." ujarnya.
"Jam 9?..." (Name) melihat jam di atas meja, jarum pendeknya sudah menujuk angka delapan sedangkan jarum panjangnya di angka sebelas.
"Waw, kau akan terlambat. Megumi pasti akan marah lagi." kata Gojou yang ikut menatap jam itu.
"Hmmm..."
"Cepat bersiap-siap."
"Baik-baik." (Name) berdiri lalu berjalan menuju kamar mandi dengan sesekali menguap.
***
"Nee, mau sarapan?" tanya Gojou saat ia dan (Name) baru saja keluar dari ruang bawah tanah sebuah bangunan tua yang sekarang sudah berganti status menjadi rumah dari (Name).
(Name) menoleh ke Gojou dengan tatapan herman, eh, heran. "Heh? Memangnya masih sempat? Ini sudah jam 9 lewat 15 menit, loh."
"Tenang saja, tidak akan lama kok... Ayo berangkat!" kata Gojou yang langsung melesat keluar bangunan tua itu.
"Oh, ayo kita makan di situ." kata Gojou, menujuk sebuah restoran yang bertuliskan ' IF '.
YOU ARE READING
I'm Not A Doll
Fanfiction𝑺𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒌𝒊𝒓 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒌𝒊𝒔𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒏𝒈 𝒈𝒂𝒅𝒊𝒔 𝒃𝒐𝒅𝒐𝒉 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒆𝒌𝒔𝒆𝒌𝒖𝒔𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒊𝒍𝒂𝒌𝒔𝒂𝒏𝒂𝒌𝒂𝒏. 𝑨𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊, 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉...
