"Jaemin ya!!"
Mendengar bias suara yang sangat familiar itu, jaemin membalikkan badannya ke arah pintu.
Di sana sudah ada seorang perempuan yang berdiri dengan pakaian yang sangat sering dia lihat. Dress putih. Sudah berapa kali Jaemin melihatnya memakai pakaian dengan warna yang sama di minggu ini.
Tiga kali, empat kali, atau seminggu penuh?. Jaemin tidak ingat. Dia sangat suka memakai dress putih. Ya, walaupun dengan model yang berbeda dan bukan pakaian yang sama. Tapi bisakah dia memakai warna selain putih.
Tapi biarlah... apapun asalkan dia menyukainya.
Perempuan tadi terlihat sangat kesusahan membawa beberapa barang di genggamannya. Tapi tunggu, itu bukan beberapa barang. Itu banyak sekali barang.
"Soo min ah"
Jaemin melamun dan malah membayangkan hal lain. Dia lupa jika perempuan yang berdiri tidak jauh darinya itu membutuhkan bantuan. Dia jadi terjatuh astaga.
Kemudian, pria itu berdri dari kursinya dan membantu gadis itu berdiri.
"Hati-hati..."
"Kamu apaan sih" Potongnya cepat sebelum Jaemin menyelesaikan kalimatnya. Dia menatap pria itu kesal sambil memegangi pantatnya yang kesakitan.
Soo min keseleo tadi, lalu tertimpa barang bawaannya sendiri. Dia memang ceroboh dan pelupa.
Jaemin sedikit menunduk, "Maaf. Aku tadi melamun" Ucapnya kemudian. Dia sepertinya jadi canggung. Terlihat dari raut wajahnya dan tangannya yang menggaruk tengkuknya.
Soo min lalu berdiri. Dia mengambil beberapa barang yang terjatuh di lantai marmer itu, membawanya ke meja di depan sofa ruangan Jaemin.
Sedangkan Jaemin, dia lalu mengambil sisa barang yang terjatuh di lantai dan mendudukkan dirinya di depan gadis itu.
Tentang Soo min, dia hingga saat ini masih mengikuti Jaemin kemanapun. Agak ambigu memang. Tapi sungguh, dia hampir setiap harinya menemui pria itu atau sebaliknya. Dia terus menemani Jaemin dari pria itu memulai semuanya, dan hingga menjadi seperti sekarang.
Tapi tidak, gadis itu tidak pernah sepeserpun mengeluarkan uang untuknya. Pria itu selalu menolak jika Soo min akan membantunya. Jaemin hanya ingin Soo min menemaninya saja.
Mengenai hubungan mereka, masih sama seperti beberapa tahun silam. Mereka masih berada di zonanya masing-masing. Dan juga, soo min masih merasakan rasa sakit itu. Rasa yang membuatnya seakan lenyap. Rasa yang menyakitkan, ketika dirinya terlalu dekat dengan seorang Na Jaemin.
Sekarang, gadis itu sudah membuka restoran dan sudah ada beberapa cabang. Dia suka makan, jadi dia ingin membuka restoran saja.
Terdiam beberapa saat, jaemin menatap intens gadis di depannya yang tengah meminum segelas soda sambil memakan beberapa kue kering. Itu sangat lucu menurutnya. Seperti ada sesuatu yang menggelitik di perutnya.
"Jangan makan yang manis saja. Nanti gemuk"
uhuk...uhuk...uhuk.
Soo min tersedak minumannya sendiri. Itu sedikit menyakitkan sungguh.
Gadis itu lalu menyeka sisa minuman yang ada di bibirnya menggunakan tissue.
Melirik Jaemin sekilas, soo min lalu berdiri melihat tangan dan kakinya.
"Apa aku gemukan? kemarin juga kak lucas bilang gitu"Ucapnya kemudian. Dengan nada menyesal.
Jaemin menggeleng menatap sosok di depannya. Sebenarnya dia tidak bermaksud mengatakan hal itu, dia hanya ingin mengingatkan saja.
"Tidak. Aku tidak bilang kamu gemuk"
YOU ARE READING
Why? | Na jaemin [End]
FanfictionHanya sebuah coretan kecil dari seseorang yang hatinya hampir karam. :70221 Cerita ini sudah end
11.It All Started
Start from the beginning
![Why? | Na jaemin [End]](https://img.wattpad.com/cover/257879030-64-k212175.jpg)