d u a

863 169 38
                                    

Di tahun keempat, Fred mendadak berperilaku sangat baik kepadaku.

Mengajakku pergi ke Hogsmeade bersama.

Entah karena aku polos atau bodoh.

Aku mau-mau saja tanpa ada rasa curiga sedikit pun.

Ia mengajakku pergi ke Honeydukes untuk membeli beberapa permen.

Ia menyuruhku untuk memilih permen yang ku sukai dan dengan patuh aku mengambil beberapa permen yang aku inginkan.

Ia membayarnya.

Saat itu, aku berpikir bahwa ia memang sudah baik padaku dan berusaha memperbaiki hubungan kami.

Tapi, ternyata itu salah.

Salah besar.

Setelah ke Honeydukes, ia mengajakku pergi ke Zonko's Joke Shop.

Aku iya-iya saja karena yang kupikir saat itu adalah Fred memanglah prankster, wajar ia menyetok beberapa barang dari sana.

Awalnya aku sedikit bingung, ia membeli banyak sekali.

Bukan.

Sangat banyak sekali mainan dari sana.

Ia membawa barang-barang itu ke kasir, aku yang diajaknya hanya mengikuti.

Setelah semua barangnya di total, ingat sekali saat itu aku kebingungan karena ia tiba-tiba berkata "terima kasih" kepadaku.

Dan beberapa detik setelahnya, aku sadar.

Anak itu kabur, dan membuatku harus membayar semua mainan yang ia beli.

Sebenarnya tak masalah aku membayarnya berhubung di Honeydukes ia membayari permenku.

Jadi kami bisa 'give and take'.

Tapi masalahnya adalah si kurang ajar itu menyuruhku membayar belanjaannya di Zonko yang habis lebih dari tujuh kali lipat total belanjaanku di Honeydukes.

Tujuh kali lipat.

Sekali lagi.

TUJUH KALI LIPAT.

Biadabnya lagi, aku ditinggalkan sendiri di Hogsmeade. Membuatku harus kembali ke kastil sendirian.

Ingat sekali saking kesalnya, aku mengumpati apa saja yang aku lewati selama perjalanan kembali.

Sampai di asrama juga Fred dengan tanpa rasa bersalah menghadangku dan beralasan bahwa perutnya sakit, jadi harus buru-buru kembali.

Tanpa membalas apa-apa, aku langsung menendang tulang keringnya dan menabok lengannya keras-keras.

Kejadian itu membuatku mendiaminya selama seminggu.

Benar-benar mendiaminya.

Maksudku, ia setiap saat menjahiliku atau minimal menggodaku. Dan aku abaikan selama itu.

Kami berbaikan karena ia memohon-mohon dan bersedia menjadi babuku selama lima hari.

Sejak ia menjadi babukulah, kami menjadi semakin dekat dan sering bersama.

Bendera perang kami perlahan turun tanpa kami sadari.

Hold Your HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang