6. Satu langkah dari Fajar

3.4K 728 75
                                    




ㅡ𝐁𝐈𝐌𝐁𝐈𝐍𝐆𝐀𝐍ㅡ





Narendra baru saja selesai mengajar di kelas, ia membereskan buku, dan juga laptop lalu memasukan ke dalam ransel hitam miliknya, sesekali ia tersenyum,  membalas sapaan dari mahasiswa yang keluar dari ruangan itu. Ia mengecek ponsel sebelum melangkahkan kaki dari sana.

"Siang Pak." ucap Jenaka tak lupa dibarengi dengan senyuman manisnya. Pria itu sengaja menunggu Narendra keluar dari kelas.

"Siang juga, rajin banget kamu udah stay? kan jadwal bimbingan jam 1." Narendra membalas senyuman itu.

"Iya sih Pak, cuma saya ga sabar aja ketemu Pak Naren, jadi dateng lebih awal sekalian ngajakin bapak makan siang." seperti biasa, Jenaka Semsta dan semua akal bulusnya untuk mendekati dosennya itu.

Ajakan tadi cukup mulus, dan juga pada moment yang pas, sehingga Narendra menyetujui. Keduanya melangkah bersama menuju tempat makan, sembari membicarakan seputar makan siang apa yang akan mereka makan hari ini. Cukup banyak memang menu di sana, tadi Jenaka merekomendasikan nasi padang dengan lauk ayam bakar. Jadi ketika sampai, pria itu langsung memesan.

***

Setelah selesai makan siang bersama di kafetaria belakang fakultas, akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan bimbingan di perpustakaan, sembari Narendra mencari buku. Jenaka terfokus pada laptopnya, sama seperti Narendra yang tengah mengerjakan sesuatu, terkadang Jenaka berhenti sejenak untuk berdiskusi dengan dosennya itu, ia akan kembali bekerja saat sudah merasa paham.

"Eyo ma bro Jenaka Semesta." sapa Chandra sembari menarik kursi sebelah Jenaka lalu duduk di sana dengan nyaman. Belum sempat Jenaka membalas sapaan, Chandra sudah terlebih dahulu melanjutkan kalimatnya.

"Jen lo tau ga, adek tingkat kita yang ketua himpunan? doi naksir sama lo." ucap Chandra santai dengan senyuman jahil khasnya.

Jenaka mencoba memberikan kode pada Chandra untuk diam, namun dasar bodohnya Chandra ia malah tidak paham sama sekali. Jenaka merasa tak enak pada Pak Narendra yang memang sedang ada di hadapan mereka.

"Udah Jen jangan malu-malu, nyusun skripsi butuh penyemangat, giman kalo gue bantuin lo deket sama dia? gimana ma bro?"

"Chan lo kalo mau ngobrol jangan di sini deh, ini perpustakaan woy ntar ganggu yang lain." Jenaka berbisik pelan. Ia masih mencoba memberikan kode.

"Halah bacot, penting nih. Lagian gue ngomongnya pelan ga berisik."

Pria itu berusaha memberikan kode pada Chandra agar paham, ia menginjak kaki Chandra dan membuat temannya itu meringis lalu menatap tajam ke arahnya. "Jenaka bangsat, kaki gue!" untung saja bukan kaki yang sedang terluka.

Ia mencoba menggumamkan sesuatu dengan bibirnya lalu matanya seperti menunjuk ke arah depan, namun terap saja Chandra malah plonga-plongo tidak jelas. "Jen lo kok..." belum sempat kalimatnya diteruskan sebuah suara sudah lebih dulu mengintrupsi.

"Saat ini Jenaka sedang bimbingan dengan saya, 20 menit lagi sesi bimbingan beres. Kalian bisa ngobrol, jadi tunggu sebentar ya." Narendra akhirnya buka suara.

"Eh iya Pak maaf, saya ngga tau." Chandra yang baru saja sadar merasa kaget. Ia menatap ke arah Jenaka lalu menyenggol lengan temannya itu. "Shit men." bisik Chandra pada Jenaka sambil tersenyum canggung.

"Bodoh." omel Jenaka, lalu kembali terfokus pada laptopnya.

"Gue duluan ma bro, ntar kita bahas lagi." lanjutnya lalu berdiri dengan sedikit susah payah kemudian berjalan ke arah luar perpustakaan.

BIMBINGAN | EDISI REVISINơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ