“Tangan kamu lagi sakit, Noval!”

“Kan bisa pake tangan kiri, Bang!”

“Ga bagus makan pake tangan kiri, bodoh!”

“Kok ngatain?!”

“Apa?!”

“Asu!”

“Jaga bicaramu, anak muda!”

Lelah beradu mulut, akhirnya Noval menerima suapan dari Ardan. Memalukan.

“Aku akan mencari siapa yang menabrakmu” ucap Ardan sambil menyendok nasi.

“Ga usah, lu kan sibuk” tolak Noval.

“Iya saya memang sibuk, tapi kamu bagian dari keluarga saya juga, saya harus ikut campur” tegas Ardan.

Noval terdiam, ini seperti kejadian di masa lalu.

10 tahun lalu

“Ampun ayah! Maaf Noval ga sengaja! Ampun Ayah” erangan Noval menggelegar di ruangan penyiksaan itu. Tubuhnya sudah memerah dan ada bagian yang mengeluarkan darah.

“Berani-beraninya kamu menyelakai Ardan anaku! MATI SAJA KAMU ANAK PUNGUT!” Budi masih mencambuk punggung Noval.

Noval kecil yang tidak berdaya hanya bisa menangis dan memohon ada seseorang yang membantunya.

“AYAH!” Ardan menghalangi Budi yang ingin mencambuk Noval lagi.

“Minggir kamu” dingin Budi.

Ardan diam tidak menjawab, ia membopong tubuh Noval, adiknya.

“Ngapain kamu bantu anak pungut seperti dia?! Tidak berguna!” Budi melemparkan segala benda yang ada didekatnya.

Ardan masih membopong tubuh saudara angkatnya itu yang sesekali hampir terjatuh karena tidak kuat menahan tubuhnya.

“Noval maaf” Ardan terus menerus melontarkan kata-kata itu. Sedangkan Noval hanya bisa menunduk menahan tangisannya.

Ardan mendudukan saudaranya itu diatas kasurnya yang empuk. Mencari kotak P3K dan mengambil beberapa obat.

“Maafin aku, maafin aku, Noval. Ini semua salahku, maaf, maaf” ucapnya sambil mengobati luka-luka adiknya itu.

Noval menatap kakaknya dengan mata sendunya, “Kakak..” lirihnya.

“Iya?” Ardan menatap Noval.

“Kenapa kakak baik sama aku?” tanyanya lirih.

“Kau bagian dari keluargaku, walau ayah tidak menganggapmu, aku akan selalu mendukungmu, adikku”

Detik itu pula Noval meneteskan air matanya.

“Woi” Ardan mengguncang tubuh Noval yang dari tadi melamun namun sambil mengunyah makanannya.

“Bang, bicaranya ga usah sopan-sopan, ga cocok, geli gua” ucap Noval.

“Boleh? Saya masih agak canggung sama kamu” Ardan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Elah, coba bilang 'lo, gue'”

“Hmmm, lo, gue. Gitu?”

“BAHAHHAH KEK ANAK JAKSEL

“Sialan”

“Nah gitu dong mengumpat”

Ardan tertawa pelan, sangat pelan.

“Bang?”

“Hm?”

“Ga usah nginep, gue bisa jaga diri sendiri” ucap Noval.

“Siapa juga yang mau nginep” sebenarnya Ardan memang ingin menginap di sini. Di rumah- mansionnya itu sangat membosankan. Jadi ia berpikir ingin menginap di sini sambil menjaga adiknya itu.

“Yeh, ngarep juga ya gua” Noval tertawa canggung.

“Motor lo mau diperbaikin atau mau beli baru aja?” tawar Ardan.

“Orang kaya mah beda ya, apa-apa langsung beli” ejek Noval.

“Eh tapi gue lagi pengen motor ini, Bang. Beliin dong” Noval memperlihatkan foto motor yang ada di handphonenya.

“Nomer rekening lo berapa? 200 juta kurang?”

o  -  o

“Bagaimana anak itu?” seorang pria berjas hitam duduk disebelah seorang pria berseragam sopir.

“Sudah beres tuan” jawab pria berseragam sopir.

“Parah tidak? Jangan sampai anak itu mati, saya tidak mau berhubungan dengan para polisi sialan itu”

“Mungkin hanya patah saja tuan, saya lihat masih bernafas tadi”

“Bagus, ini bayarannya, sekarang jangan temui saya lagi”

“Terimakasih tuan, terimakasih” pria berseragam sopir itu membungkuk beberapa kali, lalu pergi meninggalkan pria berjas hitam.

“Harus saya apakan kamu, Noval.”















waduh sapetuh yang nyuruh orang buat nabrak Noval? — tab

btw, kalian tim siapa?

Ardan × Nana

Noval × Nana

Ardan × Noval

tap star to next part

©taabinaa

MY PERFECT CEOWhere stories live. Discover now