Abel tidak bisa menjelaskan euforia-nya saat ini. Rasanya seperti ada kupu-kupu yang berterbangan memenuhi rongga dadanya. Sehingga terasa menggelitikkan sekaligus hangat.

Namun, lagi dan lagi bisik-bisik mulai terdengar ke telinga Abel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Namun, lagi dan lagi bisik-bisik mulai terdengar ke telinga Abel. Ia merasa tidak nyaman. Atlantas sadar itu.

“Lo memang nggak bisa tutup mulut mereka pakai dua tangan lo itu. Tapi, lo bisa tutup dua telinga lo pakai dua tangan.” Atlantas menarik lengan Abel cukup kuat hingga mereka berjalan bersisian dengan kedua tangan yang bertautan.

“Eh-eh woi astagfirullah! Atlantas udah dewasa, Bun.”

“Potek hati gue, anjer!”

“Mereka yang pegangan tangan, gue yang baper. Sialan!”

“Nggak cocok woi! Nggak cocok!”

“Sirik aja lo sisik ikan!”

Abel tidak berani untuk mengangkat wajahnya. Dan tanpa sadar mereka berdua sampai ke rooftop.

“Kok, ke sini?”

“Lo mau ke kantin?”

“Eh, enggak!"

Abel menghela napas. “Kita ngapain ke sini?”

“Makan.”

“Jangan ngaco.”

Atlantas masih memegang tangan Abel, membawa cewek tersebut ke sisi barat rooftop, karena cuman sisi tersebut saja yang tidak terkena paparan sinar matahari.

Abel ikut duduk lesehan di lantai dengan Atlantas di sampingnya. Memperhatikan setiap gerak-gerik cowok tersebut yang membukakan sebuah kotak bekal dan menyerahkan kepadanya.

“Makan sekarang!”

“Kak Atlas ...,” cicit Abel tidak mengerti dengan semua ini.

“Gue bilang makan!”

Abel meneguk saliva. Makanan di tangannya ini memang tamapak menggiurkan. Tapi, isi kotak bekal milik Atlantas adalah makanan kesukaannya. Nasi goreng tanpa sayur.

“Kenapa cuman diliatin?”

Abel tersentak. Lalu menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Mana mungkin Kak Atlantas mau menukar kotak bekal mereka.

Abel memakan nasi goreng miliknya dengan pelan. Menyingkirkan beberapa sayuran yang membuatnya tidak berselera makan.

“Kenapa di singkirin sayurnya?” tanya Atlantas seraya meletakkan kotak bekal miliknya ke lantai.

“Nggak suka sayuran,” jawab Abel pelan. Takut Atlantas marah.

Ck, kenapa nggak bilang dari awal, hah?!

“Gimana Abel mau ngomong kalau setiap dekatan sama Kak Atlas aja udah bikin Abel gugup.”

“Terserah.”

ATLANTAS || ENDWhere stories live. Discover now