Peduli Nggak Bikin Rugi

13 0 0
                                    

Masih jelas kejadian yang saya alami tahun lalu ketika mengikuti interview di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Saya merupakan lulusan Bahasa dan Sastra Inggris, Universitas Airlangga tahun 2018. Pada Bulan Januari 2020 yang lalu, saya mendapat panggilan untuk interview di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga sebagai reworker jurnal. Jujur, agak deg-deg-an karena ini pertama kalinya saya mendapat panggilan di Fakultas Kedokteran, yang berarti saya harus membaca jurnal-jurnal kedokteran. Rasanya pikiran ini agak berlebihan karena interview saja belum dimulai dan belum tentu diterima. Ditambah saya tidak familiar dengan Fakultas Kedokteran meskipun berada pada kawasan Universitas Airlangga. Saya jarang mengunjungi kampus A yang kita tau sangat luas dan terdiri dari banyak ruangan, atau singkatnya saya takut nyasar 😅
Pagi hari, saat saya tiba di FK Unair, benar saja tempatnya sangat luas dan banyak ruangan. Saya agak kesulitan untuk mencari tempat interview. Saat saya sedang mencari ruangan, ada dua orang perempuan yang menghampiri saya dan bertanya,
"Maaf, tau ruangan ini tidak?"
Seketika saya langsung kaget karena tujuan kita sama yaitu mencari ruangan untuk interview. Mereka berdua juga pejuang CV. Akhirnya kita mencari ruangan tersebut bersama-sama, berkenalan dan ngobrol tentang background masing-masing.
Finally kita menemukan ruang interview dan di luar ruangan sudah ada sekitar 10 orang pejuang CV duduk menunggu. Sempat kikuk juga karena saya laki-laki sendiri dan saya urutan terakhir untuk interview. Karena saya yang terakhir untuk interview, saya melihat teman-teman yang lain membahas tentang interview mereka. Saya heran kenapa beberapa dari mereka tidak segera pulang padahal waktunya sudah terhitung sangat lama.
Tiba giliran saya untuk interview. Setelah keluar ruangan interview, saya terkejut karena para pejuang CV yang menunggu bersama tadi masih ada di depan ruangan. Karena tidak sopan kalau asal jalan tanpa menyapa mereka, lalu saya bertanya,
"Mbak, kok masih di sini?"
Lalu mereka bilang, "Iya mas, tadi kita 'kan dateng bareng-bareng, pulangnya ya harus bareng-bareng biar nggak sendirian"
Mendengar jawaban dari pejuang CV yang menunggu saya selesai interview, saya terharu. Biasanya, jika kita interview, kita bakal mementingkan urusan kita masing-masing karena ini menyangkut perjuangan kita untuk mendapatkan pekerjaan. Tapi hal kemarin menunjukkan sebaliknya. Meskipun hanya sekedar menunggu, tapi saya merupakan orang asing bagi mereka, begitu pula sebaliknya. Kita belum pernah kenal sama sekali dan mereka berkenan untuk menunggu saya sampai selesai interview padahal kita sudah sama-sama dari pagi untuk mengantri. Menunggu itu terlihat sepele dan remeh, tapi itu sangat berarti buat saya.
Kita berjalan dari tempat interview ke parkiran motor layaknya mahasiswa yang sedang jalan untuk mencari kelas. Benar-benar langsung teringat zaman kuliah dimana kita berjalan bersama dengan teman sekelas menuju kelas selanjutnya. Kita sempat sharing tentang interview yang kita lewati dan saling support semoga mendapatkan pekerjaan yang diharapkan.
Dari peristiwa yang saya alami tahun lalu, saya langsung paham bahwa peduli, menghargai, dan baik ke satu sama lain itu sangat penting. Tidak hanya ke orang-orang terdekat kita saja, namun ke orang yang tidak dikenal pun kita juga harus bersikap peduli, menghargai, dan baik. Meskipun peristiwa yang saya alami terlihat receh, tapi sekecil apapun kepedulian, kebaikan dan saling menghargai yang kita lakukan ke orang lain pasti akan balik ke diri kita sendiri untuk mempermudah urusan yang sedang kita perjuangkan.
Walaupun setelah itu saya tidak tau kabar mereka karena saya tidak diterima, tapi peristiwa ini bakal selalu saya ingat terus sebagai pembelajaran agar kita bisa semakin aware sama lingkungan dan orang di sekitar kita.
Author: Abi

Kisah Romantis Pejuang CVOù les histoires vivent. Découvrez maintenant