Ruang medis terletak di sayap kanan kastil, lumayan jauh dari kamar Lyane, itulah yang membuatnya malas Pergi kesini. Saat kau masuk kau akan disuguhi balkon dengan pemandangannya yang lumayan indah -jika balkonnya terbuka seperti saat ini-, Di sebelah kirimu kau akan melihat empat ranjang kecil dan di sebelah kananmu kau akan mendapati lemari, wastafel, lemari pendingin dan juga meja untuk meracik obat.

"Duduk di salah satu ranjang itu dan diamlah." Perintah Lyane.

"Oh jadi sekarang kau berani memerintahku? Siapa yang sebenarnya berkuasa disini?" Sindir Edmund.

Lyane mengepalkan tangannya, ia mulai kesal, kesabarannya mulai habis. Ia ingin sekali menonjok Edmund saat itu juga, namun ia masih berakal sehat untuk tidak melakukan hal itu. Akhirnya, Lyane hanya bisa diam dan mengumpat dalam hati.

Lyane membuka lemari, mencari bahan rempah-rempah untuk diracik. Lyane tidak ahli dalam membuat obat-obatan namun pengetahuannya cukup untuk ia gunakan bertahan hidup. Tak lupa, Lyane mencuci tangan sebelum mulai menumbuk rempah-rempah menggunakan coet. Karena Lyane masih kesal dengan Edmund, ia meracik dengan setengah hati dan menumbuk penuh emosi.

Edmund menyadari akan gerakan menumbuk Lyane yang penuh emosi, "be careful Lady, jangan sampai kau menumbuk tanganmu."

"Bisa tidak kau menutup mulutmu?!" Lyane berbalik, menatap Edmund dengan tatapan berapi-api.

Edmund menyempatkan diri untuk tersenyum culas sebelum menjawab, "make me".

Lyane mengangkat tangannya, hendak melempar coet ke arah Edmund. "arghhh!!!" Kesalnya. Ia tidak jadi melempar coetnya pada Edmund, instead, Lyane menumbuk rempah dengan sangat keras dan membayangkan rempah-rempah tersebut adalah Edmund.

Setelah racikannya halus —terlalu halus lebih tepatnya—, Lyane berjalan ke arah Edmund dan duduk di pinggir ranjang, di tangannya ia membawa air, kapas dan racikan tersebut.

"Nih, kau bisa melakukannya sendiri kan?" Lyane menyodorkan air, kapas dan racikannya pada Edmund.

Edmund menatap racikannya beberapa saat sebelum mengangguk ragu, saat Lyane beranjak, ia melihat Edmund langsung mengambil racikannya dengan tangan dan hendak mengoleskannya pada luka gores di pipinya.

"Eehh!!" Reflek Lyane menahan tangan Edmund sebelum Edmund berhasil menyentuh lukanya.

"Bodoh!" Umpat Lyane, akhirnya ia kembali duduk.

"Jika kau melakukannya seperti itu lukamu bisa infeksi!! Pertama kau harus membersihkaannya." Cerocos Lyane sambil mengambil kapas dan memberinya air sebelum membasuhkannya pada luka Edmund. Edmund meringis saat kapas basah tersebut mengenai lukanya.

"Tahan." Perintah Lyane tanpa mengalihkan fokusnya dari luka Edmund.

Edmund menatap wajah serius Lyane yang tengah membersihkan lukannya, 'sebenarnya ia menarik, kalau saja ia tidak bersikap menyebalkan mungkin aku akan suka padanya' batin Edmund.

"Nah, sekarang baru kau bisa mengoleskan racikannya, tapi pastikan tanganmu sudah bersih." Suara Lyane membuyarkan lamunan Edmund.

Lyane mencolek racikannya, "Tahan, ini akan lebih perih dari sebelumnya" ujar Lyane sebelum mengoleskan racikannya pada luka Edmund.

Edmund berjengit dan meringis, racikannya terasa seperti membakar di lukanya, Edmund hendak menyentuh lukanya setelah Lyane selesai, namun dengan gesit Lyane menahan tangan Edmund, "Diamkan seperti itu minimal lima menit, dan jangan disentuh! Tanganmu kotor, lukamu bisa infeksi dan racikan itu akan sia-sia."

Lyane beranjak dan berjalan menuju lemari pendingin, ia mengeluarkan sekantung es yang memang biasa digunakan untuk mengompres lebam, lalu ia mulai mengompres lebam di dahinya. Lyane berjalan menuju balkon sembari mengompres. Jika kalian bertanya-tanya mengapa Lyane tidak menyaksikan konjungsinya dari balkon kastil, jawabannya tidak bisa. Konjungsinya terjadi di selatan, dan tidak ada balkon yang menghadap selatan.

Mata sayu Lyane menatap langit, ia sudah mengantuk, Lyane berharap ia masih bisa tidur setelah ini. Kejadian di hutan tadi terulang lagi di kepalanya, mulai dari menyaksikan fenomena langka sampai near death experience yang dialaminya. Ia tak menyangka ia bisa membunuh Werewolf dengan sekali bidikan, memang ia ahli dalam memanah namun ia sudah jarang latihan, jadi ia kira skill memanahnya sudah berkurang.

"Hey! Sepertinya ini sudah lima menit!" Teriakkan Edmund membuyarkan lamunan Lyane.

Lyane masuk dan menghampiri Edmund, ia memeriksa lukanya terlebih dulu sebelum membasuhnya dengan kapas basah yang baru, lalu menutupnya dengan plester. Edmund menolehkan wajahnya saat Lyane telah selesai memasang plester. Sadar jarak wajah yang terlalu dekat, Lyane memundurkan wajahnya dan beranjak,

"Sudah selesai kan? Kalau begitu aku sudah bisa beristirahat," ujar Lyane sebelum keluar dari ruang medis, meninggalkan Edmund.

Lyane mendapat perasaan aneh, Ia sendiri tidak bisa mendeskripsikan perasaannya saat ini.

Lyane langsung merebahkan tubuhnya di ranjang saat sampai di kamarnya, masih dengan kantung es di dahinya, ia pun terlelap.

┏━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┓
To be continue...
┗━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┛











{a/n} klo kalian vote aku makin semangat up nya xixixi
—mvffinx

𝐀𝐫𝐫𝐨𝐠𝐚𝐧𝐭 -𝘌𝘥𝘮𝘶𝘯𝘥 𝘗𝘦𝘷𝘦𝘯𝘴𝘪𝘦Where stories live. Discover now