2

924 129 4
                                    

Tok tok tok

[y/n] yang sedang tertidur pulas di apartemen nya terbangun saat ada yang mengetok pintu. Ia tampak terusik dengan suara itu.

'Mengganggu saja!'

"Hoamm..." [y/n] menatap jam di atas nakasnya. Jam bekernya menunjukkan angka 17:30.

Tok tok tok

"Tck." [y/n] bangun dari tempat tidur dan membuka pintu apartemennya.

"Yaa siapa–" [y/n] memasang wajah datarnya. Perempatan muncul di jidat  [y/n].

[y/n] mendecih kesal. Tidak ada orang di luar apartemennya.
Yang ada hanya sebuah kotak yang tergeletak di depan pintu.

"Hm? Kotak apa ini?"

[y/n] memutuskan mengambil kotak itu dan membawanya masuk ke apartemen nya.

"Yosh ayo lihat benda apa yang sudah mengganggu tidur nyenyak-ku ini." [y/n] menatap kesal kotak itu.

Ia meraih pisau cutter dan membelah selotip yang melekat di penutup kotak itu.

Benda pertama yang [y/n] lihat didalamnya adalah 'sepaket' seragam sekolah berwarna abu-abu yang terbungkus rapi di dalam plastik bening khusus.

[y/n] lalu mengeluarkan seragam nya dari kotak itu. Lalu benda kedua yang dapat ia lihat adalah pakaian olahraga berwarna biru.

Dan benda terakhir yang dilihatnya di kotak itu adalah satu set alat tulis dan beberapa tumpuk buku baru.

'Sekolah, ya? Sudah lama sekali aku tidak merasakan sekolah...' tatapan [y/n] menyendu.

Terakhir kali ia merasakan suasana sekolah pada saat sekolah dasar. Itupun sekolahnya terputus saat paman sialannya itu menjual dirinya pada All for One. Dan berawal karena itulah ia bisa berakhir disini.

~flashback~

"Tidak!! Aku tidak mau, paman! hiks...hiks..." Gadis kecil berumur delapan tahun itu menangis berusaha melepaskan diri saat dirinya diseret dengan kejam oleh seorang pria botak.

"Heh...anak sepertimu memang pantas di buang–ah tidak. Aku akan menjualmu sehingga aku mendapatkan keuntungan yang besar! Hahaha." Paman [y/n] tertawa kejam.

Pakaiannya yang lusuh dan ujung roknya yang sudah tercabik-cabik mempersulit langkah kaki [y/n] yang berjalan tanpa alas kaki. Dan ditambah juga keadaan tanah yang berlumpur dan bebatuan kecil yang tersembunyi dibaliknya, ataupun pecahan-pecahan kaca yang kapan saja bisa menusuk kaki mungilnya. [y/n] kecil dapat merasakan kakinya berdarah karena pecahan kaca-kaca yang tersebar di lorong sempit nan gelap itu. Air mata gadis kecil malang itu mengucur deras tanpa isakan dan dirinya memutuskan untuk pasrah.

"Jadi, [y/n]...buatlah dirimu berguna dan jangan menyusahkan ku lagi!" [y/n] tersentak dan hanya bisa menatap nanar sang paman.

Beberapa saat kemudian mereka berhenti.

"Ini barangnya. Sekarang serahkan uang-uang mu padaku."

Pamannya melempar [y/n] paksa ke depan orang yang akan membelinya. Penampilan pria itu sedikit menyeramkan membuat tubuh [y/n] bergetar ketakutan.

"Berani sekali kau berbicara seperti itu padaku."

Brakk

Orang itu menendang perut paman [y/n] sehingga terpental jauh ke belakang. Lalu orang itu mendekat ke paman [y/n] kemudian menginjak-injak tubuhnya sampai tak berbentuk. Orang itu sangat kuat, pikir [y/n].

Darah berceceran kemana-mana. [y/n] yang melihat 'pertunjukkan' itu terkejut dan ketakutan.

Orang itu lalu menjatuhkan tumpukkan lembar uang di atas jasad yang sudah tak terbentuk itu.

"Dasar manusia sampah." Sarkas nya.

Lalu orang itu berjalan ke arah [y/n]. Sontak ia perlahan mundur ketakutan setelah ia melihat orang itu menghabisi pamannya.

"Nah, gadis kecil. Aku adalah All for One. Mulai sekarang aku yang akan membimbing jalanmu."

Orang itu mengulurkan tangannya ke [y/n]. Ia menatap nya ragu, lalu dengan tangan bergetar ia meraih uluran tangan itu.

"H-haik..." ucapnya pelan.

[y/n] yang masih kecil, belum mengerti mana hal yang benar dilakukan dan mana yang tidak, ia berpikir All for one adalah orang baik yang mau menolongnya.

Tapi sejak saat itu, [y/n] mendapatkan 'pembelajaran' yang sangat tidak manusiawi–bahkan perlakuannya lebih buruk dari pamannya–oleh orang yang ia ketahui bernama All for one itu. Ia 'membimbing' [y/n] ke jalan yang tidak pernah ia duga

...dan [y/n] menyadari uluran tangan itulah yang membawanya paksa masuk ke lembah yang suram ini.

~flashback end~






[y/n] menghela napas. Menjatuhkan tubuhnya di kasur dan membiarkan semua isi kotak itu berserakan di kasurnya. Lengan kanannya ia gunakan untuk menutup matanya.

[y/n] sebenarnya tidak tau seperti apa sekolah Yuuei itu. Karena ia adalah orang yang introvert, bahkan tak pernah sekalipun keluar apartemen kalau tidak ada tugas dari pria tangan itu.

"Sekolah Yuuei, pro hero yang rata-rata banyak mengajar disana..." gumamnya pelan.

'Yuuei adalah sekolah yang menghasilkan pahlawan-pahlawan terhebat.'

[y/n] terbangun saat mengingat perkataan Dabi.

"Banyak menghasilkan pahlawan-pahlawan terhebat, itu berarti..."

[y/n] menatap kedua tangannya.

"...itu berarti murid yang masuk kesana harus ber-Quirk,"

Ia kembali merebahkan tubuhnya. Kepalanya ia miringkan ke arah jendela, yang mana kini langit malam menunjukkan pancaran cahaya bulan.

"Indah sekali..." ucapnya terpukau ketika menatap bulan.

Ah, ia sangat menyukai bulan purnama di malam hari. Karena menurutnya saat menatap bulan rasanya ada seseorang yang menemani disisinya hingga ia merasa begitu damai.

[y/n] lalu menoleh ke arah jam bekernya, yang sudah menunjukkan angka 20:00. [y/n] melebarkan matanya.

'Sudah berapa lama aku melamun?!'

Ia beranjak dari kasur dan pergi ke kamar mandi, memutuskan untuk membersihkan diri.

~Tsudzuku~

I AM (NOT) A VILLAINWhere stories live. Discover now