Soul, Antarctica
Rizani dan Arka tiba di suatu tempat, lebih tepatnya di gang sempit. Rizani bersiul kecil sambil berjalan lurus menuju cahaya di depan gang. Sementara Arka masih bingung, berbagai pertanyaan dan kejutan hadir bertubi-tubi tanpa ia minta.
"Hei! Lebih cepat sedikit!"
Arka mengerutu sepanjang jalan. Ingin rasanya ia memukul atau menghajar pemuda di depannya. Namun, ia takut dengan kemampuan Rizani dan ... ia penasaran dengan huruf 'M' di bahu kanan.
"Nanti akan aku jelaskan setelah kita sampai," ucap Rizani tanpa menoleh ke belakang.
Arka tertegun. Apakah Rizani seorang cenayang?
"Aku bukan cenayang, hanya saja kode namaku bisa membaca pikiran seseorang di dekatku," jawab Rizani lagi.
Arka mensejajarkan langkahnya. Ia terus mengikuti kemana Rizani membawanya pergi, hingga mereka tiba di sebuah dekat gang tadi.
Arka membaca papan kayu yang bertuliskan 'Cafe Raines'. Bunyi bel menandakan bahwa seorang pelanggan telah masuk dan pelanggan itu adalah mereka.
"Selamat datang di Cafe Raines!"
Sambutan hangat dari pelayan wanita berambut biru. Ia mengenakan pakaian khas pelayan kafe berwarna biru muda dengan kiasan rumbai-rumbai di bagian bawah.
Rizani tersenyum kecil. Ia mendekati pelayan wanita itu, lalu membisikan sesuatu di telinganya. Pelayan itu menganggukan kepala kecil. Ia pergi meninggalkan Rizani dan Arka yang bengong.
Di sudut kafe Rizani memilih tempat duduk. Ada sebuah bilik yang menjadi penghalang masing-masing tempat duduk. Arka sibuk melihat-lihat ornamen kafe yang didominasi warna biru laut. Ada gambar hujan, payung dan awan yang bertemakan hujan seperti nama kafe.
Tak berselang lama, seorang wanita berambut biru mendatangi mereka. Rizani tersenyum hangat dan tatapan matanya seolah mengandung arti rindu.
"Sudah lama tak bertemu Kak Riza," ucap wanita itu.
"Hahaha ... kau semakin cantik saja Mizu," balas Rizani.
Arka melirik kecil. Ia cukup terpesona melihat kecantikan alami wanita tersebut. Dan tiba-tiba kepala Arka terasa pusing. Ia memegang kepalanya yang terus berdenyut kencang.
🥔🥔🌝🥔🥔
Birthnia
"Hei! Jangan lari!"
Beberapa prajurit kerajaan mengejar seorang gadis cilik. Gadis itu terus berlari. Ia tak ingin ditangkap.
Sebuah panah cahaya melesat ke arahnya. Gadis itu tetap berlari, hingga anak panah tersebut menancap persis di depan matanya. Ledakan kecil terjadi sampai membuat tubuhnya terpental.
"Kyahh!!" jerit sang gadis kesakitan.
Akibat hal itu, tiga orang prajurit berhasil menyusulnya. Gadis itu dalam posisi terkepung.
"Cepat serahkan dirimu!" seru prajurit mengacungkan sebuah tombak.
"Ti-tidak! Aku tidak bersalah!"
Tiba-tiba tubuh gadis itu terselimuti cahaya terang berwarna hijau. Satu ajah huruf 'H' yang berada di telapak tangan kiri sang gadis ikut bersinar.
Seluruh luka-luka di tubuh gadis itu sembuh dengan sendirinya. Stamina juga telah kembali seakan ia baru saja di charger.
"Cahaya apa ini?" tanya salah satu prajurit membawa busur panah.
DU LIEST GERADE
The Power of Code Name
FantasySebuah aplikasi yang memiliki sebuah rahasia dibaliknya. Di mana dunia pararel dihuni oleh pemilik kekuatan supranatural bernama Code Name. Bagaimanakah kisahnya? Note: Cerita ini terinspirasi dari milik akun wp @Ahmadrizani (sudah mendapatkan izin)
