Longway Down

42 4 0
                                    

"Cepatlah kak. Sebentar lagi gelap dan kita belum menyalakan bintang pada gubuk"

Wonjin hanya terkekeh melihat betapa semangatnya adik kecilnya itu. Berlari mendahuluinya sambil menenteng keranjang di punggungnya yang berukuran lebih kecil dari milik wonjin.

Sesampai di rumah youngtae langsung berlari kedapur yang terletak di bagian belakang gubuk dan menyalakan korek api dan bergegas kembali ke depan gubuk untuk menyalakan lampu pijar.

Wonjin yang baru sampai dan melihat lampu pijar itu sudah menyala hanya tersenyum teduh. Ia mengusap kepala laki-laki yang menjadi adiknya beberapa tahun terakhir dan melayangkan pelukan kasih sayang.

"Badanmu lengket. Jangan peluk aku"

Wonjin hanya terkekeh dan semakin mengeratkan pelukannya.

"Yang penting aku tetap tampan. Iya kan??"

Hanya gelengan yang didapatkan dari bocah didepannya.

"Kakak itu manis. Seperti sosok ibu yang kau selalu ceritakan sebelum pergi tidur"

Dada wonjin rasanya sesak. Maafkan semua dosanya ya tuhan. Ia sepertinya sangat berdosa sudah membawa manusia seperti youngtae dalam penyembuhannya.

"Bersihkan kakimu agar kita cepat makan malam. Besok kau harus bangun pagi untuk sekolah"

Wonjin merangkul tubuh yang lebih pendek kedalam pelukannya dan bergegas menumbuk kentang yang tadi mereka panen untuk makan malam.

~•~

"KAK AKU BERANGKAT"

Taeyoung langsung berlari keluar gubuk setelah memberikan pelukan dan ciuman pipi pada wonjin sebelum bersiap mengejar waktu untuk berangkat ke sekolah.

Mereka tinggal di puncak bukit dengan dikelilingi perkebunan dan juga pemandian  mata air yang terletak tidak jauh dari gubuk mereka.

Jadi tidak heran bila taeyoung harus benar-benar berangkat shubuh agar dapat sampai ke sekolah tepat waktu. Sekolah di daerah itu hanya terdapat di kaki bukit yang dimana membutuhkan waktu hingga 45 menit untuk sampai ke sana.

Satu lagi hal yang menambah rasa bersalah wonjin kepada taeyoung.

~•~

Seperti biasa wonjin akan membersihkan gubuk dan bersiap lebih pagi untuk ke kebun. Semoga saja hari ini ia mendapat hasil yang lumayan sehingga mendapat imbalan yang lebih dari pemilik kebun.

Disepanjang jalan menuju kebun biasanya wonjin akan menyempatkan untuk mampir ke kebun bunga sebelum akhirnya menghabiskan waktu untuk mengurus kebun ataupun memanennya.

Tapi sepertinya ia harus bergegas untuk langsung ke kebun. Dikarenakan waktu paginya sudah terkuras untuk mengurusi cuciannya dan adiknya itu.

Tanpa ia sadari seseorang lelaki sedang menunduk untuk memilih bunga yang paling bagus pada kebun bunga yang ia lewati.

~•~

Segera setelah wonjin sampai di kebun. Ia langsung menyesali keputusannya itu.

Seorang laki-laki yang senyumnya bahkan sudah wonjin hapal sedang berbicara dengan pemilik kebun. Terlihat sangat ramai disana.

Walaupun dia sudah tidak melihat senyum keibuan tersebut sejak ia hampir lulus di masa SMA tetap saja. Ia sangat kenal dengan perawakan dan juga wajah manis kakaknya yang hampir mirip dengan ibunya itu.

Let me InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang