s a t u

1.1K 159 62
                                    

Aku bersekolah di Hogwarts. Berada di tahun yang sama dengan The boy-who-lived, Harry Potter. Aku tak cukup dekat dengannya, tapi aku cukup dekat dengan keluarga Weasley, terutama si kembar.

Dulu aku sering kali menghabiskan waktu bersama si kembar dan juga Lee Jordan. Ketika mereka melakukan kejahilan, aku hanya menjadi pengamat. Meski begitu, aku sering kali ikut terkena detensi.

Fred dan George selalu memintaku agar tak mengadukannya pada Molly saat ke The Burrow atau mereka akan terkena marah habis-habisan. Dan aku selalu menjadi pembohong yang baik di The Burrow untuk mereka.

Aku tak pernah merasa keberatan dengan hal tersebut ataupun merasa ingin menjauh dari mereka seperti saran dari Molly dan saudara-saudara mereka.

Karena hanya dengan itu aku bisa dekat dengan mereka, terutama George. Laki-laki yang aku sukai sejak awal bertemu. 

Ingat sekali, perasaanku yang awalnya hanya sebatas tertarik semakin berkembang seiring berjalannya waktu.

Apalagi saat melihatnya memukul wajah salah satu Beater Slytherin sebagai balas dendam karena laki-laki dari asrama ular itu memukul wajah Alicia Spinet di tahun ketigaku.

Meski itu termasuk ke dalam kekerasan dan aku sempat mengomelinya, tapi jauh di dalam hatiku aku semakin dibuat suka dengan sifatnya yang pelindung. 

Si kembar sering kali bercerita tentang eksperimen mereka, kemarahan ibu mereka, dan beberapa hal lainnya seperti Fred yang menyukai Angelina. 

Di tahun ke-empat, kakak dari George Weasley itu mengajak Angelina untuk pergi ke Yule Ball bersama saat pelajaran ramuan di Great Hall yang menggabungkan seluruh angkatan.

Aku hanya tertawa pelan saat melihat tingkahnya. Tapi sebuah kejanggalan aku sadari saat itu. 

George keluar dari Great Hall terlebih dahulu dan meninggalkan Fred dengan alasan buru-buru ke kamar mandi.

Karena penasaran, aku segera mengumpulkan pekerjaanku pada Prof. Snape dan menyusul George yang ternyata menuju ke menara astronomi.

Waktu itu dia hanya duduk di tangga dan berdiam diri. Aku mendekatinya, dan sedikit terkejut saat menyadari raut sedihnya.

"George?" panggilku pelan, ia tersentak.

"Kau kenapa kesini?" aku dapat melihat usahanya saat menyembunyikan wajah sedihnya.

"Bukankah harusnya aku yang bertanya begitu?" aku duduk di sampingnya sambil memandang ke arahnya.

"A-aku hanya ingin sendiri," balasnya pelan.

"Apa aku tidak boleh menemani?" 

"Yah, asal kau tidak meminta bayaran," aku terkekeh pelan saat mendengar balasannya.

Kami saling diam dalam waktu cukup lama saat itu. Sampai ia kembali buka suara memecah keheningan.

"Apa kau mau mendengarkanku?" senyumku melebar saat mendengar perkataannya.

"Tentu saja. Kenapa tidak?"

"Kau tahu bukan Fred seringkali membicarakan Angelina?" aku mengangguk ragu, ingat sekali rasa was-was yang datang mendadak saat itu.

"Aku tahu aku salah. Tapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri jika aku juga menyukai Angelina."

Kalimatnya waktu itu bagai petir di siang bolong, menyambar secara mendadak,  dan membuatku merasa sulit dalam segala hal bahkan hanya sekedar untuk tersenyum.

Waktu itu, aku berusaha keras untuk membuat George kembali tertawa. Tapi nyatanya, lebih sulit menghentikan tangisanku pada malam harinya di menara astronomi.

First Love?Where stories live. Discover now