Abel berdehem pelan. Membuat Atlantas yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya mengangkat wajah. Meneliti penampilan Abel yang menurutnya cukup bagus.

"Bawa helm lo. Kita berangkat sekarang."

Abel memilin ujung dress-nya. "Kak, kita mau ke mana, sih?" tanya Abel diserang rasa penasaran. Demen banget bawa anak orang tanpa rencana panjang," lanjutnya dalam hati.

"Nanti lo juga tau."

Abel merenggut kesal. Namun tak urung juga tuk mengambil helm dan memasang flat shoes dengan cepat.

"Kak Atlas nggak ada rencana buat culik Abel, kan?"

Atlantas melirik Abel. Yang benar saja ia menculik cewek tersebut. "Dalan mimpi lo," sahut Atlantas dingin.

"Nyebelin," kata Abel kepada Atlantas terang-terangan.

Cowok tersebut tidak perduli. "Buruan!"

"Iya. Sabar sedikit, kek."

"Lo lambat."

"Kak Atlas aja yang kecepatan."

"Bacod! Buruan kunci Apartemennya, gue tunggu di basemant."

Abel berdecak kesal. Melirik Atlantas yang sudah melangkah jauh. Namun, sedetik kemudian dia menghela napas pelan.

"Tidakkah cukup yang Kak Atlas lihat ... semua ini sungguh berat," ucap Abel bernada. "Tidakkah indah jika bila kita jalan bedua," sambungnya lagi dengan lirik asal-asalan.

"Inginnya gitu ... tapi cuman halu."

🏍️🏍️🏍️

Abel menatap ke arah luar. Ia benar-benar kaget saat Atlantas mempunyai mobil. Karena setahunya cowok tersebut selalu menggunakan motor ke mana-mana.

"Mobil siapa Kak Atlas? Hasil curian, ya?"

Atlantas mendelik tidak terima. "Iya. Ini hasil curian. Kenapa? Mau loncat lo dari mobil sekarang?"

"Y-ya nggak gitu!" sanggah Abel cepat. "Kan, cuman nanya. Tapi, ini beneran hasil nyuri?" tanya Abel yang percaya dengan ucapan bercanda Atlantas.

"Lo pikir aja sendiri."

Abel menggigit ujung kukunya. "Nggak mungkin, kan? Masa, sih? Ya, kali Kak Atlas jadi tukang curi sekarang?"

Atlantas benar-benar tidak habis pikir. Bagaimana bisa cewek di sebelahnya ini malah percaya. Tapi, biarkan saja. Ia juga tidak perduli. Itu bukan urusannya.

Hening.

Abel benar-benar berpikir keras. Atlantas melirik cewek tersebut diam-diam, lalu menghela napas berat.

"Ini mobil Anji," lontar Atlantas memilih untuk menjawab semua pertanyaan yang bersarang di otak Abel. "Gue minjam mobil sama dia."

Abel memiringkan kepalanya, lalu mengangguk-ngangguk kepala pelan. "Oh, gitu, ya."

"Kenapa minjam mobil?" tanya Abel.

"Bukan urusan lo."

Ingin rasanya Abel melempar keluar Atlantas dari mobil sekarang juga. "Kalau ditanya pasti jawabannya 'bukan urusan lo' kenapa, sih, gitu? Suka banget bikin orang kesel. Minta dihujat banget emang." Ia melipat tangan di atas dada. Bibirnya sedikit mengerucut sebal.

ATLANTAS || ENDWhere stories live. Discover now