01

1K 210 13
                                    

Menjadi istri seorang atlet bukanlah hal yang mudah, mengingat mereka harus mengonsumsi makanan yang bergizi untuk menjaga stamina ketika bertanding.

Keseharian [Name] setiap pagi diisi dengan menyiapkan sarapan dan bekal untuk sang suami (tentu saja sebelum melakukan semua itu ia harus membangunkan prianya yang malas). Ia tak mau tahu, ketika berada di meja makan, ia atau suaminya sudah bersih, rapi dan wangi. Sudah menjadi kebiasaannya sejak masih gadis ketika bangun pagi, ia harus berkemas dari tempat tidur, kamar dan dirinya sendiri.

Mungkin ini yang dinamakan jodoh, saling melengkapi.

[Name] tak menyangka jika suaminya adalah orang yang sangat malas, selalu rebahan dan hanya ingin tidur setiap saat. Padahal saat sekolah dulu, ia jarang bahkan hampir tak pernah melihat sang suami tertidur di kelas. Meski ada fakta yang lebih membuatnya terheran-heran, bahwa suaminya masih menyukai bola voli dan ikut ke dalam tim di kampusnya sampai akhirnya tergabung menjadi atlet tim nasional yang mewakili negara. Tentu saja ia bangga, karena mendapatkan seorang Suna Rintarou itu lumayan—tidak, susah. Sangat-sangat susah.

Ia meringis ketika menuangkan air putih ke dalam gelas, mengingat bagaimana perjuangannya dulu (apalagi selalu diungkit oleh suaminya) membuatnya ingin membenamkan diri ke rawa-rawa saja.

Yah, sampai saat ini ia juga masih percaya bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil.

Ketika hendak membawa dua gelas air putih ke meja makan, tiba-tiba saja kedua tangan melingkar di pinggang juga dagu yang berada di bahunya. Suna memeluknya dari belakang dan mendekapnya begitu erat dengan kedua mata yang masih sayup-sayup enggan terangkat.

"Aku lapar," keluhnya.

"Kau belum cuci muka, sayang."

"Malas." Ia menjawab dengan ogah-ogahan. "Kau yang cucikan mukaku saja."

Sang wanita terkekeh, berbalik dan menghadap suaminya lalu menangkup pipi Suna dengan kedua tangannya. "Jangan malas dong, hari ini kau latihan 'kan?"

Pria bernama lengkap Suna Rintarou itu mendengkus, menenggelamkan kepalanya di bahu istrinya. Setiap pagi ia selalu dirundung rasa malas, untuk bergerak dari kasur saja enggan. Memang dia adalah atlet voli Nasional dan banyak yang tidak menyangka karena dirinya yang terlihat ogah-ogahan melakukan sesuatu, tetapi karena kecintaannya pada voli-lah yang membuatnya sampai berada di titik ini.

Begitupula dengan menjalin kasih dan membangun rumah tangga.

Banyak yang terkejut bahkan heran ketika menerima undangan pernikahan, dimana nama Suna dan [Name] tertera. Anak SMA Inarizaki tidak mungkin tidak kenal Suna Rintarou, terkenal cuek dan bodoh amat di kalangan perempuan. Kentara gadis bernama [Name] tidak menyerah sama sekali hingga bisa bersama dengan orang yang ia sukai. Seiring berjalannya waktu pula, di antara mereka berdua terlihat sekali siapa yang benar-benar cinta sampai jadi bucin.

Suna mengakui itu adalah karma, tapi ia tidak menyesal karena telah menerima [Name] di hidupnya.

Sebab hidupnya lebih bermakna ketika menerima keberadaan sang wanita di sisi.

Masih dengan posisi yang sama, Suna menenggelamkan kepalanya ke bahu [Name] dengan kedua mata yang kembali terpejam. Wanita itu mengelus mahkota suaminya dan tersenyum tipis.

"Ayo siap-siap," ajaknya.

"Aku ingin seperti ini ... sebentar saja." Suna berucap, terdengar seperti meminta. Mau tak mau [Name] mengalah sejenak, membiarkan sang pria memeluknya.

ʀᴇᴅᴀᴍᴀɴᴄʏ || ꜱᴜɴᴀ ʀɪɴᴛᴀʀᴏᴜWhere stories live. Discover now