"U-uwaahhh.."sentaknya. "Cepat sekalii!!"

"Hahaha! Rambutmu berantakan Win!"seru Off lalu membenarkan rambut Viscount kecilnya dan menurunkannya. "Ini ruang baca, kau bisa membaca apapun disini. Ada karya Dante, Shakespeare, Plato, Aristotle, dan kesukaan ayahmu tentu yang terakhir itu,"ucap Off dengan tangan yang terus menuntun langkah Win.

"Huum! Ayah pernah membacakan Win tentang kisah Aristotle!"

"Hahh pasti melelahkan bagimu bukan? Kalau kau? Apa yang kau suka Win?"

"Kalau aku, aku menyukai Shakespeare! Apakah kau punya naskah The Tempest?"

"Ah tentu,"dengan sekejap mata Off sudah menghilang lalu kembali lagi dengan buku naskah drama komedi Shakespeare yang dikatakan Win sebelumnya.

"Kau menyukainya?"pertanyaan itu langsung dijawab dengan anggukan senang. Win bahkan tidak lagi menatap Off tapi ia sudah sibuk dengan Shakespeare-nya. "Jika kau suka, kau boleh mengambilnya,"ucap Off lalu berjalan kembali dengan Win di belakangnya.

"Kita sampai di hadiahmu,"sela Off ketika mereka berada di depan rak dengan penuh buku disana. Win pun segera memalingka fokusnya, dan ketika Off mengambil satu buku, satu ruangan pun terbuka lebar. Ruangan yang berbeda jauh dengan ruang sebelumnya.

"Ini adalah gudang persenjataan kami Win,"jelas Off yang membungkam kekaguman bocah kecil Techapaikhun itu hingga membuatnya menjatuhkan bukunya. "Kau bisa bebas memilih senjata apapun yang kau suka. Tapi untuk pembelajaran pertama tentu kita akan belajar pertempuran satu lawan satu,"

"A-apa Win boleh memakai yang ini?"ucap Win dengan binar kagumnya. Langkah kakinya sudah mendekat ke pedang besar nan gagah yang berdiri tegap di tengah dinding.

Namun dengan sekejap mata, Off sudah berada di depan Win menghalangi bocah itu menyentuh pedangnya. Off menggeleng tegas. Mata merahnya sedikit membuat Win bergidik ngeri. "Tidak. Jangan yang ini,"

Win menjauh, mata yang penuh kekaguman itu berubah seketika menjadi ketakutan. Off yang menyadarinya langsung berlutut dan menggenggam tangan Win. Mata merahnya kini tidak lagi menyala, dan melembut. "Maafkan aku. Tapi aku tidak bisa memberikanmu pedang yang ini,"

"K-kenapa?"

"Pedang ini adalah salah satu pusaka terkuat pemberian malaikat yang datang untuk menjalin kerja sama dengan para Hunters.  Pedang ini khusus diberikan Malaikat Mikhael pada raja Vihokrattana sebagai simbol dari kepercayaannya untuk memberikan tugas pemimpin Hunters pada Vihokrattana.  Yang aku tahu, Kekuatan pedang ini berasal dari janji yang dilakukan oleh pengendalinya. Jika ia berjanji, maka pedang ini akan memaksanya untuk menepati janjinya,"

"Win tidak mengerti,"sahut bocah itu sembari menggelengkan kepalanya.

"Hm tidak apa,"jawab Off lalu mengacak rambut Win kecilnya itu. "Ada banyak hal yang harus kau pelajari. Aku sendiri belum tahu kekuatan asli dari pedang ini, tapi aku yakin pedang inilah yang akan membuat dunia ini menjadi lebih baik lagi. Makanya aku akan terus menjaga pedang ini sampai kapanpun,"

"Hoahhmmm!"uapan dari Win menimbulkan tawa pada vampire tua ini. 

"Kau sudah mengantuk saja huh?"pertanyaan itu hanya dijawab anggukan gemas dari Win. Off kemudian menggendong bocah itu. "Kita akan pergi ke kamar okay? Kau bisa tidur siang disana,"ucapnya lalu beranjak pergi dari ruangan itu, tapi ia mengambil The Tempest milik Win itu. Saat keluar, Off menggantikan buku Aristotle yang menjadi kunci pembuka ruangan itu dengan The Tempest Shakespeare kesukaan Win. 

"Win, apa kutipan kesukaanmu dari The Tempest?"

.

.

A Blood Hunter Sacrificeजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें