Numpang

84 30 1
                                    

Merasakan leher dan punggung yang pegal, aku pun terbangun dari posisi tidur yang sangat tidak nyaman ini. Mataku mengedar keseluruh penjuru ruangan, dan menemukan fakta bahwa aku benar-benar sendirian.
Atau jangan-jangan dosen tampan juga hanya datang dimimpiku saja.?
Aku tersenyum lega saat penglihatan ku mendarat pada buku note tebal yang tergeletak disamping lenganku. Setidaknya bertemu dosen tampan itu bukanlah sebuah bunga tidurku saja.

Aku mengambil buku itu membawanya ke kamar dan meletakkannya di nakas samping tempat tidurku. Mataku melirik jam beker yang terletak di sana. Kakiku lemas dan kudaratkan bokongku di kasur empuk ditepi ranjang, jari-jariku menyusup dan mengusap kasar rambutku.

3 jam lagi adalah hari ulangtahunku, aku tersenyum kecut menyadari bahwa mama atau papa benar-benar tidak datang. Bibirku terlipat, kupejamkan mataku dengan tangan yang terus memegangi dadaku yang sesak menahan tangis.
Belum juga bulir-bulir kelemahanku jatuh lolos, aku mendengar suara riuh berasal dari luar.
Ingin aku mengabaikannya, namun rasa penasaranku jauh lebih besar, pasalnya kegaduhan seperti ini tak pernah terjadi selama aku menempati apartemen. Ku langkahkan kaki kearah balkon,

"Astaga.. apa ada demo.?" Gumamku ketika melihat banyaknya orang-orang yang berkumpul didepan pintu masuk bangunan bahkan kerumunan itu memenuhi area parkir.

Kepalaku pening mendengar mereka berteriak tidak jelas, aku memilih untuk masuk saja.

Ponselku berdering sangat kencang berkali-kali, aku menghampirinya dan melihat siapa yang menghubungiku dijam segini.

Alisku bertaut melihat siapa yang sedang menelpon dinomorku dan itu adalah nomor sama yang mengaku dirinya adalah "Daniel.?"

Aku memutuskan untuk membiarkannya saja, namun Daniel terus-terusan menghubungi ponselku kembali.

"Ckk.. anak ini rese sekali"

Terpaksa ku angkat saja telpon Daniel karena dia tak akan menyerah sepertinya.

"Apa.?" Ketus Dita setelah menggeser tombol hijau dilayar ponselnya.

"Tolong aku.." bisik Daniel pelan

Dita yang tidak mendengar suara Daniel pun bertanya kembali "Jangan berbisik.. disini sedang ramai.!!" Ucapnya sedikit berteriak.

"TOLONG AKU.!!!!" Kata daniel sambil berteriak,

Dita menjauhkan ponselnya sedikit, "Kau gila.? Kenapa berteriak seperti itu.."

Dita tidak langsung mendapatkan jawaban, tapi terdengar riuh disebrang sana dan sepertinya Daniel sedang berlari "Ckk.. GARA-GARA KAMU FANS-FANS KU MENGETAHUI PERSEMBUNYIANKU.!! CEPAT TOLONG AKU..!!"

"Tap.... i" Daniel memutuskan sambungan telepon.

Tut..tut..tut..

"Kenapa dia.?" Tanya Dita pada diri sendiri.
Seketika sunyi sekali selepas telpon dari Daniel dimatikan.
Dita hendak menaruh ponselnya dan mengabaikan Daniel, sebelum dirinya tersadar dan berlari kearah balkon.

"Mana kerumunan tadi.? Atau jangan-jangan.? Fans.? Daniel.?"

Setelah berkutat dengan pikirannya akhirnya Dita paham apa yang terjadi. Disambarnya jaket bulu di lemari, Daniel sedang menjadi mangsa para fansnya.

Dita berusaha menghubungi Daniel kembali, tapi tak ada jawaban. Dengan motor maticnya Dita menyusuri kemerlapnya jalan raya di malam hari.
Melihat ke kanan dan ke kiri, akhirnya sosok tak asing itu Dita temukan sedang berselonjor di pinggir trotoar. Dita pun memacu motornya ke bahu jalan.

Segera saja Dita turun setelah memarkirkan motornya

"Bhahahaaaa... "Dita tertawa melihat penampilan Daniel yang acak-acakan.

Take Your Heart (Just 15 Eps)Where stories live. Discover now