“Aku takut jika terlanjur bergantung, karena setelahnya aku harus susah payah berdiri sendiri.”
Ruhaima mengatakan hal itu, akhirnya. Setelah segala cemas dan khawatir selalu berputar di kepalanya.Tidak lama setelah itu, dia mendapatkan jawaban --yang bisa menghapus resahnya.
“Aku sendiri senang jika kamu bergantung padaku, walau tidak selalu, tapi kebergantungan mu itu justru menjadi kebergantungan ku.”
Rahim mengucapnya pasti, menepis segala cemas di pikiran Ruhaima, membiarkannya melepaskan segala khawatir dan harapnya.Maafkan aku Tuhan, aku kalah. Kata Ruhaima dalam sujudnya setelahnya, mungkin juga menjadi senandung Rahim di tengah malam dengan kondisi tangan yang menengadah, sedang meminta ampunan-Nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati: Siapa pemiliknya?
PoetryItu bukan kuasaku, Tuhan selalu membisikkan agar aku tak turut serta atas apa yang bukan urusanku. Aku masih di sini, tak pernah pergi, Lalu otakku menangkap sebuah opini, menghantam diri. Lemah, dasar lemah. Aku hampir saja ambruk di kakiku sendi...