Jolang Pratama

32 3 0
                                    

Jolang Pratama
____________________________






“Woy lang ...................”

“Lang itu bukan si ren-ren siapa tu cewe lu.”

Pria yang semula tengah meracik minuman tersentak mendengar teriakan laki-laki yang sedang terengah-engah, seperti sedang berlari dan membawa kabar yang begitu sangat penting, laki-laki itu berdiri tepat didepan pintu cafenya berteriak lantang memanggil pria didepannya. Tampak pria yang sedang meracik minuman itu meletakkan stirrer yang ia genggam  dan beranjak melangkah menghampiri laki-laki tersebut. Mempertanyakan apa yang sebenarnya telah terjadi.

“Woy lang lo liat tu....di gang jalan depan,gue liat si cewe lu lagi ngobrol sama cowo pake ngasih dia sesuatu lagi.”jelas laki-laki tersebut dengan satu tarikan napasnya. Dalam sekejab wajah tenang pria didepannya itu berubah marah menampakan garis rahangnya yang mengeras.

“Shittttttttttttttttttt !”umpat pria itu dengan murka dan mata menajam. Kakinya melangkah menghampiri tempat yang telah disebutkan. Jolang Pratama, pria berumur 24 tahun yang bekerja sebagai Barista dan juga meropel sebagai salah satu pemilik cafe di Ibu kota. Pria yang pernah menuntut ilmu pada program study sarjana Desain Komunikasi Visual di Institut Teknologi Bandung (ITB) itu lebih memilih melanjutkan karier dalam dunia bisnis, membangun cafe dari nol dan menangani semuanya sendiri.

Cafe itu terletak di Ibu kota,persis seperti impiannya. Cafenya itu cukup ternama dan memiliki banyak pengunjung setiap harinya, namun sayangnya dia tidak ingin memperkerjakan orang dan memilih mengerjakannya semua sendiri. Bukan karena tidak mampu menggaji karyawan tapi memang sudah keputusannya sejak awal. Terkadang dia memanggil Renata jika cafenya terlalu ramai pembeli, guna untuk membantunya.

Dengan amarah yang memuncak Jolang berjalan kedepan gang, memastikan apakah itu benar-benar Renata, kekasihnya atau bukan. Namun jauh dilubuk hatinya dia berharap itu bukan Renata. Dia berfikir mungkin saja itu hanya orang yang mirip dengan kekasihnya.

Namun pemandangan di depannya seolah menampar pemikirannya, itu memang benar kekasihnya. Renata yang tengah berjabat tangan dengan laki-laki lain. Jolang tersenyum kecut didalam pandangannya pria itu merasa Renata dengan sengaja mengkhianatinya. Secara terang- terangan berpegangan tangan dengan laki-laki lain dan bertemu dengan laki-laki itu secara diam diam. Dengan amarah pria itu menghampiri Renata dan menarik dan mencengkram tangan gadis itu dengan kasar.

“Eh...”pekik Renata terkejut dengan kedatangan Jolang yang menariknya secara tiba-tiba. Bagaimana bisa tiba tiba Jolang ada disini.

“Aww... sakit dear”rintih Renata yang merasakan tangannya dicengkram begitu keras oleh Jolang.

“Berhenti merintih jalang !!!!”umpat jolang.  Renata yang mendengar bentakan itu diam membeku seraya meremas jarinya. Gadis itu benar-benar takut. Dia tidak mengerti mengapa kekasihnya itu begitu sangat marah padanya. Apa sebenarnya kesalahannya.

Jolang menarik paksa tubuh gadis itu, tak peduli dengan napas terengah-engah gadis mungil tersebut yang berusaha mengimbangi langkah lebarnya. Dari raut wajahnya bisa dipastikan pria itu sepenuhnya kecewa dan marah pada kekasihnya.
Sesampainya dicafe pria itu memasukkan Renata secara paksa dan menutup seluruh akses masuk pada cafe tersebut, tak peduli berapa banyak pengunjung yang berada disana, dia memilih mengusirnya.

Masa bodoh mereka menganggapnya gila ataupun kapok datang ke cafenya, yang terpenting sekarang adalah urusannya dengan Renata. Sedangkan disisi lain, teman Jolang yang sedari tadi tengah duduk dipojok cafe tersebut seaakan sadar akan kemarahan Jolang. Ini semua juga karenanya, karena kabar yang dibawanya. Jika dia memilih bungkam mungkin saja Jolang tak semarah ini. Ini karna kebodohannya tidak menyaring kata katanya.

“KELUAR LO.”teriak Jolang sambil menunjuk temannya itu, bahkan teriakannya begitu nyalang seperti mendominasi diseluruh ruangan tersebut. Dengan terburu-buru laki-laki itu mengemasi barang dan menutup laptopnya begitu saja, tanpa sempat mematikan layarnya.
Bagaimana bisa Jolang semarah itu bahkan dia belum sempat menenangkan Jolang malah dirinya dibuat menganga lebar atas teriakan murka Jolang.

Sesegera mungkin dia pergi meninggalkan cafe itu sebelum dia merasakan imbasnya. Jika Jolang sudah marah maka dipastikan orang yang dihadapannya tidak akan pernah bisa lepas darinya. Renata semakin bingung dengan sikap kekasihnya itu ,dia marah dan seperti seolah-olah ingin membunuh siapapun yang ada didepannya. Gadis itu hanya mematung melihat apa yang dilakukan Jolang padanya.

“SINI KAMU !!!!”teriak pria itu nyalang.

Jolang menarik tangan Renata kasar dan memasukkan tubuh mungilnya kedalam kamar mandi, pria itu menghempaskan tubuh gadis itu berulang kali dan memukul wajahnya sesekali. Tak peduli jika dihadapannya ini seorang wanita lemah. Dia hanya menuruti amarah yang berada didalam kepalanya, seolah-olah ingin meledak. Tampak darah mengalir begitu saja bercucuran di sudut bibir Renata.

“Ampun..........hiks......hiks...”rintih Renata, seluruh tubuhnya bergetar hebat, bahkan suaranyapun tidak jelas karna isakannya.

“Aku sudah bilang padamu kan! Jangan bertemu pria lain selain diriku, kemarin aku melihatmu sedang mengirim pesan padanya kemudian hari ini aku melihat kamu bertemu dengannya!!! Dasar murahan.”ungkap Jolang dengan suara menggelegar. Jolang memang sempat melihat Renata membalas pesan dari laki-laki yang diketahui adalah temannya itu, namun Jolang masih memaklumi tapi sekarang melihat tingkah kekasihnya itu membuatnya geram. Sejak kapan gadisnya itu mulai berani berbohong padanya.

“Ak...aku hanya mengantarkan hikss...aku hanya mengantarkan tugas, dia temanku dear...”terang gadis itu namun dengan sengaja Jolang mengguyur tubuh Renata dengan gayung berisikan air berulang kali, tak peduli rintihan gadis tersebut.

Raut wajahnya menegang seperti menahan rasa perih akibat luka terbuka ditubuhnya akibat terkena air dingin yang dengan sengaja di guyurkan oleh Jolang.

Jolang tidak mau tau atau bahkan mendengarkan semua penjelasan yang keluar dari mulut Renata, rintihan rasa sakit atau bahkan raut wajah Renata yang mulai memucat.  Renata tidak menyangka jika kejadiannya akan serumit ini, dia sengaja berjanji bertemu dengan temannya didekat cafe itu untuk memberikan tugas temannya yang telah selesai ia kerjakan ditambah lagi agar dia tidak telat membantu Jolang dan datang tepat waktu ke cafenya namun, Jolang malah melihat itu semua dan mengansumsikan dengan salah.

Karna memang sudah kalap dengan sengaja Jolang membenturkan kepala Renata pada dinding kamar mandi, dan seketika itu juga penglihatan Renata mulai memudar, sorot matanya mulai kabur dia jatuh pingsan disana.

Namun bukanya menolong Renata, Jolang malah menutup pintu kamar mandi itu tanpa memperdulikan Renata padahal jelas jelas ventilasi dalam kamar mandi itu begitu sempit sehingga udara yang masuk kedalamnya pun begitu terbatas.
Jolang terduduk dilantai, kakinya dibiarkan terjulur lurus kedepan.

Pandangan pria itu kosong namun tajam, masih sangat jelas terlihat bahwa emosinya benar-benar berada dipuncak kepalanya. Tangannya mengepal geram atas kelakuan kekasihnya. Dia mengumpat beberapa kali seraya memukul meja dihadapnnya.










Tinggalin jejak ya guys......
Trimakasih

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Redam [Tanpa rasa] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang