Tangan misterius di pintu

4 2 0
                                    

Malam itu merupakan malam minggu, apakah kalian masih ingat dengan perkataanku tentang listrik yang ada di tempat tinggalku?, memang benar listrik di desaku tidak menyala 24jam namun jika malam minggu tiba, listriknya akan menyala mulai dari pukul 17:00 hingga 06:00. Malam minggu itu aku dan ayahku sedang duduk di depan TV, kami menonton jalannya pertandingan MMA di salah satu stasiun televisi, malam itu hujan baru saja redah, ayahku membuka sedikit pintu rumah agar udara dingin dapat masuk, karna suasana pada saat itu sanggatlah panas, aku dan ayahku menonton jalannya pertandingan dengan serius sedangkan ibu dan adikku sudah tidur di dalam kamar. “Ikka... pergi lihat dulu air di sumur banyak atau tidak?” suruh ayahku padaku sedangkan matanya masih tidak ter alihkan dari layar TV

“Mana senter?” tindihku sambil berdiri sembari membidik mataku ke segalah arah guna mencari benda yang aku tanyakan

“Ini, pergi lihat dulu kalau banyak nanti saya timba,” pinta ayahku dengan mata yang sudah bisa bercerai dari layar TV

Pada saat itu jam telah menunjukkan pukul 00:05, aku berjalan menuju sumur yang terletak tidak jauh dari rumahku, aku tidak takut untuk menuju ke sumur itu karna di dekat sumur itu ada dua rumah yang saling bersampingan di tambah lagi kala itu ada orang yang sedang menimba di sumur itu

“Banyak airnya?” aku bertanya pada orang yang mengenakan baju lengan panjang berwarna biru sedangkan kedua tangannya masih saja terus menarik timba dari dalam gelapnya rongga sumur

“Banyak, malahan cukup untuk 4 rumah airnya ini,” jawab orang itu dengan kedua tangannya yang masih saja tidak usai-usainya menarik timba

Setelah mendengar jawaban orang itu dan di tambah lagi dengan aku melihat air dalam sumur itu cukup banyak, aku pulang untuk memberitahukannya pada ayahku, ketika aku tiba di depan pintu dapur aku mengucapkan salam dan masuk ke dalam rumah, aku berjalan hingga sampai ke ruang tamu di mana ayahku sedang menonton TV

“Banyak air di sumur?” tanya ayahku padaku dengan bidikan mata yang tepat mengenai mataku

“Iya, banyak,” jawabku sambil membalas bidikan mata dari ayahku

Ketika ayahku berdiri dari tempat duduknya aku menoleh ke arah pintu depan yang setengah terbuka tadi, dan melihat ada tangan anak kecil sedang menggenggam bagian samping pintu yang setengah terbuka tadi, aku langsung saja menegurnya, aku pikir tangan itu adalah tangan dari anak tetanggaku yang sedang jahil. “Dide masuk kalau mau masuk, jangan hanya di pintu kayak setan.” Ujarku menghadap ke arah pintu, namun tak ada respons yang di tunjukkan oleh sang pemilik tangan tersebut, dan sekali lagi aku menegurnya berharap ada respons dan dia berhenti melakukan kejahilannya tersebut. “Dide, masuklah, tidak takut kau ada setan di situ?” ujarku sambil menakut-nakuti. Namun tetap saja tidak ada respons yang di tunjukkan oleh sang pemilik tangan

Akhirnya dengan kesal aku berdiri dan membuka pintu, namun alangkah terkejutnya aku mendapati tidak ada siapa pun di situ, aku dengan wajah yang penuh keheranan menoleh ke arah ayahku berdiri, wajahku dan ayahku pada saat itu memasang ekspresi yang penuh keheranan.

Dan mulai saat itu setiap malam minggu, ketika ayahku menonton TV dia tidak pernah membuka pintu lagi.

 hay-hay,hay. Gimana ceritanya seru enggak? Kalau kalaian ada saran tentang kepenulisan atau hal yang ingin kalain saranin ke saya, bisa banget nih DM saya😊

Terima kasih buat yang udah baca. Jangan lupa tinggalkan vote yah!🤭

Horor story. Cerita dari penulisDonde viven las historias. Descúbrelo ahora