Hantu di dapur rumahku

3 3 3
                                    

Ini masih bercerita tentang kisahku, yang melihat sosok tak kasat mata di dapur rumahku, waktu itu aku masih tinggal di sebuah rumah karyawan yang terbuat dari papan dan balok kayu, kala itu aku kelas 8 SMP, dan ditinggal oleh kedua orang tuaku sendiri di rumah, mereka berdua beserta adik laki-lakiku sedang pulang kampung ke tanah Toraja.

Sudah 6 hari mereka berada di Toraja. Dan aku masih aman-aman saja tinggal sendiri di rumah, aku merasa sangat damai jika di tinggal sendiri di rumah dan melakukan semuanya dengan mandiri, mulai dari bangun tidur, menyiapkan sarapan, mencuci piringku sehabis makan, bahkan mencuci bajuku sendiri. Namun di hari selanjutnya aku mulai merasakan kedamaian yang selama ini aku rasakan mulai terusik, paginya aku bangun sekitar pukul 05:00 WITA, aku langsung bergegas untuk mandi dan berangkat ke tempat pemberhentian bus sekolah, kala itu aku sedang duduk di sebuah jembatan kecil yang memiliki tempat duduk di tepinya, lalu kemudian aku di sapa oleh salah seorang temanku yang sedang menuju ke tempat aku duduk. “Oi...!” teriak temanku itu memanggilku.

Aku menjawab teriakan temanku itu. “Apa...!” jika dia dilihat  dari tempat aku duduk wajah temanku itu hanya seperti siluet dan sulit untuk di kenali, namun ketika ia sudah berada cukup dekat denganku barulah wajahnya tampak. “O...ternyata kau Adel,” cetusku sambil sedikit mengangkat wajahku yang sebelumnya aku turunkan

“Saya kira kau terlambat lagi hari ini, karna kemarin kau terlambat, bus sudah datang kau baru ingin naik,” ketus Adel sambil mengambil stan untuk duduk di sampingku

“Ah...masa mau telat terus, enggak ganteng orang kalau telat terus,” jawabku sembari melempar sebuah senyuman pertanda bahwa apa yang baru saja aku lontarkan adalah sebuah candaan

   ****

Setelah beberapa menit menunggu sambil berbincang bus sekolah pun akhirnya datang. “Itu sudah busnya!” teriak Adel sambil menunjuk bus sekolah

“Hem... lambat sekali dia datang hari ini,” jawabku sambil memandangi bus yang semakin mendekat ke arahku

“Tidak perlu banyak bicara, intinya busnya datang,” tindih Adel dengan nada bicara meninggi lalu berdiri dari tempat duduknya

“Ya... seperti itulah, mau bagai mana lagi,” aku menjawabnya dengan santai

Ketika kami semua telah menaiki bus, bus pun langsung berangkat menuju sekolah. Sekolahku sangat jauh dari tempat tinggalku, jadi jika ingin melakukan bolos rasanya itu sebuah tindakan yang bodoh.

****

Hampir sejam bus melaju menuju sekolah, akhirnya kami tiba di sekolah, hari itu  cuaca terlihat sangat tidak bersahabat, angin kencang beserta awan hitam memiliki kesan bahwa sebentar lagi akan terjadi badai, aku langsung bergegas menuju ke dalam kelasku, ketika aku telah masuk ke dalam kawasan sekolah aku melihat ke sekeliling dan mendapati hanya ada aku sendiri saja yang ada dalam kawasan sekolah, sedangkan siswa yang lain masih berada di luar sekolah, aku yang pada saat itu merasa bahwa hujan sebentar lagi akan turun, langsung bergegas menuju kelas. Tapi alangkah herannya aku mendapati pintu kelasku yang bergoyang dengan hebatnya, tapi aku Stay positif dan berkata bahwa itu mungkin hanya karna angin. aku langsung mendekati pintu tersebut dan aku sedikit heran pintu itu terus bergoyang tapi aku tidak merasakan adanya angin di sekitarku

“Bagai mana mungkin pintu itu bergoyang dengan hebat padahal di sini tidak ada angin?”

Aku diliputi keheranan, tapi aku tidak takut, aku justru semakin dekat dengan pintu itu. Dengan perlahan lahan aku mendekati pintu itu, dan tak berhenti  memperhatikannya

“Sedang apa kak?.” Tanya seorang adik kelas, yang kelasnya berada di samping kelasku

“Astagfirullah,” aku terperanjat kaget

“Kakak ngapain, kenapa mengendap-mengendap begitu?”

“A..., ini hanya latihan untuk tugas drama nanti.”

“Oh... saya kira tadi kakak ngapain, kalau begitu saya masuk kelas dulu ya kak.”

           “I, iya,” jawabku dengan sedikit degdegan

dia liat enggak tadi ya? Aku mengendap -mengendap kayak maling?, batinku

ketika aku menoleh ke arah pintu kelasku kembali, pintu itu sudah diam dan tidak bergoyang seperti sebelumnya.

“Loh... uda diam?” sambil berdiri tak jauh dari pintu itu dan menatapnya dengan posisi kepala yang di panjangkan ke arah depan sembari menatapnya dengan intens

****

Sepulang sekolah aku tidak keluar dari rumah, aku menghabiskan waktuku dengan bermain ponsel di dalam kamarku hingga aku tertidur, ketika aku terbangun ternyata jam telah menunjukkan pukul 21:00 WITA, aku langsung bergegas menuju ke dapur untuk memasak nasi, ketika nasi yang aku masak telah matang, aku menggoreng sebutir telur guna sebagai lauk pauk untuk aku makan, setelah makan aku mencuci piring yang telah aku gunakan, dan mengambil handuk kemudian mandi. Iyah, di tempat tinggalku listrik tidak menyala 24jam, tetapi hanya menyala selama 10jam, mulai dari pukul 17:00 lalu mati pada pukul 23:00, kemudian di lanjutkan pada pukul 04:00 hingga pukul 06:00. Sehabis aku mandi aku mengganti pakaianku dan menonton TV hingga pukul 23:00. “Ya... mati lampu padahal filmnya belum selesai,” ketusku dengan kesal

Aku mengambil selimut dan bantal lalu kuletakkan di ruang tamu, aku tidur di depan TV. Namun sekitar pukul 01:00 aku terbangun karna haus, aku langsung saja berdiri dan berjalan ke arah dapur dan mengambil segelas air untuk menghilangkan dahaga yang aku rasakan. Setelah aku minum, aku kembali tidur namun ketika hendak tidur, aku di kejutkan oleh suara langkah kaki dalam kegelapan yang berasal dari dapur rumahku, aku langsung membidik cahaya senter ke arah suara tersebut, tiba-tiba aku melihat sebuah bayangan hitam melintasi cahaya senterku, bukan hanya sekali sosok bayangan itu melewati cahaya senterku, namun ia melewatinya berkali-kali

Aku berdiri dan menuju ke sosok tersebut, namun alangkah herannya aku mendapati kondisi dapur yang kala itu sedang kosong dan tak ada siapa pun di sana. “Eh... bukanya tadi ada orang lalu-lalang di sini, ke mana dia?” mungkin saya salah lihat tadi. Aku langsung berbalik dan menuju  tempat tidurku, namun aku di buat kaget oleh suara gelas yang sedang diisi dengan air, aku menoleh lagi, dan lagi-lagi tak ada siapa pun di sana, aku mengarahkan senter ke segala sudut ruangan tetapi tetap saja tidak ada orang, bulu kudupku pun berdiri, aku mulai merasakan hawa dingin menyelimutiku tetapi aku tak menghirau kanya, sekali lagi aku berbalik, tiba-tiba suara gelas yang tertata dengan rapi di rak piring terguncang dengan hebat, aku terkejut dan tampah menoleh lagi aku langsung berlari menuju kamar orang tuaku dan membanting pintu dengan kuat kemudian menutupi tubuhku dengan sebuah selimut.

Keesokan harinya  tetanggaku bertanya padaku tentang keributan yang aku lakukan semalam, aku kala itu tidak dapat menjawab pertanyanya hanya bisa melempar senyum dan mengatakan tidak apa-apa

Gimana ceritanya?
-jangan lupa vote yah
-dan kalau ada feedback dm aja

Horor story. Cerita dari penulisWhere stories live. Discover now