16: Awakening 🔞

3.1K 302 260
                                    

❗slight mature content❗

Aku udah bilang kan ya di deskripsi cerita pada cover, bahwa cerita ini akan banyak sekali part mature nya. Akan kubikin senyaman mungkin, tapi please, kalau kalian di bawah umur dan belum bisa menyikapinya dengan bijak, jangan dibaca ya. Masih banyak cerita lainnya yang menarik dan "aman" untuk dibaca kok ^^
(Semoga tydac ada typo durjanah, kalo ada, let me know ya darleengs, biar lgsg diperbaiki)

.

.

Hari masih terlalu gelap untuk fajar menjemput, namun alarm pada ponsel Isabelle sudah memekik nyaring. Isabelle melihat penunjuk waktu pada dinding, baru pukul tiga dini hari. Apa sebelumnya dia salah menyetel? Setelah mengerut-ngerutkan dahi, memijit pelipis hingga benar-benar terjaga, barulah Isabelle sadar bahwa bukan alarmnya yang berbunyi, melainkan nada dering. Untuk melengkapi kebingungannya, nada dering tersebut ternyata berasal dari nomor Taehyung.

"Ya?" Isabelle menjawab pelan dan ragu. Pasalnya, ruang kerja Taehyung hanya berjarak satu pintu dari kamar tidur yang kini ia tempati, lalu jika memang ada yang hendak disampaikan suaminya itu, mengapa harus lewat sambungan telepon?

"Belum tidur? Atau aku membangunkanmu?" nada Taehyung terdengar jauh lebih lembut dan perhatian, mengingat sebelumnya pria itu begitu sengit dan sinis saat berucap pada Isabelle.

"Aku, um, terbangun."

Lima detik berlalu dan yang Isabelle dapati hanya keheningan Taehyung, lalu suara terpaan nafasnya yang terdengar dihela dengan berat dan panjang.

"Bukankah telepon selulermu rusak?" Isabelle teringat pada kondisi ruang tengah sebelumnya, kacau, berantakan, dan kepingan ponsel Taehyung tersebar di lantai.

"Sudah memesan yang baru. Jimin yang mengantarkannya tadi."

Dirinya pasti tidur terlalu lelap sampai-sampai tidak sadar Taehyung kedatangan tamu, pikir Isabelle.

"Sayang ... apa ada sesuatu yang ingin kau ceritakan?" Dengan cara memanggil yang demikian, secara implisit Isabelle telah menyatakan menyerah. Sejujurnya, mengalah begini terasa jauh lebih melegakan. Lagipula batang-batang nikotin yang berserakan, juga botol-botol alkohol yang menumpuk tak wajar masih saja menerbitkan seribu tanya pada benaknya.

"Taehyung?"

Tak ada jawaban. Sejemang kemudian, terdengar nada yang menandakan sambungan diputus sepihak oleh Taehyung. Isabelle mendecak pelan. Ya sudah, mungkin dirinya harus bersabar lebih lama lagi. Kalau begitu biar saja masalah ini ia bawa tidur.

Selimut baru saja terangkat hingga dagu, Isabelle terpaksa kembali bangkit saat mendengar suara engsel pintu kamar yang membuka. Kejutannya lainnya, sosok Taehyung turut melangkah masuk ke dalam.

"Hai," Taehyung tersenyum sekilas hanya untuk melenyapkannya lagi, menggantikannya langsung dengan raut apatis yang paling Isabelle benci. Baju yang dikenakannya masih sama dengan sebelumnya, masih kemeja putih gading yang kancing-kancing atasnya telah melonggar, lengan tergelung hingga siku, dan celana bahan sewarna kayu Ceddar. Taehyung selalu memikat, Isabelle tak akan pernah menampiknya. Tiap sisi wajahnya tercipta hampir mendekati sempurna. Tapi lihatlah, wajah itu kini seakan tergurat oleh sejuta kepedihan.

"Aku, ehem," Taehyung refleks menggaruk pelipisnya, "Boleh aku tidur di sini?"

Setelah beberapa detik tercenung dan terlihat bingung, Isabelle serta merta bangkit, menghela selimut, berjalan menuju Taehyung dan tanpa ragu mendekap prianya itu seerat-eratnya. Itu sudah cukup, Taehyung tak butuh jawaban yang bagaimana pun lagi.

The Scar We Choose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang