Epilogue

697 83 16
                                    

Now playing ; Welcome To My Playground (NEO CITY : SEOUL - The Origin ver.) by NCT 127 on loop.

Ketika usapan pada rambutnya terasa semakin jarang, Jaehyun mulai mengumpulkan niat untuk membuka mata. Awalnya yang ia lihat hanyalah dinding kosong bercat abu-abu, namun setelah memalingkan wajah-ia melihat sosok malaikat yang telah merajai hatinya. Doyoung dengan senyum tipisnya, dengan surai yang masih sedikit berantakan, dengan sebelah tangan yang menumpu kepalanya.

Pagi yang benar-benar indah.

"Selamat pagi, tampan," sapanya sesudah membubuhkan satu kecupan lembut pada pelipis sang kekasih. Jaehyun tersipu, lantas beralih meregangkan badan.

"Apakah ayah sudah berangkat ke kantor?" tanya Jaehyun setelahnya, berusaha mengelak walau Doyoung sudah menertawakannya sejak tadi.

Kekasih manisnya itu menggeleng, "Tidak, belum. Beliau akan pergi ke kantor sedikit terlambat hari ini," jawab Doyoung seadanya.

"Karena ada sesuatu yang spesial," sambungnya. Pemuda Kim itu segera bangun dari posisinya, menuruni tangga ranjang dan meninggalkan Jaehyun yang masih sibuk dengan segala asumsinya. Dapat ia lihat kalau Doyoung mengambil buku birunya dan pena sebelum melangkah menuju pintu.

Baru berjalan sekitar sepuluh langkah, Doyoung berbalik memandang Jaehyun yang sudah beralih ke posisi duduk. Senyumnya tak kunjung hilang, menyalurkan energi positif yang memberikan Jaehyun semangat lebih untuk menjalani hari ini.

"15 menit, aku dan paman akan menunggumu di meja makan."

Sekarang, tidak ada alasan bagi seorang Jung Jaehyun untuk menolak menu sarapan lagi.

"Wah, wah, lihat siapa yang datang dengan wajah menyebalkannya."

Tuan Yunho tertawa lantang kala mendapati sang putra yang tengah berdiri di ujung tangga itu merengut. Jaehyun menyeret langkahnya menuju meja makan yang sudah di penuhi berbagai macam makanan. Meski hanya masakan rumahan, tidak dimungkiri dasar hati Jaehyun bisa menghangat karenanya. Sempat ia melirik ke arah dapur, dan ada dua apron yang kini tergantung di dekat lemari pendingin.

Sungguh, bila ayahnya membangunkannya kemudian menawarkan sarapan-Jaehyun akan makan tanpa pergi mandi terlebih dahulu. Singkatnya, ini sukses masuk ke dalam daftar alasan yang bisa membuat Jaehyun menangis.

"Duduklah, Jaehyun. Kau membuatku ingin melempar wajan ke wajah tampan tapi menyebalkanmu itu," titah Doyoung setelah menutup buku birunya, lantas diserahkannya kepada sang ayah.

Si pemuda Jung menarik sudut bibirnya saat Doyoung terkekeh mengikuti sang ayah yang tidak berhenti bercanda tentang dirinya. Jaehyun menarik kursi tepat di samping kekasih manisnya, di hadapan ayahnya.

"Bagaimana, Jaehyun? Apakah calon menantuku berhasil mengembalikan niatmu untuk rutin sarapan?" mulai sang ayah, menilik lagi air muka Jaehyun sesudah mengambil sumpit.

Jaehyun tertawa kecil, lalu mengangguk kuat. "Kau tahu? Ayah membuatku ingin menangis seperti anak kecil," adunya.

Lagi-lagi, tuan Yunho hanya bisa tertawa. Riang, seolah tidak ada yang membebani dirinya. Tetapi, ketika beliau menceritakan tentang mantan istrinya tadi-tawanya sumbang, seperti ada sesuatu yang telah hilang. Dan Doyoung, ia dapat merasakannya.

Amorist ; ᴊᴀᴇᴅᴏМесто, где живут истории. Откройте их для себя