Prolog

8 3 0
                                    

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh....

Kalau cerita aku bertemakan islami, maka kali ini aku membawa sekelebat kisah anak SMA. Dimana mereka harus menjalani kerumitan dalam suatu hubungan....
Tak henti mengingatkan untuk tetap

Vote 🌟
Komen💬
Share💌

Ketiga hal itu membuatku semangat menulis dan pastinya semangat update...

Happy Reading

"Benci dan Cinta memang beda tipis, tapi apa kalian yakin? Benci itu tak selamanya ada saat pernah mencinta, tapi kadang benci itu datang kala cinta belum bersemai."

🌻🌻🌻

Naraya atau panggil saja Raya, ia ingin hidup tenang tanpa gangguan ataupun dipersulit oleh seniornya. Ia merupakan orang yang menghindari beberapa hal selama menjalani masa putih abu-abunya.

     Satu, ia akan berusaha terlihat transparan agar tak mendapat masalah. Terlalu mencolok dan memperlihatkan apa yang ia punya akan membuatnya dalam masalah. Maka dari itu ia akan tetap menjadi tak terlihat untuk menghindari masalah.

     Dua, menghindari kisah cinta yang rumit serumit benang kusut. Banyak yang mengatakan padanya, kalau masa putih abu-abu merupakan waktu yang baik untuk jatuh cinta. Ia bertekat untuk memiliki kisah cinta yang tak ruwet, tidak seperti Cinderella yang berbelit-belit ataupun seperti beauty and the beast Yang memilukan. Pokoknya Raya memimpikan kisah cinta yang alurnya, jadian-bahagia-bahagia-dan bahagia. Intinya sih tanpa sesuatu yang disebut susah.

     Tiga, mencari beberapa teman yang bisa dipercaya. Untuk yang satu ini, ia berharap banyak di masa putih abu-abunya. Hidup Raya yang selama SD dan SMP-nya sangat kelam dan hal itulah yang membuat ia terlalu malas mencari masalah dalam kehidupan sekolahnya kali ini. Tanpa teman dan lebih banyak dibanding-bandingkan antara siswa pintar di sana. Intinya Raya ingin mengatakan, “Go away my problem.”

     Namun tak selamanya keinginan berjalan sesuai dengan rencana bukan, Tuhan punya jalannya. Raya yang tak ingin mendapat masalah malah didatangi oleh masalah itu. Bukan karena persoalan transparan, bukan karena persoalan cinta, maupun persoalan teman. Ia mendapat masalah dari seseorang yang bernama Bara Fahrezi.

     Hari itu pelajaran matematika sedang berlangsung di kelas X Ipa 1 dan disinilah hal itu terjadi. Bara yang kala itu langsung tunjuk tangan untuk menyelesaikan soal matematika yang ada di papan tulis, membuat hati Raya jengkel setengah mati. Bukan karena iri tapi,

“Soal inimah anak sekolah dasar juga bisa, pak. Yang nggak bisa, Iq-nya pasti di bawah anak sd,” ujar Bara kala itu.

Raya jengkel setengah mati karena ucapan itu, walaupun bukan hanya dia yang tersinggung. Banyak siswa di kelas melihat Bara sebagai anak yang terlalu mencari cara agar dihargai yang membuatnya terlihat buruk di mata teman sekelasnya.

“Jadi lo ngejek yang nggak bisa jawab, anak SD gitu? Aduh ... tuh congor minta di smoothing,” batin Raya kala itu.

****

Hari-hari itu terus berlanjut, dimana Raya menemukan banyak hal yang mengguncang dunianya. Orang yang membuatnya jengkel berubah menjadi super hero dalam satu hari.

“Lo kayaknya bocor deh, Ray.” Cindi, teman baru Raya membisikkan kalimat yang membuat Sang empu membatu.

“Eh ... Gua harus gimana nih? Duh malu banget. Lo punya sesuatu buat nutupinnya nggak?” Tanya Raya sembari menempelkan punggungnya ke tembok untuk menghalangi pandangan siswa yang kini banyak berlalu lalang di depan kantin.

Siswa-siswi yang melihat tingkah Raya merasa heran dan penasaran, kenapa dengan gadis itu. Raya semakin rapat menempelkan tubuhnya ke tembok karena malu.

“Jangan nempel gitu! Malah keliatan ada sesuatu,” ujar Cindi sembari menarik sedikit lengan Raya ke depan.

“Nggak mau! Malu!” Terdengar seperti tertahan, namun sekarang memang rasanya Raya ingin menangis karena malu.

Saat Raya ingin mengambil posisi untuk menangis, sebuah pelukan membuatnya mendongak ke arah orang tersebut. Di sana ia melihat Bara, mengalungkan sebuah jaket ke pinggangnya untuk menutupi pinggang hingga atas lutut.

“Jangan cengeng! Nanti cantiknya ilang loh,” Bara masih mempertahankan posisi seolah-olah tengah memeluk Raya. “Nggak suka loh Gua, lihat kesayangan nangis.” Kedipan genit Bara membuat Raya mendorongnya menjauh.

Raya mengeratkan jaket yang kini tersampir di pinggangnya, ia berdiri dengan percaya diri sembari menunjuk Bara dengan berani.

“Woy... Buaya. Gombalan lo nggak mempan sama gua, tapi makasih jaketnya.” Raya menarik Cindi meninggalkan Bara yang kini mulai tebar pesona lagi.

     Bukan rahasia lagi di kalangan junior maupun senior, bahwa Bara Fahrezi merupakan playboy kelas kakap. Bahkan di SMA Galaxi ini, mantannya berkisar 17 orang dan ditambah senior yang katanya pernah hang out bareng.

“Gua bukan playboy, Cuma siapa yang nolak kalau disodorin cewek cantik? Umpan nggak bakalan dimakan kalau nggak ada yang ngelempar.” Jawaban Bara saat dikatai Playboy oleh teman-temannya.

🌻🌻🌻

Selamat menanti!!!  Cerita ini bisa dibilang rancangannya masih setengah matang.  Tapi greget pengen post,  walaupun masih prolognya aja sih.  Kalau kalian suka, kalian bisa sampein keinginan kalian di komentar.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Jan 24, 2021 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

MAKE A WISHDonde viven las historias. Descúbrelo ahora