Chapter 1: Kesempatan

Start from the beginning
                                    

*

Isi surat itu adalah undangan makan malam. Butuh waktu 7 hari 7 malam bagi Xue Meng untuk memutuskan datang ke Gu Yue Ye, itu pun karena hasutan Mei Hanxue (adik). Bukan hasutan sebenarnya, tapi perkataan lelaki playboy itu memang benar. Waktu itu Mei Hanxue sengaja melirik isi surat itu saat Xue Meng sedang merenung.

"Kenapa tidak datang saja?"

Xue Meng tersentak dari posisi duduk. Tangannya buru-buru meraih surat yang terbuka lebar di atas meja. Dia melipatnya, lalu menyelipkan surat itu ke dalam jubahnya.

"Bukan urusanmu."

"Ayolah, kita sama-sama tahu kau sangat panik waktu Ketua Sekte Gu Yue Ye hampir mati saat itu." Sebelum Xue Meng sempat membantah, Mei Hanxue kembali menambahkan, "Jangan mengelak. Aku tahu."

Xue Meng merapatkan bibirnya yang sempat terbuka dan mendengkus kecil.

"Walau kau mungkin benci pada Jiang Xi, dialah satu-satunya orang yang punya ikatan darah denganmu."

Sejak hari itulah Xue Meng memikirkan undangan itu setiap malam dan di sinilah dia, di depan gerbang sekte Gu Yue Ye bersama Mei Hanxue dengan rasa tidak enak di dada karena harus bertemu ayah biologisnya. Perasaan marah, kesal, emosi, ditambah secuil rindu, dan sedikit khawatir.

"Kenapa juga kau di sini?!" seru Xue Meng kesal. Xue Meng tidak tahu mengapa dia marah. Dia tidak marah pada Mei Hanxue, hanya saja dia butuh seseorang yang dengan senang hati menarima amarahnya, dan Mei Hanxue adalah orang itu.

Mei Hanxue mengendikkan bahu. "Bertanggung jawab karena kau ke sini pasti gara-gara ucapanku."

"Baguslah kalau sadar diri. Ayo masuk!" Nyatanya Xue Meng sama sekali tidak bergerak dari tempatnya berdiri. "Kau duluan."

Mei Hanxue menarik napas dan mengangguk maklum. "Baik, baik, Pemimpin Sekte," ujar Mei Hanxue sekenanya.

*

Hari menjelang sore ketika Xue Meng dan Mei Hanxue tiba di Gu Yue Ye. Jadi, keduanya langsung dibawa ke aula makan dan bertemu Jiang Xi di sana. Acara makan malam berlangsung khidmat. Obrolan tiga orang di sana hanya berupa berita antar sekte dan antusiasme Mei Hanxue pada makanan yang disantapnya. Namun, begitu Mei Hanxue beranjak ke toilet, suasana di sana langsung senyap seketika.

Xue Meng menggenggam erat sumpitnya. Merasa panik karena harus berhadapan dengan Jiang Xi. Dia akan memukul Mei Hanxue nanti karena punya nyali meninggalkannya dalam suasana tidak enak seperti ini.

Keheningan terpecah ketika Jiang Xi berdeham. "Kau sudah selesai makan?"

Xue Meng meletakkan sumpit di atas mangkuk kosong. "Ya, tentu saja sudah."

"Kalau begitu, ikutlah denganku."

Xue Meng tidak membantah. Dia hanya ikut berdiri dan mengekor di belakang Jiang Xi, lalu keduanya berhenti di halaman latihan sekte Gu Yue Ye yang telah kosong. Para murid mungkin sedang menyantap makan malam. Xue Meng mengembuskan napas, merasa lega karena sepertinya dia menahan napas selama di aula makan tadi.

"Aku senang kau datang," kata Jiang Xi sambil memandang langit gelap.

"Hanya supaya kau berhenti menyuruh Duan Ling Tian datang ke sekteku." Begitu kalimat itu terlontar, Xue Meng langsung menyesal, tapi terlambat. Karena tidak ingin dicap jahat oleh pria di depannya, Xue Meng menambahkan, "Kalau kau ingin bertemu denganku, kau bisa ke Puncak SiSheng sendiri. Tidak perlu menyuruh orang lain."

Jiang Xi menoleh ke arah Xue Meng. "Aku boleh datang?"

Kali ini Xue Meng yang mengalihkan pandangan ke arah lain, tak berani menatap Jiang Xi langsung. "Memangnya ada yang berani mengusir Pemimpin Sekte Gu Yue Ye?"

Jiang Xi paham arti di balik kalimat itu, artinya dia boleh datang. Jiang Xi menahan senyum, Xue Meng terlalu mirip dengannya.

"Dengar, sampai kapan pun aku mungkin tidak termaafkan, baik olehmu atau ibumu karena aku telah menelantarkan kalian dan bertahun-tahun aku tidak tahu bahwa aku punya anak. Aku berutang banyak pada Xue Zhengyong. Aku juga tidak bisa dibandingkan dengan Xue Zhengyong, tapi semoga di usiaku saat ini aku bisa lebih memperhatikanmu." Biarlah harga diri Jiang Xi runtuh, tapi dia butuh mengatakan hal ini sebelum dia menyesal.

Xue Meng tercengang mendengarnya. Ada guncangan hebat di perut dan dadanya. Kalimat kasih sayang yang biasa dia dengar dari Xue Zhengyong tidak pernah dia dengar lagi. Hari ini dia mendengar lagi jalinan kata-kata penuh kasih dari sesosok ayah. Mendengar Jiang Xi berujar demikian tidak pernah terpikir oleh Xue Meng, bahkan dalam mimpi.

Apakah dia perlu bersyukur? Tentu saja perlu. Jika dia berpikir tentang Xue Meng dari kehidupan sebelumnya, hidup pria itu jauh lebih mengenaskan darinya. Selain ditinggalkan ayah dan ibunya, Xue Meng dari kehidupan sebelumnya kehilangan shizunnya, sepupunya, dan Jiang Xi tanpa tahu bahwa lelaki itu adalah ayah kandungnya.

Berbanding terbalik dengan Xue Meng saat ini. Walaupun dia tidak bisa menolong ayah dan ibunya, shizun dan sepupunya masih hidup. Xue Meng masih bisa bertemu mereka walau hanya di malam tahun baru. Dan Xue Meng masih punya ayah. Dia memang hanya butuh waktu untuk menerimanya.

Xue Meng menyembunyikan rasa senang itu dan berkata, "Bagaimana kondisimu? Apa luka lama itu masih mengganggu?"

"Tidak juga," jawab Jiang Xi. "Akur-akurlah dengan Duan Ling Tian. Mungkin sepupumu, Mo Ran tidak tergantikan. Tapi dia bisa jadi saudara yang baik."

"Ya, tentu saja bisa. Soalnya kedatangannya saja sudah membuatku jengkel."

Kali ini Jiang Xi menyemburkan tawa kecil, menarik perhatian Xue Meng. Mau tak mau Xue Meng juga menarik sudut bibirnya ke atas.

"Istirahatlah. Aku sudah menyiapkan kamar untukmu," kata Jiang Xi sebelum berbalik pergi meninggalkannya sendiri.

Xue Meng menengadahkan kepala, menatap langit luas bertabur bintang. Peran Xue Zhengyong sebagai ayahnya selama belasan tahun tak pernah bisa digantikan oleh siapa pun, tapi Xue Meng ingin membuka kesempatan untuk Jiang Xi. Setiap manusia layak mendapatkan kesempatan, bukan?

"Bersenang-senang?" Entah dari mana, Mei Hanxue yang tadi izin ke toilet tiba-tiba berdiri di sebelahnya.

Xue Meng mendengkus. Hasratnya ingin memukul Mei Hanxue sudah sirna. Jadi dia hanya membalas dengan sinis, "Kau wajib mengantarku kalau aku ingin ke tempat ini lagi."

*

Chapter 1 selesai! Hal pertama yang kuinginkan dari Xue Meng adalah bisa berdamai dengan Jiang Xi. Di chapter depan kira-kira Xue Meng akan bertemu siapa ya? 😊

Fyi, Fanfic ini aslinya sudah saya tulis sejak menamatkan Erha bulan September 2020 lalu, tapi baru sempat menuntaskannya skrg 😅

Terima kasih sudah membaca 🥰

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 20, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Reuni [2ha/Erha Fanfiction]Where stories live. Discover now