Prolog + Part 1✨

Start from the beginning
                                        

PART 1

Bulan dan bintang sudah andil menghiasi malam. Kerlap-kerlip cahayanya menambah ke-estetikan langit Ibukota. Shea menatap jalanan dari balkon kamarnya, jalanan Ibukota yang dipenuhi dengan lalu lalang kendaraan bermotor serta suara klakson yang besaut-sautan itu begitu disukai Shea meski itu terdengar memekakkan telinga.

   "Shea, ada Abi tuh!" ucap Amifa, Mama Shea. Tanpa pikir panjang Shea langsung menuju ruang tamu dan mendapati Abi tengah duduk di sofa.

"Lo bawa apa hari ini?" tanya Shea sambil memosisikan dirinya duduk disebelah Abi. Ini adalah hal biasa di mana Abi selalu main ke rumah Shea setiap kali langit gelap.

  "nggak bawa apa-apa. gue mau ngajakin lo makan di luar" jawab Abi.


"Ayoo!" Ucap Shea lantas bangkit dari duduknya.

"Eh bilang mama dulu, Bi"

     "Tante Amifa  yang mempesona izinkan saya Abi Yusuf Casserio untuk mengajak Tuan Putri Shea makan di luar. Terima kasih sudah diberi izin" ucap Abi kepada Amifa. Tanpa pikir panjang Amifa memberi anggukan mantap kepada Abi Seraya tersenyum manis.

Benar-benar hal biasa. Amifa pun tidak pernah melarang Shea putrinya, untuk keluar malam bersama Abi. Ya, hanya Abi yang diizinkan Amifa untuk membawa Shea keluar rumah di malam hari. Bagi Amifa, Abi adalah kakak Shea yang juga harus ikut andil dalam menjaga Shea.

  Amifa jelas mengenal betul Seorang Abi karena sudah dari SMP Abi dan Shea bersahabat. Rumah Abi yang tidak terlalu jauh dari rumah Shea itu, menjadi poin plus untuk dijadikan alasan ia sering ke rumah Shea. Rumah mereka hanya terbentang antara 17 rumah saja.

  Abi memarkirkan motor CBR nya di depan sebuah resto di Jakarta, dan melenggang masuk bersama Shea lantas memesan beberapa makanan dan minuman. Satu hal yang selalu Abi lakukan kepada Shea adalah menggandeng tangan Shea ketika berjalan. Di mana pun itu. Mungkin ini terlalu berlebihan tapi Abi selalu beralasan kalau dia harus menjaga Shea agar tetap pada genggamannya. genggaman persahabatan.


  Mata Shea tertuju pada bangku kosong di ujung resto. Lantas menarik tangan Abi untuk segera mengambil alih bangku tersebut.  bertepatan dengan Shea dan Abi sampai di bangku itu, sepasang cowok dan cewek juga sampai di bangku tersebut. Perebutan bangku Resto pun dimulai.

    "Abi!" Panggil si cewek.

"Eh, Ranya, Rangga!" balas Abi. Oh tidak,  perebutan bangku resto tidak jadi dimulai sepertinya Abi dan cewek itu saling mengenal.       
    "Joinan aja ya bangkunya" ucap cowok yang berdiri di samping si cewek. Shea mengangguk lantas duduk bersebelahan dengan Abi.

"Shea, kenalin ini Rangga dan ini Ranya" ucap Abi. "Mereka satu kelas sama gue!".

   Shea menjabat tangan keduanya lantas memberikan senyum simpulnya.

     "Oh. jadi ini sahabat kamu yang selalu kamu ceritain Bi?" tanya Ranya.

Abi mengangguk.

"Gila. bisa-bisanya lo punya sahabat cewek secantik ini nggak lo kenalin ke gue!" Sahut Rangga.

     "Dah lah. enggak ada acara kenal mengenal!" Ucap Abi ketus.

"Ya elah, gua aja kasih kembaran gue ke lo sekarang lo kasi dong sahabat lo buat gue!" Tutur Rangga kesal.

    "Oh kalian ini kembar ?" Sahut Shea.

"Iya Shea. Ranya pacarnya Abi itu kembaran gue. Nggak mirip ya?" Tanya Rangga

     "Oh ini kak Ranya pacarnya Abi?" Ranya mengangguk. "kok nggak bilang sih kalau ini kak Ranya pacar lo Bi?" Lanjut Shea sambil mencubit lengan Abi.

"Abi mana mau sih ngakuin gue pacarnya, yang ada satu kelas tahu kalau Abi itu punya sahabat yang namanya Shea yang selalu dibangga- banggain. Abi mana bangga punya gue!" Ucap Ranya.

Ada sedikit rasa ragu Di diri Shea.

     "Apaan sih Nya?" Sahut Abi akhirnya.

"Tapi emang Iya kan Bi? buktinya kamu lebih milih duduk disebelah Shea daripada di sebelah aku, padahal aku pacar kamu!" Terang Ranya.

    "Lo nggak tahu Nya. gua harus jagain Shea" Balas Abi.

"Alasan nggak logis!" Sambar Ranya. Alhasil ada pelayan Resto yang mengantarkan makanan mereka sehingga perdebatan antara sepasang kekasih ini mereda.

 Memang benar Abi dan Shea duduk bersebelahan tapi Ranya dan Rangga ada di depan mereka. Lagian Abi juga tidak akan membiarkan Shea jauh darinya di tempat keramaian seperti ini. oh tidak. ini tidak akan jauh ini hanya akan terhalang meja makan restoran.

...

Abi dan Shea melenggang memisahkan angin. Dingin udara malam menyelimuti keduanya, lebih naasnya lagi Shea lupa tidak membawa jaket.

  "dingin Bi" Ucap Shea sambil menyilangkan tangannya. tanpa pikir panjang Abi menepikan motornya dan memberhentikannya.

  "loh Bi. ngapain berhenti itu kan ada plang dilarang berhenti?!" Ucap Shea kebingungan.

    Abi melepas jaket yang ia kenakan, lantas memberikannya kepada Shea. Shea menggelengkan kepala tanda penolakan.

   "Pakai Nyet. nanti lo kedinginan, gue nggak mau lo sakit!" terang Abi.

"Ini cuma dingin Bi, gue nggak bakal sakit. lagian kan lo yang nyetir, lo yang di depan, lo ya seharusnya pakai!" Bantah Shea.

   "Bodo. gue nggak peduli. pokoknya lo yang harus pakai jaketnya!"

"Abi—"

    "She!" potong Abi. Dengan terpaksa Shea mengambil jaket itu lalu memakainya. motor Abi kembali melaju.
 

   "Lo kenapa nyengir gitu, She?" tanya Abi setelah mendapati Shea tersenyum dari spion motornya.

"Kak Rangga orangnya asik ya, Bi!" ucap Shea sambil nyengir.

    "Lo di Smaga mau ambil peminatan apa She?" tanya Abi, mengalihkan pernyataan Shea.

"Udah ganteng, baik, humoris, asik. Huhh perfect banget deh, ya kan Bi?!" Lanjut Shea. Tak ada jawaban dari Abi.

"beruntung banget kali ya yang bisa dapetin kak Rangga" Shea melanjutkan kekagumannya.

    "Apaan si She. Uda deh ga usah bangga-banggain Rangga. Lo itu baru kenal sama dia" Ucap Abi pada akhirnya. Shea terdiam. Hingga sampai rumah Shea, tidak ada lagi obrolan yang mereka bangun.

Casserio Where stories live. Discover now