s i x

2.5K 453 51
                                    

Rhea menatap bayangannya di punggung sebuah sendok teh, berjalan sendirian ke Aula Depan untuk menemui Adrian yang waktu malam itu telah mengajaknya untuk ke Hogsmeade, merasa sangat gelisah dan bertanya-tanya apa yang akan mereka perbincangkan.

Adrian sedang menunggunya agak ke samping dari pintu-pintu depan dari kayu Ek, terlihat tinggi tegap dan syal hijau-perak menggantung di lehernya. Kaki Rhea tampaknya terlalu besar bagi badannya selagi dia berjalan ke arah Adrian dan dia mendadak teringat akan lengannya dan bagaimana bodohnya lengan-lengan itu terlihat berayun-ayun di sisi tubuhnya.

"Hai," Kata Rhea agak terengah-engah.

"Hai."

Mereka saling bertatapan selama beberapa saat, lalu Adrian berkata, "Kalau begitu, kita pergi?"

"Oh, ya."

Mereka berdua bergabung dengan antrian orang-orang yang sedang ditandai oleh Argus Filch, terkadang saling bertatapan satu sama lain dan menyengir dengan segan, tetapi tidak berbicara kepada satu sama lain. Rhea lega ketika mereka mencapai udara segar, mendapati lebih mudah untuk berjalan bersama dalam keheningan daripada cuma berdiri di tempat terlihat canggung.

Hari itu segar, berangin sepoi-sepoi dan ketika mereka melewati stadiun Quidditch, Rhea melihat sekilas bayangan kemerahan sedang meluncur di atas tribun, itu sudah pasti tim Quidditch Gryffindor yang sedang berlatih.

"Lawanmu nanti Gryffindor, bukan?"

Rhea menatap ke sekeliling dan melihat pada Adrian yang sedang mengamatinya, "Ya, Gryffindor. Bagaimana mereka menurutmu?"

"Ku akui mereka cukup bagus. Keeper mereka hebat," Kata Adrian, berujar pelan-pelan, "Beater mereka juga saling melengkapi."

"Yeah," Rhea menanggapi, memandang kembali pada tribun Quidditch, "Tapi Ravenclaw pasti akan menang."

"Jadi kemana kau mau pergi?" Adrian bertanya ketika mereka memasuki Hogsmeade. High Street penuh dengan murid-murid yang berjalan ke sana ke mari, mengintip ke dalam toko-toko dan bermain-main bersama di trotoar.

"Oh, entahlah." Kata Rhea sambil mengangkat bahu, memandang ke sekeliling, mengubur kepalanya lebih dalam ke syal biru-peraknya.

"Ke Madam Pudifoot?"

Perkataan yang keluar dari mulut Adrian sukses membuat Rhea tersedak ludahnya sendiri, si gadis menggelengkan kepalanya cepat, "Jangan kesana."

Adrian mengangkat satu alisnya, "Why?"

"Uhh," Rhea meringis pelan, melangkahkan kakinya maju di ikuti oleh Adrian, "Hanya saja aku tidak nyaman berada di sekeliling err--kau tahu."

"Jadi sebelumnya kau pernah kesana?" Adrian bertanya, memasukkan kedua tangannya ke kantung dan matanya terus memandangi rambut abu-abu Rhea yang bergelombang.

Rhea menganggukkan kepalanya, "Ya, aku pernah."

Mata Adrian menyipit, dengan cekatan dia mengeluarkan tangannya dari kantung dan meraih lengan Rhea, menariknya ke belakang hingga mereka saling bertabrakan, "Dengan siapa?"

"Roger," Rhea membalas, melihat tidak suka pada Adrian dan dia baru menyadari perkataanya, bergegas dia menambahkan, "Maksudku, Roger waktu itu mengajakku, tahun keempat, dia bilang ingin melihat apakah benar Madam Pudifoot tempat yang bagus untuk kencan atau tidak."

"Lalu?"

"Lalu kami pulang, apa lagi?" Rhea menjawab sementara Adrian melepaskan genggamannya di lengan Rhea, "Oh, ya, pertanyaan yang sama kepadamu, Pucey. Dengan siapa kau ke Madam Pudifoot?"

"Isla Harp--"

"Oh, ya, well," Rhea memotong dengan masam, "Aku tahu bagaimana itu akan berakhir. Ayo ke Honeydukes."

Tangan yang lebih kecil terlebih dahulu menggenggam tangan yang lebih besar, membuat Adrian agak terkejut karena Rhea mau mengambil inisiatif duluan, mereka lalu berjalan beriringan di atas jalan bersalju dan saling mengeratkan pegangan menuju Honeydukes.

"Cemburu, eh?"

"Tidak. C'mon, aku tak sabar ke Honeydukes."

Saat mereka memasuki toko Honeydukes, kehangatan dan juga wangi manisan menyambut, rak-rak berisikan cokelat dan juga permen tersusun rapi, banyak juga anak-anak yang sedang memilih-milih permen dan mengobrol.

Tanpa melepaskan genggamannya pada Adrian, Rhea melangkahkan kakinya menuju tempat dimana Cauldron Cake berada, tangan kanannya mengambil hampir semua Cauldron Cake disana.

Menyadari bahwa dirinya kesulitan, dia melirik pada Adrian, "Bantu aku."

"Okay." Adrian merespon sambil tersenyum kecil, mengambil alih Cauldron Cake dari tangan Rhea.

Rhea melangkah lagi, kali ini menuju tempat Chocolate Frog, Adrian segera mengikuti Rhea dengan beban ditangannya, "Kau sangat suka manisan, ya?"

Rhea melirik pada Adrian dan tersenyum malu, "Ya, begitulah."

"Pantas saja waktu kita berciuman kau terasa manis."

"Shut up!"

Adrian terkekeh kecil, mengikuti langkah Rhea menuju kasir untuk membayar apa yang Rhea baru saja ambil, "Mau kemana lagi?"

"Mhm? Terserah, ayo keluar dulu."

Kaki Rhea melangkah lagi, kini dengan bungkusan di tangan kirinya, dia mengeratkan syalnya saat hawa dingin menerpa, tangannya yang bebas menemukan jalan untuk mengambil satu Chocolate Frog, dia menawari Adrian setelah dia memakan setengah cokelatnya, "Mau? Kau bisa mengambilnya sendiri."

Adrian melirik Rhea yang sedang melanjutkan makan cokelat dari ujung matanya, menyeringai kecil dan tiba-tiba mendekatkan kepalanya pada kepala Rhea untuk mengecup bibir gadis itu singkat.

Rhea membeku, itu tadi kecupan singkat yang manis. Saat Rhea kembali sadar, dia menemukan bahwa pipinya telah berubah warna, sambil mengerang dia menjatuhkan kepalanya pada dada Adrian, malu, "Jangan lakukan itu lagi!"

Untuk kedua kalinya Adrian Pucey terkekeh kecil, tangannya dengan lembut mengusap surai abu-abu milik sang gadis, "Kenapa jangan?"

"Uhh, maksudku, jangan melakukannya di tempat ramai begini."

"Dimengerti, sayang."

forelsket | adrian pucey [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang